Aku Richie, pria jomblo tampan, kaya raya yang tak mau menikah. Ayah ku memaksa aku menikahi Alya, gadis cantik yang sabar, tegar dan keras hati.
Entah sejak kapan Alya mencintai ku aku tak tahu. Aku sangat membenci nya, Aku ingin ia hidup tersiksa bersama ku.
Ku pikir, menghadirkan Farah, sebagai kekasih bayaran untuk merusak rumah tangga ku akan membuat ia pergi dan minta cerai dari ku.
Tapi Aku salah. Aku justru terperangkap oleh drama yang ku buat sendiri.
Kehadiran Mario yang sangat tergila-gila pada istri ku membuat hati ku tak rela melepaskan Alya.
Benih-benih cinta yg mulai tumbuh di hati ku, justru membuat aku menderita.
Aku tak yakin, Alya sanggup bertahan dari godaan Mario.
Haruskah ku biarkan cinta Alya direbut oleh Mario yang berpredikat play boy?
CUSSSS,, BACA NOVEL NYA !!!
Jangan lupa, pantau juga karya ku yang lain y 🤗
SUBSCRIBE, LIKE, KOMEN,VOTE ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ Jika kamu suka y 🤗
Bantu support with GIFT Biar Author tetap semangat ❤️❤️❤️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ALYA PERGI DARI RUMAH
Ku tatap wajah Alya yang sedang tertidur dengan penuh perasaan. Mata nya, hidung nya, bibir nya, semua nya seakan menggoda iman ku. Aroma rambut nya yang wangi, membuat ku betah berlama-lama menaruh kepala nya di dada ku. Aku seakan tak ingin bangun dari tidur ku andai dia tak terbangun sendiri.
Alya menggeliat dalam pelukan ku dan perlahan tampak membuka mata nya. Bulu mata nya yang lentik mengerjap memandangi ku dengan raut wajah terkejut.
Aku buru-buru memejamkan mata, berpura-pura tertidur agar ia tak tahu jika aku sudah bangun sedari tadi. Kurasa kan Alya bergerak turun dari pembaringan. Mata ku perlahan mengintip Alya diam-diam.
Istri ku yang cantik itu tampak berjalan tertatih-tatih menuju kamar mandi. Aku jadi kasihan melihat nya. Itu pasti karna pertempuran semalam. Ku sibak selimut yang ada di ranjang dan ku dapati bercak noda darah merah yang ada di seprai. Hati ku jadi tak menentu. Ia pasti sangat kesakitan.
Aku bergegas turun dari ranjang dan menuju kamar mandi.
"Al, Alya." dengan lembut ku panggil nama nya seraya mengetuk pintu kamar mandi.
Pintu kamar mandi terkuak pelan dan ku lihat wajah nya yang tampak meringis menahan perih.
"Biar ku bantu ke kamar mandi." ucap ku merasa bersalah.
Alya tertegun mendengar ucapan ku. Tanpa mempedulikan perubahan di wajah nya, aku menerobos masuk kamar mandi dan membantu nya membersihkan diri.
Pagi itu, aku memanjakan Alya seperti seorang ratu. Suatu hal yang awal nya tak ingin kulakukan. Tapi saat ini, justru ku lakukan untuk Alya.
"Apa yang terjadi pada mu semalam? Kenapa kau begitu buas dan membuatku tersiksa?" tanya Alya pada ku saat aku selesai membantu nya memakai pakaian.
"Maafkan aku, aku salah." jawab ku merasa bersalah menutupi kecerobohan Leon.
"Apa kau pikir aku suka, kau memperlakukan ku begitu buas Richie!" Alya jadi emosi mendengar jawaban ku.
Aku menarik nafas berat mengutuk diri ku sendiri. Harus nya aku tak berbohong pada Alya. Kelalaian Leon, telah membuatku hilang kesadaran. Dan Alya telah menjadi korban nya. Ia menderita karna kecerobohan Leon. Tapi aku tak bisa menyalahkan Leon sepenuh nya. Karna kelalaian nya itu membuat Aku dan Alya jadi menyatu.
"Jujur, Aku tak berniat sama sekali untuk menyakiti mu Alya. Aku sangat menyesal telah melakukan itu pada mu." jawab ku bingung harus bagaimana menjelaskan pada nya.
"Menyesal? Kamu menyesal telah meniduri ku? Kamu takut, aku akan hamil lalu kamu tak bisa bebas berpacaran dengan Farah begitu?" Alya malah makin salah paham setelah mendengar penjelasan ku.
"Aku tak bermaksud begitu Alya. Aku menyesal karna..., ah, sudah lah." Aku takut semakin banyak bicara, malah makin memperkeruh suasana romantis yang ingin ku ciptakan di pagi hari.
Alya tampak sangat marah, merasa tak puas mendengar jawaban ku yang menggantung.
"O, aku tahu. Ini salah satu cara mu untuk mengusir ku pergi dari rumah ini ya? Kamu sengaja minum obat untuk menyiksa ku berkali-kali. Agar aku ketakutan melayani suami yang berpura-pura hiperseks?" tuding Alya padaku.
