Di dunia Douluo, di mana jiwa bela diri menentukan takdir seseorang, hanya yang memiliki kekuatan luar biasa yang bisa berdiri di puncak.
Jiwa bela diri seperti Palu Houtian, Tyrannosaurus Rex Petir Biru, Macan Putih, atau Kucing Roh Nether menjadi simbol kejayaan dan dominasi.
Di tengah para jenius yang mengendalikan petir dan membangkitkan roh buas, Shank memiliki jiwa beladiri yang hanya memilki kemampuan fisik.
"Aku bisa melakukan keterampilan fisik..."
Saat ditanya oleh para genius apa keterampilan jiwa bela dirinya Shank tetap teguh dan menjawab Keterampilan Fisik.
Tidak ada energi petir, tidak ada roh buas, hanya tubuhnya yang ditempa hingga batas tertinggi.
Ketika yang lain mengandalkan kekuatan eksternal, ia mengandalkan dirinya sendiri.
Namun, apakah benar hanya itu yang ia miliki? Atau mungkin, di balik kekuatan fisik yang tampak sederhana ini, tersembunyi sesuatu yang jauh lebih mengerikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimpi Fiksi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Di Kota Notting.
Sebuah restoran mewah terlihat tetap ramai meski malam telah larut.
Cahaya lampu temaram berpadu dengan aroma anggur yang menguar, menciptakan suasana penuh kemewahan.
Para pemuda bangsawan dan orang-orang kaya berpakaian megah, dengan rambut disisir rapi dan wajah dipoles bedak, bernyanyi dengan penuh semangat.
Di sekitar mereka, sekelompok wanita berpakaian minim bersorak dan tertawa riang, menambah hiruk-pikuk suasana restoran mewah tersebut.
Di balik meja bar, seorang pria gemuk dengan wajah berminyak tersenyum menjilat.
Namun, begitu ia menoleh, wajahnya kembali masam.
"Xiao Shank ! Di mana anggur yang dipesan untuk tamu terhormat di lantai dua?!" serunya.
Seorang anak laki-laki kurus, sekitar lima atau enam tahun, berlari cepat dengan nampan perak di tangannya.
Keringat membasahi dahinya, tapi ia tetap lincah menavigasi ruangan yang ramai.
"Ini dia, Tuan," katanya sopan saat menyerahkan botol anggur berusia lima puluh tahun.
Namun, ia bahkan belum sempat menghela napas ketika suara pemilik bar kembali menggelegar.
"Xiao Shanks! Apa kau ingin upahmu dipotong?! Dapur sudah kewalahan!"
Anak itu—Shank—menundukkan kepalanya, menggerutu pelan, "Kapitalis keparat."
Ia tak berani menatap si pemilik bar dan segera berlari ke dapur.
Di dapur yang panas dan sesak, seorang pria paruh baya bertubuh gempal, dengan topi koki di kepalanya, menyapanya dengan nada menggoda.
"Shank, kenapa masih kerja larut begini? Kau benar-benar pekerja keras."
Shank mengangkat bahu.
"Aku butuh uang. Aku harus mengumpulkan cukup biaya untuk masuk Akademi Master Jiwa Junior. Ini satu-satunya jalan."
Kepala koki tertawa kecil.
"Tiga hari lagi, kan? Hari di mana kau akan membangkitkan jiwa bela dirimu?"
Shank mengangguk.
"Benar. Aku harus pergi ke Spirit Hall untuk upacara kebangkitan."
Ia sudah menunggu lama untuk hari itu.
Selama enam bulan terakhir, ia mengumpulkan informasi tentang Su Yuntao, seorang master jiwa yang bertanggung jawab atas upacara kebangkitan.
Dulu, Shank bukanlah siapa-siapa.
Ia berasal dari dunia lain, seorang pemuda biasa yang tinggal di Bumi.
Tanpa latar belakang keluarga yang berpengaruh, ia menjalani hidup sederhana—bekerja sambil kuliah, bertahan dari gaji kecil, dan akhirnya kelelahan hingga pingsan di lift kantor.
Saat membuka mata lagi, ia menemukan dirinya dalam tubuh seorang anak kecil yang kelaparan di dunia yang asing.
Namun, dunia ini bukan sembarang dunia. Ini adalah Benua Douluo—dunia yang pernah ia tonton dalam anime.
Sayangnya, ia hanya menonton lebih dari seratus episode, jadi pemahamannya terbatas.
Yang ia tahu hanyalah bahwa protagonisnya telah memenangkan kejuaraan dalam Kompetisi Elit Akademi Master Jiwa Tingkat Lanjut Kontinental.
Tanpa sistem, tanpa mentor misterius, dan tanpa latar belakang keluarga yang mendukung, Shank sadar bahwa satu-satunya jalannya adalah membangkitkan jiwa bela diri yang kuat.
Ia telah mendengar rumor bahwa Su Yuntao memiliki kecenderungan menganggap remeh jiwa bela diri tertentu.
