Karena permintaan kakeknya , Ellena dan Luis terpaksa menikah dan hidup bersama tanpa cinta dalam pernikahan mereka. Akankah Ellena mampu bertahan dalam pernikahan itu, atau justru memilih untuk pergi? Hanya waktu yang mampu menjawabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peringatan Luis
Di dalam rumah sakit, suasana kamar inap Adelia terasa sunyi. Adelia terbaring di tempat tidur, wajahnya pucat setelah kejadian kemarin siang. Ia menegak racun dalam upaya putus asa untuk menarik perhatian Luis, tapi upaya itu malah berakhir dengan dirinya harus dirawat intensif.
Luis masuk ke dalam ruangan dengan wajah yang tak terbaca, langkahnya mantap dan tegas. Matanya yang dingin dan tajam menatap langsung ke arah Adelia, yang terbangun dari lamunannya saat menyadari kehadiran Luis.
Adelia mencoba duduk dengan bantuan bantal di punggungnya. "Luis...," panggilnya lemah.
Luis tak menjawab, hanya mendekati ranjangnya dengan tatapan yang tetap dingin. Ia berdiri di samping tempat tidur, menatap Adelia dengan tatapan penuh ketegasan. "Adelia, aku datang ke sini bukan untuk simpati atau menunjukkan kepedulian. Aku datang untuk memperingatkanmu."
Adelia menatap Luis dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Luis, aku...," suaranya tercekat, tak mampu melanjutkan kata-katanya.
Luis mengangkat tangannya, menghentikan Adelia. "Dengarkan baik-baik. Aku tidak akan mentolerir tindakanmu yang mengganggu Ellena. Jika kau sampai berani mendekati atau mengganggu istriku lagi, aku tidak akan segan-segan mengambil tindakan keras."
Air mata mulai mengalir di pipi Adelia. "Luis, aku masih mencintaimu. Aku hanya ingin kita kembali seperti dulu," isaknya.
Luis mendengus, tetap dengan tatapan dingin dan arogan. "Cintamu tidak berarti apa-apa lagi bagiku, Adelia. Aku sudah memilih Ellena, dan aku akan melindunginya dari orang-orang seperti kamu, apapun yang terjadi."
Adelia terisak lebih keras, mencoba menarik perhatian Luis dengan tangisannya. "Tolong, Luis... aku tidak bisa hidup tanpamu."
Luis menghela napas panjang, menunjukkan rasa frustrasinya. "Kau harus belajar hidup tanpaku, Adelia. Hidupmu adalah tanggung jawabmu sendiri. Dan berhentilah menggunakan ancaman bunuh diri untuk menarik perhatianku. Itu hanya menunjukkan betapa putus asanya dirimu."
Adelia menatap Luis dengan tatapan penuh kesedihan dan putus asa. "Aku benar-benar menyesal, Luis. Aku hanya ingin kita bisa kembali seperti dulu."
Luis menggelengkan kepala, tetap dengan nada dingin. "Tidak ada yang bisa kembali seperti dulu, Adelia. Kau sudah melewati batas dengan mengganggu Ellena. Ini adalah peringatan terakhirku. Jangan pernah mendekati atau mengganggu istriku lagi. Jika kau melakukannya, aku tidak akan ragu untuk mengambil tindakan hukum."
Adelia terisak lebih keras, tapi Luis tidak menunjukkan belas kasihan. "Luis, kumohon...," katanya dengan suara yang patah-patah.
Luis berbalik, menunjukkan bahwa percakapan mereka sudah selesai. "Jaga dirimu sendiri, Adelia. Dan ingat, aku tidak akan segan-segan melakukan apapun untuk melindungi Ellena." Dengan itu, Luis melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan Adelia yang terisak sendirian di kamar inapnya.
Tangisan Adelia semakin keras, tapi Luis tidak lagi peduli. Baginya, melindungi Ellena adalah prioritas utama, dan ia tidak akan membiarkan siapapun mengancam kebahagiaan mereka.
Suara tangisannya masih terdengar ketika pintu perlahan terbuka. Rion melangkah masuk, senyum sinis terpampang di wajahnya saat melihat keadaan Adelia yang berantakan.
"Ah, Adelia. Kau benar-benar tahu caranya menarik perhatian," katanya sambil berjalan mendekat.
Adelia menatap Rion dengan mata penuh kebencian. "Apa yang kau lakukan di sini?" sergahnya dengan suara serak karena menangis.
Rion tertawa kecil. "Aku datang untuk melihat hasil perbuatanmu. Menegak racun hanya untuk menarik perhatian Luis? Betapa konyolnya. Ini adalah karma yang pantas untukmu."
Adelia merasa darahnya mendidih. Ia meraih vas bunga di dekat tempat tidurnya dan melemparkannya ke arah Rion. "Diam kau, brengsek!" teriaknya, tetapi Rion dengan mudah menghindar.
Rion hanya mengangkat bahunya, acuh tak acuh. "Kau bisa melempar semua barang di ruangan ini, Adelia. Itu tidak akan mengubah apa-apa. Kau telah kehilangan Luis, dan sekarang kau bahkan tidak punya harga diri lagi."
Adelia menggigit bibirnya, air mata terus mengalir di pipinya. "Pergi! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!"
Rion mendekati tempat tidur, masih dengan senyum sinisnya. "Kau tahu, Adelia, kau benar-benar menyedihkan. Kau mencoba bunuh diri untuk menarik perhatian seorang pria yang jelas-jelas tidak peduli padamu. Lihatlah dirimu sekarang, terbaring di sini, sendirian dan putus asa."
Adelia mencari sesuatu lagi untuk dilempar, tetapi Rion sudah melangkah mundur, menghindari serangan apapun yang mungkin datang. "Kau akan menyesal, Rion! Aku bersumpah!"
Rion tertawa terbahak-bahak, tak ada sedikit pun tanda penyesalan di wajahnya. "Kau tidak bisa mengancamku, Adelia. Kau sudah tidak berdaya. Nikmati saja karma ini, kau pantas mendapatkannya."
Rion berbalik dan melenggang keluar dari kamar, meninggalkan Adelia yang semakin hancur. Adelia menjerit frustrasi, melemparkan barang-barang di dekatnya ke arah pintu yang sudah tertutup. Tapi jeritannya hanya bergema di kamar yang sunyi, tidak ada yang peduli, tidak ada yang mendengarkan.
Adelia terisak, merasakan kehampaan yang begitu mendalam. Luis telah meninggalkannya, dan sekarang Rion datang hanya untuk menambah luka hatinya. Kehidupannya yang dulu sempurna kini berubah menjadi mimpi buruk yang tak berujung.
Dengan lemah, Adelia berbaring kembali di tempat tidurnya, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Dalam hatinya, ia tahu bahwa semua ini adalah akibat dari perbuatannya sendiri. Tapi rasa sakit dan kesendirian yang ia rasakan sekarang lebih dari yang bisa ia tanggung. Hatinya hancur, dan ia merasa dunia ini tidak lagi memberikan harapan untuknya.
***
Bersambung
agar bisa menyenangkan suamimu...❤️❤️