NovelToon NovelToon
Stuck On You

Stuck On You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: _Sri.R06

Kehidupan Agnia pada awalnya dipenuhi rasa bahagia. Kasih sayang dari keluarga angkatnya begitu melimpah. Sampai akhirnya dia tahu, jika selama ini kasih sayang yang ia dapatkan hanya sebuah kepalsuan.

Kejadian tidak terduga yang menorehkan luka berhasil membuatnya bertemu dengan dua hal yang membawa perubahan dalam hidupnya.

Kehadiran Abian yang ternyata berhasil membawa arti tersendiri dalam hati Agnia, hingga sosok Kaivan yang memiliki obsesi terhadapnya.

Ini bukan hanya tentang Agnia, tapi juga dua pria yang sama-sama terlibat dalam kisah hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _Sri.R06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akhirnya Menemukanmu

Minggu pagi hari itu membawa suasana dingin menyejukkan. Dengan angin yang bertiup lembut berhasil membawa serta dedaunan untuk ikut membawa perasaan segar pagi itu.

Harusnya, pagi ini membawa rona bahagia bagi setiap orang yang merasakannya. Namun tidak untuk seorang wanita di sana. Dia yang tengah duduk di kursi taman bertemankan sepi di tengah orang-orang yang juga menikmati pemandangan taman pagi itu.

Wanita itu—Agnia, tampak segar dengan tampilan yang sederhana, dia hanya mengenakan hoodie dengan celana jeans. Tidak ada polesan make up di wajahnya, membuat wajah itu tampak polos saat terkena sinar mentari.

Agnia mengikat asal rambutnya, membiarkan beberapa helaian rambut di sisi kepalanya terjatuh.

Dia menyipitkan mata saat merasakan tiupan angin menerpa wajahnya dengan lembut. Bersamaan dengan itu, helaan napas yang terdengar berat keluar dari bibirnya. Tampak sekali Agnia memiliki banyak pikiran yang berkecamuk di kepalanya.

Ada gurat lelah seolah berbicara di wajahnya. Agnia kembali memutar ingatan kemarin, saat Kaivan mengantar dia pulang. Dan, itu benar-benar sampai di tempat tinggal Agnia. Memang, itu membuat Agnia merasa tenang, namun di saat bersamaan, Kaivan jadi mengetahui di mana dia tinggal. Dan itu, yang kini menjadi alasan dari ketakutannya.

Agnia hanya berharap, Kaivan tidak memiliki niat untuk bertindak lebih jauh.

***

Di tempat lain. Abian yang sedang termenung di balkon kamarnya mendapatkan panggilan dari salah seorang bawahannya yang bertugas mencari keberadaan Agnia.

Abian terdiam mendengarkan saat dia mengangkat panggilan itu, berharap banyak jika salah satu dari mereka bisa memberikannya kabar tentang keberadaan Agnia. 

Ternyata, harapannya menjadi nyata, karena panggilan itu memberitahukan di mana mereka kembali melihat Agnia.

“Tetap di sana, dan awasi dia. Saat Agnia akan pergi, tahan saja. Jangan biarkan dia pergi sampai aku datang!” perintah Abian.

Abian menatap minuman bersoda di tangannya. Perlahan sudut bibirnya tertarik ke atas. Sorot matanya terlihat memancarkan binar bahagia. Dia simpan botol soda itu yang masih tersisa setengah di atas meja. Setelahnya melesat begitu cepat keluar dari kamarnya untuk menuju di mana Agnia berada.

“Aku pastikan, tidak akan pernah melepaskanmu lagi setelah ini, Agnia.”

***

Sudah cukup lama Agnia duduk di bangku taman itu. Rasanya, sudah saatnya bagi Agnia untuk segera kembali. Dia segera berdiri dan baru saja berbalik saat jantungnya mendapat hantaman keras hingga detaknya terasa begitu cepat.

Matanya membulat dengan perasaan terkejut saat melihat sosok tidak asing di hadapannya.

“Kamu … kenapa—”

Namun selanjutnya, seseorang itu sudah mendekap Agnia begitu erat, seolah pelukan itu memberitahunya betapa bahagia sosok yang tengah memeluk Agnia saat ini.

“Abian ….” Agnia bergumam, dia dibuat tidak bisa berkata-kata dengan gerakan cepat Abian. Mendengar helaan napas Abian yang terdengar mulai teratur, Agnia dengan ragu membalas pelukan pria itu, memberikan tepukan lembut di punggung tegapnya.

“Akhirnya … akhirnya aku berhasil menemukanmu.” Abian semakin mendesakkan wajahnya di ceruk leher Agnia, menghirup aroma yang selama ini selalu dia rindukan.

“Abian ….”

“Jangan pergi lagi … tolong,” ujar Abian, semakin mempererat pelukannya pada tubuh Agnia, seolah jika sedikit saja Abian melonggarkan kewaspadaannya, Agnia bisa menghilang saat itu juga.

“Tapi Abian—”

“Aku merindukanmu.” Abian semakin memejamkan matanya, bibirnya tidak bisa menyembunyikan senyuman tulus miliknya.

“Abian … tapi, sesak!” Agnia sudah memukul punggung Abian cukup kuat.  

Abian yang mendengar itu seketika langsung membuka matanya. Dia menjauhkan tubuhnya dari Agnia secepat kilat, tangannya mencengkram kedua bahu wanita itu dengan sorot mata yang kini berubah menunjukkan kekhawatiran.