Jika seseorang mendapatkan jiwa bela diri yang tampak lemah, bisa jadi itu sebenarnya jiwa bela diri tingkat dewa yang tersembunyi.
Jika ia ingin mengubah nasibnya, ini adalah kesempatannya.
Tiga hari kemudian.
Sebelum matahari terbit, Shank mandi di sungai kecil di luar kota Notting.
Ia mengenakan pakaian terbaiknya dan meskipun tetap sederhana lali mengikat rambut panjangnya menjadi kuncir kuda keatas.
Karena Potong rambut butuh biaya, dan di dunia ini, pria berambut panjang bukan hal yang aneh.
Jadi, ia membiarkannya tumbuh untuk menghemat uang.
Setelah memastikan penampilannya di pantulan air sungai, ia mengepalkan tangan.
"Semuanya tergantung hari ini aku berharap tuan Su Yuntao, jangan ampai mengecewakanku."
Gumamnya.
Shank melangkah menuju Spirit Hall, gedung paling megah di kota.
Lambang Spirit Hall yang berisi pedang, palu, naga, bunga krisan, dan figur manusia terukir megah di bagian depan gedung.
Saat ia tiba di gerbang, seorang penjaga berbaju besi menghentikannya.
"Ini adalah Aula Roh dan Jika kau di sini untuk kebangkitan roh, masuklah ke kiri dan Jika tidak, pergilah." Ucapnya.
Shank mengangguk.
"Permisi, apakah Guru Su Yuntao yang memimpin upacara hari ini?" Tanyanya.
Penjaga itu mengerutkan kening, merasa familiar dengan wajah anak itu, tetapi tak bisa mengingat dari mana.
"Ya, Tuan Su Yuntao yang bertanggung jawab hari ini," jawabnya.
Shank diam-diam menghela napas lega. "Terima kasih, Paman."
Tanpa ragu, ia melangkah masuk.
Beberapa saat kemudian.
Ruangan itu remang-remang. Suasana hening, hanya terdengar isakan pelan dari seorang anak laki-laki yang baru saja keluar dari ruangan sambil digendong ibunya.
Shank tahu, anak itu pasti gagal membangkitkan jiwa bela diri yang bisa dikultivasi.
Saat ia menjulurkan kepalanya untuk mengintip ke dalam, sebuah suara berat terdengar.
"Masuklah, anak kecil."
Shank melangkah masuk dan mendapati seorang pria muda mengenakan jubah putih awan berdiri di tengah ruangan.
Ia membungkuk hormat. "Saya Shank dan Senang bertemu dengan Guru Su Yuntao."
Su Yuntao menatapnya dengan penasaran. "Oh? Kau mengenalku?"
Shank tersenyum tipis. "Aku pernah mendengar namamu, Guru Su Yantao. Tolong bangkitkan jiwa bela diriku."
Su Yuntao terkekeh.
"Oke nak, sekarang Berdiri diam ditempat dan Jangan takut dengan apa yang akan terjadi nanti." ucapnya.
Tiba-tiba, dua cincin jiwa yang satu putih dan satu kuning muncul dari tubuhnya.
Lalu Bayangan serigala hijau setinggi tiga meter melayang di belakangnya, dan matanya bersinar hijau redup.
Shank sedikit mundur, meski ia sudah menduga hal ini.
"Baiklah, mari kita mulai."
Su Yuntao melemparkan enam batu hitam yang langsung melayang di sekitar Shank.
Seketika, ia merasakan aliran energi aneh memasuki tubuhnya.
"Tutup matamu dan rasakan lalu Buka tangan kananmu," perintah Su Yuntao.
Shank mengikuti instruksi.
Dalam sekejap, sesuatu muncul dari telapak tangannya.
Sebuah sosok putih transparan setinggi satu inci, dengan mata ungu kecil yang bersinar redup.
Su Yuntao terdiam.
Shank mengerutkan kening.
"seperti Jiwa bela diri binatang?" ucap Su Yuntao.
Ia berharap Su Yuntao akan mencemoohnya, mengatakan bahwa jiwa bela dirinya sampah.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya.
"Baiklah, sekarang kita uji kekuatan jiwamu."
Su Yuntao melempar bola kristal.
Saat Shank menyentuhnya, cahaya biru pucat langsung memenuhi bola itu.
Su Yuntao tersentak kaget.
"Tingkat sembilan?! Tidak... Ini tingkat sembilan bawaan!" ucapnya.
lalu Su Yuntao menatap Shank dengan mata berbinar.
"Kau jenius nak! Dengan jiwa bela diri binatang dan kekuatan jiwa tingkat sembilan bahwaan ini, masa depanmu pasti akan cerah!"
Shank terdiam.
Ini bukan yang ia harapkan.
Bukankah seharusnya Su Yuntao menganggap jiwa bela dirinya sebagai sampah? Dan Bukankah jiwa bela diri sejatinya seharusnya tersembunyi di tangan kirinya?
Tapi... tidak ada apa-apa di tangan kirinya.