Hana Deborah, putri angkat dari mendiang seorang mucikari ternama di kota Camelot! yang mencoba untuk tetap kuat menjalani pahit nya kehidupan pasca ditinggal sang ibu! ketidaktahuan Hana perihal pekerjaan sang ibu angkat membuat gadis itu selalu di pandang rendah oleh orang-orang sekitar bahkan sahabat nya sendiri.
'Wanita mana yang rela menyakiti hati perempuan lain?'
Hal itu terus saja berputar di pikiran Hana, namun Raya meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja!
Keberuntungan yang berpihak pada Raya membuat Hana akhirnya tunduk dan menuruti keinginan sahabatnya untuk menjadi wanita penggoda bagi Edward.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SPG-21
Berjalan dengan sedikit tertatih, Hana melangkah menyusuri jalan menuju apartemen senja itu.
"Aaah! ibu yang kutemui di pameran tanaman hias tadi sungguh baik hati! meskipun wajah nya nampak garang, tapi hatinya sungguh lembut! semoga saja kesehatan dan kebahagiaan selalu menyertai dirinya!" Hana berbicara seorang diri, bibir mungilnya yang menawan itu pun perlahan menorehkan senyum.
"Hai Nona! apa kau butuh bantuan ku?"
William yang muncul tiba-tiba di hadapannya membuat langkah Hana terhenti,
"Tuan William? bagaimana bisa Anda kemari?"
"Aku-, apa kau tak lihat kendaraan mewah yang terparkir di sana?"
Hana mengalihkan pandangan ia tampak memperhatikan telunjuk dari jemari William yang terarah pada sebuah hypercar dengan warna abu-abu di seberang jalan.
"Bukan itu maksud saya Tuan!"
"Lalu?" William terkekeh saat Hana kembali menatap wajahnya.
"Bagaimana bisa Tuan mengetahui tentang tempat tinggal saya?"
"Aaa-ah! jadi kau tinggal di area ini? mungkin kita akan bertetangga," William berbicara dengan sedikit menggaruk tengkuk leher, dan yang terjadi sebenarnya adalah ia mencoba untuk menyembunyikan rasa gugup yang kini menguasai diri.
Apa maksudnya? orang ini, kenapa dia selalu berbicara tidak jelas setiap kali bertemu dengan ku! itu sungguh menjengkelkan bukan? tapi dia sempat cidera karena Tuan Edward yang salah paham,
Hana termenung, tatapan gadis itu tampak kosong karena pikirannya yang melayang pada kejadian masa lalu.
"Maaf, saya permisi!"
Hana yang kembali mengacuhkan dirinya, akhirnya membuat William turut melangkah dan menarik pergelangan tangan Hana.
"Lepass!"
"E-iyaa maaf! aku-, aku sungguh ingin bisa berbicara lebih banyak dengan mu, Hana!"
Hana semakin dibuat kebingungan oleh sikap William yang lagi-lagi bertingkah tidak jelas.
"Apa sebenarnya yang ingin Anda katakan Tuan?"
"I-itu ..., mmmm!"
Bagaimana caraku meminta maaf padanya? apa dia marah karena perkataan ku saat itu?
"Baiklah saya pergi, sekarang!"
"Tunggu Nona! aku mohon!"
Pergerakan langkah kaki Hana pun kembali terhenti, gadis dengan rambut coklat bergelombang itu menghela nafas dalam, sebelum akhirnya menatap William dengan wajah datar.
"Apa kau terluka? maksud ku-, kaki mu! aku bisa membantu untuk menopang mu ke apartemen!"
"E-e ini! bukan masalah besar! aku masih bisa berjalan sendiri! terima kasih!" Hana bergegas melangkah namun William kembali menjegal langkahnya.
"Ooopsss! aku menangkap mu!"
Astaga! apa yang dia lakukan Tuhan?
Raut wajah Hana berubah panik, namun William justru tersenyum saat melihat sorot mata tajam dari gadis yang kini berada dalam pelukan nya.
"Bisakah kita bicara lebih dekat?"
"Apa maksudmu Tuan William? lepass!" Hana kembali mendorong tubuh tinggi dari seorang William, hingga melebarkan jarak diantara keduanya.
"Hana ..., aku-, aku minta maaf!"
"Minta maaf?"
"Aku-, aku tahu! diriku sudah keterlaluan padamu saat itu!"
"Apa yang Anda maksud dengan keterlaluan?" Hana tampak menaikkan satu alisnya, mencoba mengingat terakhir kali ia bertemu pria asing yang selalu mengganggu dirinya.
"Perkataan ku di taman! sebelum Edward menghajar diriku hingga tak sadarkan diri, apa kau sama sekali tak mengingat nya, Nona?"
"Aaaah! tentang hal itu rupanya? justru seharusnya diriku yang minta maaf padamu atas kelakuan Tuan Edward," Hana berucap ramah dengan senyum tipis di bibir.
Apa? jadi dia tidak marah padaku?
William terdiam linglung, senyum dibibir Hana yang begitu indah tersungging membuat mata pria itu tampak sulit beralih.
"Nona! apa kau benar-benar tak marah padaku?"
"Untuk apa? bukankah Anda yang terluka?"
"Tapi perkataan ku saat itu-,"
"Lupakan saja! saya hanya tidak ingin memiliki musuh dalam kehidupan ini! apapun yang orang lain katakan, itu hak mereka! lagipula saya tidak mungkin bisa meminta atau mengendalikan orang lain untuk bisa menghormati atau menyukai diri saya bukan?"
"Maaf Tuan! saya harus segera pulang sekarang! permisi!"
William kembali tercengang, ia tetap saja membeku sembari memperhatikan kepergian langkah Hana.
Bukan hanya paras mu yang cantik Hana, sikap juga kepribadian mu-, aku sungguh ingin mengenal mu lebih jauh! meskipun diriku tahu betul siapa dirimu di sisi Edward,
