Hidup satu atap dengan pria yang berstatus sebagai suami namun sikapnya dingin dan mungkin tidak menganggap kita ada itu rasanya sakit.
Humaira seorang gadis yang setuju di jodohkan dengan pria pilihan orang tuanya. Humaira setuju di jodohkan agar semua orang yakin dan percaya lagi pada dirinya dengan apa yang telah dia lakukan pada istri sang om.
Namun nasib berkata lain, pria yang dia nikahi adalah pria yang sangat membencinya karena tau kelakuan Humaira.
Namun Humaira berusaha untuk menjadi istri baik hingga dirinya jatuh cinta pada sang pria namun sikapnya masih sama seperti pertama mereka menikah.
Apa Humaira sanggup bertahan atau memilih mundur?.
Yu baca ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar perjodohan.
"plak" tangan papa melayang ke pipi mulus ku. Aku yang baru saja pulang harus langsung merasakan sakit dan panas di pipiku.
"Apa sih bagusnya Gilang?, sampai kamu berani menantang Faiz om mu? " tanya papa setelah menampar ku.
Aku ngerti kenapa papa menampar ku sepertinya pikiran dia sama seperti om Faiz yang menyangka aku ikut campur dalam pembebasan Gilang. Gilang dia pria yang aku sukai sejak kuliah namun Gilang lebih memilih Naira sahabatku sampai akhirnya persahabatan kami rusak.
"Aku gak melakukan itu pa" jawab ku.
"Terus kalau kamu gak ada sangkut pautnya dengan itu semua Gilang menyebut nama kamu? " tanya papa lagi.
"Aku gak tau pa, tapi terserah papa mau percaya aku atau tidak" balas ku lalu pergi begitu saja naik ke lantai atas ke kamarku. Aku bisa dengar papa memanggilku namun tidak aku hiraukan.
Aku tau selama ini aku salah tapi apa mereka tidak percaya jika aku berusaha untuk berubah.
"Tok, tok, tok" suara pintu di ketuk.
"Masuk" teriak ku dan ternyata itu mama.
Mama melangkah mendekatiku lalu duduk di sampingku dan menyerahkan es batu yang dia bawa. Aku hanya menatapnya saja karena tidak mengerti.
"Buat pipi mu bekas tamparan papa" ucap mama lalu aku mengambilnya dan menempelkan nya di pipiku yang masih sakit.
"Kami terlalu sering kamu bohongi jadi kami sulit untuk percaya sama kamu" ucap mama.
"Aku tau ma, tapi kenapa papa harus tampar aku ma? " tanya ku karena ini kali pertama papa menampar ku.
"Papa mu terlalu kecewa dan dia butuh pembuktian jika kamu memang sudah berubah" ujar mama.
"Apa yang harus aku lakukan ma? " tanya ku.
Mama tidak menjawab dia malah berdiri lalu menepuk pundak ku dan berkata "besok kamu bicara sama papa". Mama pun pergi keluar dari kamar ku dan aku langsung rebahan dan menatap langit-langit kamar mengingat awal masalah ini.
Tujuh tahun lalu.
Namaku Humaira Azahra Dirgantara anak dari pasangan Davin dan Alma, aku anak tunggal karena tidak memiliki saudara. Saat ini aku punya dua sahabat yaitu Kinan Nadira Dirgantara dia adalah tante ku tapi usia kita sama dan satu lagi Naira dia anak dari sahabat papa ku yaitu om Dimas.
Sejak kecil kami dekat hingga kuliah. Namun setalah enam bulan kuliah hubungan kami bertiga mulai renggang disaat salah satu senior kita yang bernama Gilang dan itu pria yang aku sukai dia menyukai Naira dan mereka pacaran membuat aku marah dan mulai bersikap kasar pada Naira.
"Naira lo tega ya! " ucap ku setelah mendorong Naira.
"Apanya sih lo? " tanya Dira yang kesal melihat kelakuan ku.Ya Dira itu Kinan hanya dia di panggil Dira jika sehari-hari.
"Dia kenapa terima cintanya Gilang sih? " tanya ku.
"Lah, memang kenapa?, toh gak ada yang larang" jawab Dira.
"Gue suka sama dia" ucap ku.
"Sejak kapan?, lagian lo gak pernah cerita sama kita" tanya Dira lagi.
