MOHON BACA CERITA SEBELUMNYA ( Cerita dibalik seragam SMA) agar kalian tahu alurnya.
Sebuah tragedi 10 tahun yang lalu sangat meninggalkan luka yang mendalam. Kehilangan istri tercinta dengan sangat tiba-tiba membuat Elvin Zayyan Pradipta kehilangan semangat hidupnya.
Keinginan untuk mengakhiri hidup selalu berada di benaknya, namun ia harus bangkit demi sang putra, Jun Seo.
Kematian sang istri telah menjadi misteri. Tidak ada yang tahu seperti apa hingga istrinya bisa jatuh ke jurang.
*
Ketika Elvin tengah mencari tahu sebuah kasus yang terjadi bersama para bawahan grandma, saat itu pula ia harus kehilangan sang putra angkatnya, Jun Seo. Untuk kedua kalinya ia harus hancur kembali.
Namun sebuah hal mencengangkan terjadi, ia menemukan seseorang menjadi bahan percobaan ekstrim oleh pria yang ia kenal sebagai orang tua dari temannya.
Hal gila itu tidak mempunyai membuatnya berkata-kata melihat keadaannya yang sungguh membuat tubuhnya hancur berkeping-keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yaya haswa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CRDT 35
"Dia sangat ganas, berhati-hati lah" ucap Robinson.
Jasper melepaskan pegangannya pada Robinson dan berdiri di sisi Hunter yang tengah bersiap melawan orang berbentuk zombie tersebut.
Elvin diam menatap orang tersebut yang tak lain adalah Gama, teman sekelasnya saat SMA.
Arkhhhsss
Gama berlari dan ingin menerkam Jasper dan Hunter, namun keduanya memuntahkan peluru. Hal tersebut ternyata tak mempan untuk Gama.
"Tembak kepalanya!! Kalau perlu kedua matanya. Itu adalah caranya agar Gama berhenti" ucap Robinson.
"Gama akan mati, paman" ucap Elvin.
"Itu yang terbaik untuknya. Selama 3 tahun Gama seperti itu. Itu pasti sangat menyakitkan untuknya. Paman tidak bisa lagi menolongnya" Robinson menunduk sedih.
Dor…dor…dor
Hunter menembak kepalanya, sedangkan Jasper menembak kedua matanya sesuai perkataan Robinson. Walaupun sangat terpaksa, Hunter dan Jasper harus melakukannya demi keselamatan mereka.
Brukk
Gama terjatuh mengenaskan dengan penuh darah pada kepala dan wajahnya. Robinson memukul dadanya sesak melihat Gama yang sudah tidak bernyawa lagi di hadapannya.
Ia menghampirinya dan mengusap wajahnya tanpa rasa jijik. "Maafkan paman, Gam. Paman tidak bisa menjaga mu dan membuat mu sembuh. Sekarang, kamu harus pergi dengan tenang dan temui ibu mu. Kamu lebih bahagia bersamanya dari pada bersama papa mu di sini" ucap Robinson dengan air mata yang mengalir.
"Aku mohon, makamkan Gama dengan layak. Dia tidak bersalah. Dia hanya korban orang tuanya sendiri " pinta Robinson.
"Tentu, kami akan melakukannya" ucap Jasper.
Hunter membawa tubuh Gama tanpa alas apapun. Ia memanggulnya dan membawanya pergi dari rumah tersebut. Hunter sempat mengeluarkan air matanya, tapi ia cepat menghapusnya dengan kasar.
Ia sungguh tak habis fikir dengan pikiran Wibhawa yang lebih dari pysikopat. Menjadikan putranya sendiri sebagai alat percobaan dan di tambah dengan Clara yang entah apa tujuannya.
Jasper membantu Robinson berjalan keluar. Sementara Elvin menggendong Clara menyusul Jasper. Setibanya di mobil, Jasper langsung pergi ke rumah Wibhawa dan ingin Wibhawa membayar semuanya.
"Kalian segera lah mencari rumah sakit terdekat. Mereka sangat membutuhkan pertolongan " ucap Hunter.
Dua anggotanya mengangguk. Mereka masuk ke dalam mobil dan mengambil alih kemudi. Di dalam mobil ada Clara, Robinson, Gama dan Owen. Dengan kecepatan penuh ia membawa mobil menuju rumah sakit.
Elvin diam menatap Clara yang tengah menutup matanya. Entah ia tidur, pingsan atau hanya memejamkan mata saja. Elvin tidak bertanya, karena ia tahu Clara sudah melewati hari-hari yang sangat sulit.
