NovelToon NovelToon
Petals Of Greedy

Petals Of Greedy

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Perperangan / Masalah Pertumbuhan
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fadly Abdul f

Ini merupakan cerita kelanjutan, pelengkap ending untuk cerita Pelahap Tangisan dan baca cerita pertamanya sebelum cerita ini.

Di sebuah kota terdapat seorang gadis, dia dikaruniai keluarga beserta kekasih dan hidup selayaknya gadis remaja. Hidupnya berubah drastis dikarenakan kekasihnya meninggal sewaktu tengah bekerja, disebabkan itu Widia sangatlah terpukul akan apa yang terjadi dan tidak sanggup menerimanya. Dalam keadaan kehilangan arah, tiba-tiba saja boneka yang diberikan kekasihnya hidup dan memberitahu jikalau jiwa kekasihnya masih bisa tinggal di dunia.

Dengan harapan itu, Widia memulai perjalanan untuk mewujudkan apa yang diinginkannya. Akankah Widia mampu mengembalikan nyawa kekasihnya? Yuk! Ikuti petualangan Widia untuk merebut kembali sang pujaan hatinya. Tetap ikuti dan dukung cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fadly Abdul f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Bab 22 Petals of Greedy

"Sepertinya dewa mengganggap itu hanyalah permainan dan lalai mengawasi kalian," kata Diani sebelum menghela napas dan melanjutkan, "lagian kalau dewa mau kalian, manusia mengubah takdir, gak perlu pakai ngasih kekuatan aneh-aneh segala, lah. Kek mau nonton kalian bertantem doang kesannya gitu menurut ku mah."

"Emang ada alasan lain?" Kata Adiira angkat bicara.

Disinilah langkah pemerintah kelihatan karena pengaruh dewa sudah tidak ada, orang-orang mulai menyadari keberadaan para penyihir di lingkungan mereka. Dengan demikian tontonan dewa telah berakhir, bahkan dunia mereka tak memiliki pengawas dan terbebas dari dewa.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa tiba-tiba dewa tidak mengawasi mereka lagi dan seolah-olah tidak bisa mengatur dunia lagi. Karena jelas-jelas Adiira merupakan penyebab utamanya. Kemarin hari, Diani mengetahui jika keberadaan bunga yang menghidupi planet mereka berada juga di bumi bahkan dengan jumlah yang banyak.

Diani menyentuh bunga keserakahan yang dia diletakan di atas meja, kelopak itu seperti mengeluarkan hawa udara yang sejuk dan nyaman. Itu rasa yang dirasakan Widia dan Aria, yang lain seperti Diani dengan Ardi tidak merasa nyaman, justru dia ingin menghindari bunga ini.

"Pantas saja, bunga ini selalu menekan kekuatan Destyn, aku pikir Adii nanam nih bunga biar gak ada pemilik Destyn lain mengancam keluarga?" Ungkap Ardi merasa bingung. Dia baru menyadari ini, karena bunga ini sama sekali enggan merespon, terhadap sentuhan dari dirinya.

Semua orang menatap Adiira yang tahu-tahu sudah lepas dari ikatannya, dia menyangga dagu dengan tangan kiri, selagi tangan kanan memainkan pisau kecil. Dia mungkin masih merangkai kata-kata yang pas, menimbang-nimbang sesuatu hal untuk diungkapkannya. Laki-laki ini kelihatan bingung, buat memberitahu rahasia.

Helaan napasnya Adiira begitu berat sebelum mengambil Maira, mengubahnya menjadi benang dan melilitkan tali merah itu ke lengan. Dengan perasaan jijik Ardi mual melihat lilitan benang itu ditelan kulit cucunya, kelihatan seperti tenggelam tapi secara harfiah Adiira memasukan mahkluk lain ke dalam tubuh atau ia menggabungkannya.

"Entah mengapa baru kali ini.. aku tak ingin memiliki cucu laki-laki," Keluh Ardi.

"Ini juga salahmu, kakek."

"Lah salah kakek apaan?"

Didesak oleh beberapa orang, mereka menuntun sebuah penjelasan jelas dari Adiira. Terutama Aria yang menanti penjelasan menantunya ini, semua yang ada di sini menunggu. Remaja ini menunduk menatap ujung sepatu dalam ekspresi sedih, ada secuil kejengkelan dan cemas pada muka remaja ini, perihal itu diketahui oleh gadisnya.

Dimulai dari cerita masa lalu, kembali pada waktu-waktu semasih belum Widia bertemu dengan kekasihnya. Laki-laki ini baru menemukan sebuah buku catatan serta peninggalan wanita lain di kamar kakeknya, alias mantan kekasih kakek, sebelum neneknya. Namun bukannya menemukan drama, dia justru mengetahui fakta penyihir.

Ketidaktahuan Adiira mendorong dirinya agar memahami kekuatan di luar akal manusia. Ketika dia menambahkan kekuatan, dia mengerti bahwa semua itu tidak akan didapatkan olehnya dengan mudah, berpikiran semacam itu seraya memetik bunga di alam Adiira menemukannya.

"Sebuah bunga yang paling indah..."

