Transmigrasi Menjadi Pelayan Pria Jahat

Sesampainya di luar goa, Alana bisa melihat hari yang sudah gelap dan menyeramkan tanpa satupun pencahayaan. Tapi untungnya, ia membawa beberapa permata yang bercahaya itu agar bisa menerangi jalan mereka. Tentunya, Alana mengambil benda tersebut atas izin dari Rion, dan sekarang permata itu bercahaya dengan lembut di tangan Alana, menerangi jalan mereka di tengah kegelapan.

...****************...

Hingga hari sudah begitu gelap akan tetapi semua orang masih berdiri di dekat hutan. Bahkan acara yang seharusnya dimulai dari tadi masih di tunda karena menunggu kedatangan satu orang penting yang masih belum menunjukkan batang hidungnya. Orang-orang tampak mulai panik terutama saat mendengar bahwa di hutan tersebut beberapa orang yang ikut berburu bertemu dengan monster dan terluka parah.

"Bagaimana ini, yang mulia putra mahkota masih belum kembali juga?" bisik panitia acara pada temannya. Jika terjadi sesuatu pada putra mahkota sudah pasti nyawa panitia acara ini akan dalam bahaya.

"Huh...aku sudah mengirim banyak prajurit dan orang-orang untuk mencarinya kedalam hutan," Gumam pria itu pada rekannya yang tampak sudah begitu panik.

"Tapi kenapa sampai sekarang dia tidak muncul juga?" paniknya.

"Ya mau bagaimana lagi kita hanya bisa pasrah. Makanya kau tutup mulutmu dan berdoa saja!" kesal pria yang begitu tenang di luar akan tetapi terlihat ujung jarinya yang tidak bisa berhenti bergetar.

"Itu dia! Itu dia yang mulia!" Teriak orang-orang dengan begitu keras dan sangat bersemangat.

Sedangkan dua orang tersebut dengan cepat membelah kerumunan dan mendapati Rion yang telah berjalan santai keluar dari hutan. Walupun gelap akan tetapi orang-orang masih bisa melihat sosok siluet yang berjalan dengan begitu santai begitu berbeda dengan siluet yang tampak begitu lelah bahkan sosok itu tidak lagi berjalan dengan tegak melainkan dengan begitu bungkuk.

Sedangkan disisi lain Alana hanya bisa menatap lelah pada tempat yang sedikit lagi akan sampai. Saat ini kakinya sudah terasa begitu sakit belum lagi ia sekarang merasa begitu haus. Tapi pria tersebut tidak memberikan istrahat sama sekali padanya. Setiap Alana berkata bahwa ia lelah maka pria tersebut justru berjalan semakin cepat.

Hingga akhirnya ia bisa sampai di tenda pria tersebut. Ia langsung membaringkan dirinya di atas tanah yang telah di lapisi oleh permadani. Untung saja acaranya di tunda, jika tidak begini maka Alana bisa meninggal.

Kemudian beberapa saat ia mulia menutup mata karena merasa begitu lelah hingga akhirnya tenda terbuka. Sosok pria tampan tersebut melangkah ke arah tempat tidurnya. Hingga matanya justru tertuju pada seorang wanita yang telah tertidur pulas di atas lantai yang begitu dingin.

Rion menghela nafas dengan begitu berat, saat ini sejujurnya ia tidak tega membiarkan wanita yang menjadi pelayannya tersebut.

Rion semakin mendekat bahkan ia dengan begitu intens menatap wanita yang masih nyaman dalam tidurnya itu.

Hingga akhirnya Rion mengangkat tubuh wanita itu lalu meletakkannya di atas kasur. Pada akhirnya wanita itu menguasai kasur milik pria tersebut bahkan pria tersebut memutuskan untuk tidur di sofa.

"Huh..apa lagi yang kulakukan kali ini," gumamnya saat melihat Alana diatas ranjang dengan nyaman sedangkan dia harus kesusahan seperti ini.

Lagi-lagi ia bertindak begitu baik pada wanita yang terus ada dimanapun dirinya berada.