Tubuh Elvin kembali bergetar kala mengingat kebodohannya. Melihat sang istri yang sudah tidak terbentuk rapih lagi. Entah kemana jilbabnya pergi, sehingga menyisakan rambut yang tidak terukur rapi.
Wanita yang sangat menjaga auratnya kini telah terpampang nyata dan di lihat oleh orang lain selain dirinya.
"Maafkan aku Cla, maafkan aku" Elvin mencium punggung dan telapak tangan Clara secara bergantian.
****************
Saat ini
Di sisi Jasper dengan para anggotanya tengah beradu dengan kubu Nalen. Rumah Wibhawa sudah tidak karuan lagi. Adu senjata dan otot sangat terlihat jelas di sana.
"Katakan!!! Ke mana Wibhawa akan pergi?" Jasper mencekik leher Nalen setelah ia berhasil menembak perutnya.
"Ti…d…ak aka…n" jawab Nalen dengan susah payah. Ia mencengkram kuat lengan Jasper yang ada di lehernya, sembari tangan kirinya meraba-raba untuk mencari pistolnya.
"JASPER, AWAS!!!" teriak Sarah.
Dor
bulan peluru Nalen yang muntah, melainkan milik Sarah, karena pistol milik Nalen telah kehabisan peluru. Mungkin jika pelurunya masih ada, Jasper akan mati.
Dor....dor
Dengan kesal Hunter menembak Nalen hingga meregang nyawa. "Tidak ada gunanya kau bertanya padanya. Lebih baik kita cari sendiri" ucap Hunter.
Dengan kasar Jasper melemparkan tubuh Nalen ke lantai dan keluar dari rumah Wibhawa. Semuanya mati, hanya tersisa Wibhawa yang harus mereka cari kembali karena berhasil melarikan diri menggunakan helikopter.
"Ledakkan kedua rumah miliknya!" perintah Jasper.
Semua anggotanya yang tersisah berlari keluar dari rumah Wibhawa dan akan meninggalkan Desa Albinen.
Duarrr.....
Suara 2 ledakan yang sangat keras dan sudah di pastikan terdengar oleh penduduk lain. Apalagi melihat asap hitam dan serpihan bangunan yang terbang terpisah-pisah.
"Kita ke rumah sakit!" ucap Sarah.
Mereka semua masuk ke dalam mobil pergi ke rumah sakit di mana Elvin berada.
Rumah sakit
Setibanya di rumah sakit, Jasper, Sarah, Hunter dan 4 anggotanya ikut masuk ke dalam rumah sakit. Sisanya hanya berada di mobil. Karena jika mereka semua ikut masuk, rumah sakit akan sempit nantinya.
Elvin yang tengah bersama dua anggota Jasper, menoleh kala melihat kedatangan Sarah dan rombongannya.
"Aunty" ucap Elvin pelan seraya berdiri.
Sarah langsung memeluk keponakannya itu. Elvin menumpahkan kesedihannya di bahu sang aunty. Sarah juga ikut menangis seraya mengusap punggung Elvin.
"Aunty tidak berhasil membawa Jun. Jun memilih ikut dengan orang tua kandungnya" ucap Sarah setelah pelukannya terlepas.
Elvin mengangguk kecil. "Itu memang yang Jun katakan padaku. Dia melindungi kita dengan ikut bersama mereka. Padahal bundanya sudah kembali, kenapa Jun yang harus pergi meninggalkan ku dan Clara"
"Kita pasti akan membawa Jun kembali" sahut Jasper dengan yakin.
Elvin hanya mengangguk kecil. Ia hanya bisa berharap. Entah kenapa Wibhawa sangat sulit untuk mereka kalahkan.
Mereka semua kembali diam dengan pikiran masing-masing, sembari menunggu hasil pemeriksaan dokter.
Beberapa menit kemudian, dokter keluar dari ruangan pemeriksaan Clara. "Bagaimana hasil pemeriksaan istri saya dok?"
Author: anggap saja berbicara bahasa inggris ya. Lagi malas translate soalnya. Soalnya saya gab bisa bahasa inggris.
"Dari hasil pemeriksaan terdapat banyak luka lebam di tubuh pasien. Pasien mengalami juga dehidrasi. Untuk kondisi matanya akan di lakukan terapi cahaya. Itu dapat memulihkan matanya" ucap dokter
"Apa pasien tinggal di tempat yang gelap? Yang tidak memiliki cahaya sama sekali? Paru-parunya juga bermasalah karena tidak menghirup udara dengan baik" sambung dokter
"Iya dok. Istri saya sudah 10 tahun tersekap di tempat yang gelap tanpa pencahayaan sama sekali. Udara yang ia hirup bukan udara asli melainkan udara buat" ucap Elvin.
.
.
NEXT