Tumbuhan itu tumbuh diatas tanah yang tidak ditumbuhi rerumputan, seolah-olah tanaman lain enggan untuk mendekati bunga menawan itu. Bunga yang seolah-olah berbicara, "bawalah aku bersamamu" semakin membuat Adiira tertarik, karena itu dia membawa dan merawatnya.

Hobinya merawat bunga, mengembangbiakkan bunga itu tanpa masalah. Adiira masih mendambakan kekuatan layaknya dalam film-film. Dia masih memelihara bunga ini dengan serius, bunga ini tak pernah menua, senantiasa menumbuhkan tunas baru dan menaikkan jumlah bunga lainnya yang sejenis dengan cepat, tanpa Adiira pikirkan.

"Kenapa.. jadi cerita kamu melihara bunga?!"

"Dengerin dulu orang ngomong, tua bangka!"

"Nggak usah ngegas juga, kali."

Adiira berdecak kesal menjawab, "bacot kali."

Dia memiliki kebiasaan mengerjakan tugas sekolahnya di tempat sepi, waktu itu dia masih berangan-angan memiliki kekuatan. Tahu-tahu keesokan harinya, kekuatan yang diinginkan olehnya terkabulkan, dia menyadari bisa mengendalikan waktu dan merasa jikalau itu karena bunga yang dia tanam. Entah kenapa Adiira meyakininya.

"Kamu gak pernah datang lagi ke dunia aku, tapi kami itu kemarin menemukan beberapa bunga sejenis di dunia kami. Kami pengin beritahu kamu, tapi kamu gak pernah pulang habis pergi..." dengan manyun Diani menjelaskan dengan agak kesal. "Yang paling penting bunga itu mengeluarkan semacam energi luar biasa," ungkap Diani.

"Lalu kalian menelitinya?"

"Benar. Kami menemukan kalau bunga ini bisa berbahaya dan menguntungkan," kata Diani berkeringat dingin.

Adiira belum tau menahu soal bunga yang mampu untuk mengabulkan permintaan seseorang supaya terkabul. Tanpa memikirkan konsekuensinya, Adiira kembali pada masa kakek ia muda, meninggalkan sebegitu banyaknya jejak dan terciptalah masa sekarang. Pernah dia berpikiran untuk mencoba memperbaiki garis waktunya.

"Tapi gagal, aku malah memperburuknya dan membunuh dewa yang mengatur dunia ini..." ungkap Adiira.

Seketika Aria yang meneguk kopi menyemburkan minum itu saking terkejutnya. Mengesampingkan keterkejutan orang-orang, Adiira melanjutkan ceritanya, setelah itu dia tidak tahu siapa yang mencoba menghalanginya untuk kembali ke masa lalu. Dia ternyata membunuh entitas itu tanpa sengaja, sehingga aturan-aturan mulai tak berlaku.

Sehingga munculah zaman dimana Destyn yang berasal dari kekuatan dewa tidak terikat aturan lagi. Mereka akhirnya memakai Destyn tanpa memiliki peraturan dan bertindak bebas, semua itu berlanjut sampai sekarang, sebab itulah Adiira merasa bertanggungjawab dan bertekad untuk mengembalikan bumi ini seperti semula.

"Hingga aku menciptakan ketiga kesalahan," ungkapnya.

"Apa itu, sebutkan lah!" Pinta Ardi, kakeknya.

"Pertama, membunuh kedua dewa sehingga para pemilik Destyn menjadi seperti sekarang. Kedua, membiarkan jiwa-jiwa yang mati tidak ke alam kematian..."

Semua mematung melongo, sebelum tiba-tiba Ardi mulai mengebrak meja segenap tenaga hingga papan kayu itu pecah seketika. Dia memelototi cucunya dengan amarah meluap-luap berkata, "jangan bilang jiwa-jiwa Destyn yang musti bebas tak bisa ke alam kematian karenanya."

Dia terduduk lemas di kursinya mendapati informasi dan mulai resah mendengarkan kelanjutannya. Ardi tidak mampu memikirkan apa-apa lagi, karena jika sungguhan terjadi, maka jiwa Destyn miliknya belum bebas ke alam kematian bahkan ia masih gentayangan di suatu tempat.

"Percaya tak percaya bunga itu sudah mengabulkan tiga keinginan, yaitu memiliki kekuatan waktu, kematian, dan seorang kekasih..." ungkap Adiira. Semua orang terdiam sebelum Adiira membuka mulutnya lagi, "aku pernah meminta kepada bunga seperti ini 'andaikata jadi depan mataku jadi seorang gadis, bakal ku nikahi.'" Kata Adiira.

"Lagi dah, aku bakal ketemu pacar ketiga Adii..." gumam Widia.

Tiba-tiba saja Diani meletakkan sebuah batu sembari dia mengatakan, "benda ini bisa menyerap energi bunga itu."

Diani menjelaskan dunia mereka bunga-bunga ini mampu menjadi pasokan energi tidak terbatas. Cara kerja batu sebagaimana sebuah baterai, menghimpun sekaligus membangkitkan aliran listrik untuk menghidupkan mesin. Dia mendekatkan batu dan bunga di atas meja, perlahan-lahan batu mulai berubah warna seperti terisi sesuai seperti perkataannya Diani barusan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!