Aku terbelalak mendengar ucapan nya. Pemikiran nya begitu jauh. Tak terlintas sedikitpun dalam benak ku untuk berbuat begitu.
"Okey, kamu menang. Kamu berhasil membuat rasa cintaku pada mu menjadi kebencian. Selama ini aku selalu bersabar melihat sikap mu yang berjuang keras menebar kebencian pada ku. Hari ini juga, aku akan pergi dari rumah ini." ucap Alya membuatku terkejut setengah mati.
Apa yang di katakan Alya, sepertinya bukan gertakan saja. Ia bergegas membuka lemari mengeluarkan sebuah koper dan memasukan seluruh pakaian nya ke dalam koper.
"Al, Alya. Ini salah paham. Aku tak bermaksud begitu Alya!" Aku berusaha keras membujuk nya.
Alya seolah mengabaikan ku. Seperti nya, kali ini ia benar-benar telah tersulut emosi.
"Dengarkan penjelasan ku dulu Alya." bujuk ku menahan diri nya yang sudah sulit untuk di bujuk.
"Semua itu tak sengaja Alya." jelas ku panik.
"Leon salah memberi ku obat." Aku terpaksa bicara jujur pada nya.
Tapi semua itu percuma. Alya tak mau mendengarkan ku. Ia justru tersenyum sinis menimpali perkataan ku.
"Jangan jadikan Leon tumbal untuk membela diri." tukas nya geram.
Ia menyeret koper nya hendak keluar kamar. Aku bergegas menahan tangan nya.
"Jangan pergi Alya." ku pinta dengan wajah memelas pada nya.
Alya menyentakkan tangan nya kuat dan menatap ku dengan gusar.
"Hentikan Richie! Kau cuma pura-pura menahan ku karna ayah mu masih ada di sini bukan? Tenang saja, aku akan katakan pada ayah mu, jika aku hanya ingin pulang menjenguk orang tua ku. Ku rasa kau tak perlu khawatir akan hal itu." ucap Alya membuat ku terdiam tak berdaya.
Aku terpaksa membiarkan diri nya pergi keluar dari kamar tanpa ada kata yang bisa ku ucap kan lagi pada nya.
Alya telah pergi. Ia benar-benar pergi meninggalkan ku. Bayangan nya tak terlihat lagi di mata ku menyisakan kelukaan yang meresap tiba-tiba dalam dada ku.
"Leon, Leon!" aku memanggil Leon dengan keras.
Dada ku terasa sesak dengan nafas tak beraturan.
Ku lihat Leon berlari cepat menghampiri ku. Wajah lugu polos tanpa dosa nya membuat aku tak kuasa untuk memarahi nya.
"ya tuan!" ucap nya tersengal-sengal.
Aku memandang Leon dengan geram. Tangan ku terkepal serasa ingin menghajar nya. Tapi aku tak bisa.
"Kejar Alya! Dia baru saja pergi dari rumah. Ikuti, kemana dia pergi! Laporkan apa saja yang ia lakukan di luar. Ingat, jangan sampai ketahuan Alya!" perintahku menyuruh Leon mata-mata i Alya.
Leon mengangguk cepat dan merunduk memberi hormat. Setelah itu ia bergegas pergi meninggalkan ku yang langsung terduduk lemas di atas sofa yang ada di dalam kamar.
Perasaan ku sangat terguncang karna kepergian Alya. Padahal, semalam kami sudah melakukan malam pertama dan aku telah bertekad untuk memulai suasana baru bersama nya.
Apakah aku terlambat melakukan nya? Kenapa rasa cinta ku datang terlambat? Saat benih-benih cinta itu mulai tumbuh, Alya malah memilih pergi hanya karna kesalahpahaman semata.
Aku sangat menyesal, Aku menyesali segala tingkah laku ku yang membuat diri nya berbalik membenci diri ku. Apa yang harus ku lakukan? Bagaimana cara ku untuk merebut hati nya kembali?
Satu-satu nya orang yang bisa membantu ku hanya lah Ayah. Ya, Ayah. Cuma Ayah yang mengenal Alya. Selama ini aku tak begitu mengenal Alya istri ku itu.
Aku tak pernah mau tahu siapa dia sesungguh nya. Siapa istri ku itu sebenarnya. Yang kutahu, Alya hanya wanita cantik dan anggun putri dari sahabat ayah ku yang mencintai ku karna selembar 'Foto'.
Hahaha... Aku mentertawakan diriku sendiri. Betapa konyol nya aku yang tak peduli dengan Alya selama ini.
"Richie, apa yang telah kau lakukan dengan Alya, hah?" mendadak suara Ayah terdengar keras membentak ku dari luar pintu kamar dan memburu ku dengan wajah beringas.
Plak...!
Ayah yang naik pitam langsung menampar pipi ku dengan keras membuat pipi ku berubah merah bekas tamparan beliau.
Aku kaget.
Bagaimana ayah bisa tahu jika Alya pergi karna ulahku? Bukan kah Alya mengatakan agar aku tak perlu mengkhawatirkan tentang alasan kepergian nya pada ayah?
.
.
.
BERSAMBUNG
.
.