Abian sudah memperhatikan setiap inci tubuh Agnia dengan mengguncang pelan bahu wanita itu. “Maaf, kamu tidak apa-apa, kan? Masih sesak? Kita ke rumah sakit, ya?” Abian begitu khawatir. Tidak dia sangka, rasa bahagianya malah membuat Agnia kesakitan.

“Kenapa? Bilang.” Abian mendesak, merasa semakin panik saat Agnia tidak kunjung berbicara.

Namun saat itu, Abian malah melihat Agnia tersenyum, disusul dengan tawa kecil yang seolah wanita itu tahan. “Kenapa tertawa?” tanya Abian.

Agnia menatap Abian sejenak sembari menenangkan perasaan geli di hatinya. “Tidak.” Wanita itu menggeleng. “Aku hanya merasa sikap kamu tadi terlalu berlebihan, Abian.”

“Berlebihan?” Abian menatap tidak percaya pada apa yang Agnia katakan. “Apanya yang berlebihan. Kamu bilang merasa sesak saat aku memelukmu tadi, kan? Kita sebaiknya memeriksakan ke rumah sakit. Aku takut menyakitimu saat melakukannya tadi,” kata Abian, nada suaranya menjadi lebih lembut diakhir kalimat.

Saat itu Agnia tetap menggeleng. “Tidak, sungguh. Aku baik-baik saja.”

“Sungguh?” tanya Abian.

“Iya.”

Barulah setelah melihat ekspresi serius di wajah Agnia Abian bisa merasa tenang.

 

“Tapi, kenapa kamu bisa tahu aku ada di sini?” tanya Agnia, setelah beberapa saat. Mereka memilih untuk duduk di kursi taman.

“Aku memiliki caraku sendiri,” jawab Abian.

Agnia menatap pria itu sinis. “Tentu saja, Tuan muda dengan semua koneksinya itu,” kata Agnia, nada suaranya terdengar mengejek. Namun itu adalah fakta.

“Ini.”

Agnia mengalihkan perhatiannya kembali pada Abian. Awalnya mengangkat sebelah alis untuk mempertanyakan apa maksud perkataan pria itu tadi. Tetapi, saat pandangannya turun mengarah pada apa yang saat ini Abian pegang, bola mata Agnia membulat sempurna, dia menatap pada Abian sekali dengan mulut yang terbuka menunjukkan keterkejutannya.

Abian mengangguk singkat, sembari menyodorkan sesuatu yang dia pegang itu pada Agnia.

“Mie instan?! Juga rasa favoritku!” Agnia mengambil cup mie instan di tangan Abian yang sudah diseduh dengan air panas sebelumnya itu. Jika dipertanyakan, entah sejak kapan Abian menyiapkannya. Tapi, Agnia tidak peduli, dia tersenyum begitu senang, bahkan matanya nyaris menipis seolah ikut bahagia atas pemberian Abian itu.

“Aahh! Terima kasih Abian … aku paling mencintaimu!” Agnia bahkan tidak menyadari apa yang dia katakan. Dia sudah dengan lahap mencoba mie instan yang dibawa pria itu. Menikmatinya dengan penuh rasa bahagia.

Sementara Abian? Jelas saja, pria itu bahkan tidak bisa bergerak untuk beberapa waktu. Dia tahu, Agnia tidak mengatakannya dalam maksud yang sebenarnya. Namun, itu berhasil membuat jantungnya berdegup kencang hingga rasanya wajah Abian terasa panas seketika.

Setelah berdehem beberapa kali, guna menenangkan degup jantungnya yang menggila. Kini hanya ada hening yang terjadi diantara mereka. Abian maupun Agnia merasa nyaman dengan keberadaan masing-masing.

“Kembali bersamaku, ya?” kata Abian setelah beberapa saat.

Agnia berbalik hanya untuk mencari raut keraguan yang mungkin ada di wajah pria di sampingnya. Namun di sana, Agnia justru hanya menemukan kesungguhan.

Agnia menundukkan kepalanya, jemari itu saling meremas. Dia menghela napas sebelum menjawab. “Aku tidak bisa. Aku sudah memiliki tempatku di sini, Abian. Lagipula, Kediaman Bellamy, bukan tempatku. Sejak awal, aku seharusnya tidak berada di sana.”

Abian mengerti apa yang Agnia maksud. Dia juga tidak ingin memaksakan keinginannya hanya untuk mengurung Agnia agar berada dalam pandangannya.

Jadi, pada akhirnya, Abian hanya bisa menganggukkan kepalanya. Dia akan menghormati keputusan Agnia.

“Hanya … berjanjilah satu hal.”

“Apa?” Agnia menatap Abian di sampingnya.

“Biarkan aku tetap bisa melihatmu,” ujar Abian membuat Agnia tertegun saat pandangan mereka terkunci satu sama lain.

Ya, Abian hanya tidak ingin merasa begitu ketakutan saat tidak kunjung menemukan keberadaan Agnia. Dia tidak ingin merasa tercekik oleh perasaan asing yang sudah cukup lama singgah di dalam hatinya.

Abian ingin, bisa dengan mudah menemukan di mana wanita itu berada saat dia membutuhkan kehadirannya.

Abian mungkin belum bisa mengikatnya lebih erat. Dia belum bisa menciptakan hubungan yang lebih kuat untuk mereka. Abian tidak ingin memaksakan perasaannya pada Agnia. Dia ingin, wanita itu bisa menerimanya dengan perlahan.

Biar saja … semuanya berjalan dengan perlahan. Karena untuk saat ini, Abian telah jatuh hati pada wanita cantik di sampingnya.

1
Jam Jam
ceritanya bagus ka, dilanjut ya kak. Semangaaat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!