"Ya karena gue gak berani bilang, lagian Naira kan suka sama om Faiz" jawab ku karena yang aku tau Naira selama ini mengejar-ngejar om ku Faiz.
"Lo tau sendiri bang Faiz udah nolak Naira dan sekarang ada cowok yang suka sama dia kenapa gak di terima anggap aja sebagai pelampiasan" ujar Dira.
Ya disini bukan aku dan Naira yang berdebat tapi malah aku dan Dira tante ku yang berdebat.
"Pokonya gue gak terima" ucap ku dan langsung pergi begitu saja. Aku marah kesal dan mungkin mulai hari ini aku gak mau kenal lagi sama mereka.
Aku pun mulai mencari teman baru dan bahkan aku mendekati gengnya Gilang dan berusaha dekat dengannya walau pun aku cuman di anggap sebagai pelampiasan Gilang jika dia sedang marahan atau butuh teman. Hingga suatu hari Gilang berantem dengan Naira dan dia mencari ku dan mengajak ku ke suatu tempat dan tempat itu pertama kali aku datangi.
Aku mengikuti Gilang ke sebuah tempat hiburan malam yang banyak di datangi anak muda dan bahkan om-om pun banyak. Namun saat aku masuk dan mengikuti Gilang aku malah menabrak seseorang.
"Aduh, maaf" ucap ku lalu menatap wajah orang yang aku tabrak.
"Bang Renaldi" gumam ku.
Namun tiba-tiba tangan ku di tarik oleh Gilang membuat Renaldi hanya menatap ku saja dan entah apa yang ada dalam pikirannya.
"Lo duduk di sana" titah Gilang pada ku dan aku hanya nurut saja.
Gilang duduk di sampingku sambil minum dan entah apa yang di hisap karena dia tiba-tiba seperti merasa tenang.
Namun tak butuh waktu lama om Faiz datang dan langsung menarik ku ke luar dari tempat itu.
"Masuk" bentaknya membuat aku takut.
Om Faiz menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi membuat aku ketakutan hingga tiba di depan rumah om Faiz mengunci semua pintu mobil.
"Lo ngapain ke tempat seperti itu? " tanya nya masih dengan nada marah.
"Aku gak tau jika Gilang bawa aku ke tempat seperti itu" jawab Ku dengan takut.
"Terus setelah tau kenapa lo gak langsung balik? " tanya Om Faiz lagi.
Aku tidak menjawab hanya diam saja karena bingung harus jawab apa.
"Mulai hari ini gue harap lo jauhi dia" ucap om Faiz.
"Kenapa om, aku suka sama dia" balas ku.
"Suka lo bilang?, cowok kaya dia gak pantas buat lo" ujar om Faiz.
"Terus pantas buat siapa? buat Naira? " tanya ku membuat om Faiz melihat ke marah ku.
"Dia itu pacarnya Naira dan aku ingin rebut dia dari Naira karena aku suka dia" ucap ku.
"Lo keponakan gue jadi gue gak mau lo jatuh ke tangan cowok gak bener kaya dia" ucap om Faiz membuat aku diam.
Pintu mobil pun di buka dan om Faiz menyuruh aku ke luar dan masuk ke dalam rumah. Aku pun masuk dan saat membuka pintu aku terkejut melihat mama berdiri di depan pintu.
"Mama" kaget ku.
"Untung papa mu gak ada kalau ada mungkin kamu gak akan selamat" ucap mama membuat aku hanya nunduk saja.
"Sudah sana masuk!, tidur besok kuliah lagi" titah mama dan aku memeluk mama sebelum pergi ke kamar ku.
Balik ke masa kini
Sebuah cahaya menyinari wajah ku membuat cahaya nya silau.
"Mama" rengek ku saat tahu siapa pelakunya.
"Bangun udah siang, di tunggu papa di bawah" beritahu mama membuat aku langsung membuka mata dan turun dari tempat tidur untuk mencuci muka dan sikat gigi.
Setelah selesai aku turun dan langsung menemui sang papa yang ada di meja makan.
"Setelah sarapan kamu siap-siap kita ke rumah om Rio" ucap papa setelah aku duduk membuat aku kaget.
"Ngapain pa? " tanya ku.
"Papa sudah sepakat dengan om Rio buat jodohkan kamu dengan Renaldi anak nya om Rio"jawab papa membuat aku tersedak karena sedang makan roti.