Benih CEO Dingin

Tok..

Tok..

Tok..

Terdengar ketukan pintu, di pagi hari.

Aira berjalan kearah pintu, ia penasaran siapa yang sudah bertamu di pagi hari, dan ia mengingat tak ada satu pun yang tahu tentang kepergian nya ke Jakarta.

Aira membuka pintu, sontak saja Aira kaget dengan kedatangan sosok laki-laki yang kini sudah tak muda lagi.

"Mas Angga.." gumam Aira.

"Selamat pagi Aira, maaf mengganggu waktu pagi kalian," ucap Angga, tersenyum.

"Tidak apa-apa, ayok masuk mas," ajak Aira, karena ia tak mau bicara berdua dengan Angga, takut ada kesalahan pahaman.

"Om Angga.." ujar Edgar.

"Maaf mengganggu waktu kalian semua, tapi apakah saya boleh bicara dengan kalian semua?" tanya Angga.

"Silahkan duduk, biar lebih enak bicara nya" titah Samudra.

Lalu Angga duduk, ditengah-tengah anak-anak Aira, ada rasa senang dalam benak Angga, karena ia bisa bertemu lagi dengan mantan istrinya yang masih ia cintai sampai detik ini.

"Silahkan, mau bicara apa," ucap Samudra.

"Tentang Azalea dengan nak Edgar," ucap Angga.

"Apa ada rencana lain untuk pernikahan mereka?" tanya Aira.

"Aku sangat berharap, kalo kalian semua tidak memutuskan hubungan Azalea dengan Edgar, karena mengingat dulu aku bersama Aira pernah memiliki masalah, karena kebodohan ku," ucap Angga.

"Mas Angga, kita sudah tua, aku sudah melupakan kejadian masalalu kita, aku sudah bahagia dengan suamiku, dan juga anak-anak ku," jawab Aira tersenyum.

"Mom apa keputusan mommy sudah benar?" tanya Arthur, yang mengkhawatirkan Aira.

"Kamu tenang saja, sedari dulu mommy sudah memaafkan nya," jawab Aira.

"Apa keputusan mommy tidak akan menjadi masalah nanti nya?" ucap Brice.

"Aku berjanji, setelah Edgar menikah dengan Azalea, aku akan menyuruh Azalea pergi jauh dengan keluarga kalian, aku tidak akan mengganggu kehidupan kalian," jawab Angga.

"Azalea tidak salah apa-apa, dia hanya anak bawaan istriku, Azalea anak tiriku, bukan anak kandung aku, karena mengingat aku seorang laki-laki yang mandul, makanya aku sangat mencintai Azalea, aku sudah menganggap dia anak ku," sambung Angga lagi..

"Sudah jangan mengatakan hal itu, aku percaya kalo kamu tidak akan mengganggu kami nanti," ujar Aira.

"Aku akan melakukan apapun untuk kebahagiaan Azalea, bahkan aku mau menyerahkan nyawaku, agar kalian bisa menerima Azalea, tanpa adanya aku," ucap Angga.

"Sudah Angga, jangan bicara seperti itu, aku tidak mempermasalahkan hubungan mereka, mereka berdua murni saling cinta, tidak tahu apa-apa," sahut Samudra.

"Persiapkan saja acara pernikahan mereka, sebulan lagi akan menikah," sambung Samudra lagi.

Angga menatap tidak percaya dengan ucapan Samudra, laki-laki yang sudah pernah menghajar nya dulu karena kesalahan Angga sendiri.

"Aku sudah memaafkan dirimu, dan aku tidak berhak membenci dirimu, Aira saja yang jelas-jelas kau sakiti dulu, dia bisa memaafkanmu," ucap Samudra.

Anak-anak Samudra dengan Aira, hanya mendengarkan percakapan mereka, mereka sedikit paham masalah masalalu kedua orangtua nya.

"Aku percaya kalo Azalea akan berada di keluarga yang tepat, yaitu keluarga kalian, aku tahu anak-anak mu terdidik, karena ibu nya berpendidikan," ucap Angga.

"Sudah menjadi kewajiban ku, mengurus anak-anak ku dengan baik," ucap Aira tersenyum.

"Jangan khawatir Angga, Azalea dengan Edgar akan menikah," sahut Samudra.

"Terima kasih, tidak melibatkan masalah kita dahulu," ucap Angga.

"Yang lalu biarlah berlalu, lupakan. Lagian kejadian nya sudah sangat lama, kita sudah memiliki keluarga dan bahagia dengan pasangan masing-masing," jawab Aira.

 Angga tersenyum menatap Aira, selalu ada rasa sesal kala mengingat kebodohan nya dulu, meninggalkan wanita sebaik dan secantik Aira.

Aira masih sama dengan dulu, meskipun sudah menua, tapi ia tak pernah berubah.

"Kamu memang tidak pernah berubah, meskipun kita sudah menua, hati mu masih sangat baik, dan kecantikan mu masih seperti dulu," gumam Angga.

Sampai detik ini, Angga memang masih menyimpan perasaan untuk Aira, ada ruang hati khusus untuk Aira didalam hatinya.

"Kalo begitu aku pulang dulu, Azalea akan senang mendengar kabar ini," pamit Angga.

Aira dengan Samudra mengangguk tersenyum.

Lalu Angga meninggalkan rumah milik mantan mertua nya, yang kini sudah tiada sejak lama.

"Ed maafkan kakak, kakak terlalu mudah mengambil keputusan saat kakak sedang emosi," ucap Arthur.

"Tidak apa-apa kak, aku paham kok, karena kakak tidak mau mommy terluka," jawab Edgar.

"Kakak merestui kamu," ucap Arthur.

Edgar tersenyum, lalu menatap Brice.

"Kak Brice, bagaimana?" tanya Edgar.

"Ya seperti kak Arthur," jawab Brice, malas.

"Kok jawaban nya gitu sih kak," ucap Edgar..

"Karena aku juga mau menikah, tapi bibi Aisyah melarang," ucap Brice.

"Bibi Aisyah.." sapa Edgar.

Sontak saja Brice melototkan matanya, ia pasti akan kena amuk calon mertua nya itu.

"Ampun bi, aku tidak bermaksud apa-apa," ucap Brice, membalikan badan nya.

Namun Brice tak melihat calon mertua nya itu, lalu Brice menatap adik nya kesal.

"Edgar, bisa-bisanya kamu mengerjai kakak," ucap Brice, sudah siap akan menghajar adik nya.

Namun Edgar bersembunyi di belakang Aira.

"Mommy takut, kakak akan menghajar aku," ucap Edgar.

Kemudian mereka semua tertawa, melihat tingkah Brice dengan Edgar.

"Lagi pada ngapain?" tanya Aisyah.

"Nah kan kak, datang," bisik Edgar.

"Ngapain bisik-bisik," ucap Aisyah, menatap tajam kearah mereka berdua.

"Tidak bi," jawab Edgar.

"Oh Amelie ku sayang, aku sangat merindukan mu," ucap Brice, berjalan kearah kekasih nya.

"Lebay amat, tidak bertemu semalam saja, sudah kaya tidak bertemu seabad," ujar Aisyah.

"Seharusnya bibi paham, kan bibi pernah muda," ucap Brice.

"Tapi gak kaya kamu, tengil," ucap Aisyah.

"Ternyata begini rasanya, mempunyai mertua," sahut Brice.

"Kalian belum menikah, jangan mengaku-ngaku," jawab Aisyah, sewot.

"Aku itu bingung, serius. Entah apa rencana tuhan, menyatukan kalian sebagai menantu dan mertua, mengingat kalian suka sekali adu mulut," ucap Aira heran.

Leo sudah tak heran lagi dengan mulut nyerocos istrinya, karena itu makanan Leo setiap hari, tapi Leo tetap mencintai istrinya.

"Miris sekali nasib ku," ujar Brice.

"Aku tidak akan membunuh mu, jangan khawatir," jawab Aisyah.

"Aira dengan Samudra, keduanya tidak menyebalkan, tapi kenapa kau sangat menyebalkan, mau aku tanya anak sahabat ku atau bukan, tapi aku menemani Aira saat melahirkan mu," sambung Aisyah.

"Ya'ampun bibi ucapan nya," ucap Brice.

"Kenyataan nya memang begitu, aku jadi heran," ucap Aisyah.

"Apa kau tertukar saat berada di ruangan bayi," sambung Aisyah lagi.

"Mommy..." ucap Brice, mengadu.

Sontak saja mereka tertawa, melihat Brice.

"Kebahagiaan kami sangatlah kurang, karena kehilanganmu Em," gumam Avrard.

Ada luka mendalam dalam benak mereka, tapi mereka tak mau memperlihatkan nya.

Dengan kehilangan salah satu anggota keluarga, cukup membuat mereka tak seperti dulu lagi.

***