gagal nya pernikahan pertama belum membuat ku jera akan hidup berumah tangga. aku menerima lamaran seorang laki-laki yang baru saja ku kenal ku fikir dengan aku menikah lagi kehidupan ku bisa terjamin dan bahagia, ternyata aku salah kini pernikahan ke dua ku juga berderai air mata.
apakah pernikahan Ayu yang kedua masih bisa di perbaiki atau gagal lagi seperti pernikahan pertamanya.
yuk langsung baca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nada gita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Aku dan Daffa sudah berada di dalam mobil menuju pulang.
"Ibu, tante tadi bilang apa? ". Tanya Daffa yang tak mengerti dengan perkataan yang di lontar kan Widia pada ku.
Aku menggeleng kan kepala lalu tersentuh manis menetap nya, melihat respon yang ku berikan pada nya, membuat Daffa tak lagi bertanya.
Tepat pukul 16.00 WIB. Kami sampai di rumah terlihat rumah masih kosong, seperti nya ibu belum pulang, ya sudah lah aku langsung saja membuka kunci rumah lalu kami pun masuk ke dalam.
Saat sudah di dalam aku menyuruh Daffa untuk membersihkan diri nya, sedangkan aku berjalan masuk ke dalam kamar terlebih dulu.
Di dalam kamar, aku duduk di kursi rias sambil menatap cermin, aku merenungi perkataan Widia tadi, ya memang benar apa yang di katakan nya.
Tidak ini seharus bukan seperti ini, aku akan bicara pada Mas Raka, aku tak ingin di sebut pelakor terus oleh Widia.
Aku berdiri lalu meletakkan tas selempang yang masih melekat di tubuh ku di atas meja, setelah itu aku berjalan ke luar kamar, saat aku baru saja ke luar kamar ibu baru pulang.
" Ibu". Sapa ku pada Ibu yang baru mau masuk ke dalam kamar nya.
Ibu berhenti melihat ku lalu bertanya "Dari mana Yu? ". Tanya nya pada ku. Karna melihat pakaian.
" Owh tadi jalan-jalan sama Daffa di mall! ". Jelas ku pada ibu seraya tersenyum manis menatap nya.
Ibu pun menganggukkan kepala nya, setelah itu ia masuk ke kamar nya untuk membersihkan diri karna harus sudah sore.
Aku pun berjalan ke dapur untuk bersiap-siap memasak untuk makan malam nanti, saat aku sedang berkutik dengan peralatan masak Ibu datang sudah dengan pakaian santay dan seperti nya habis mandi.
Ibu membantu ku memasak, di sambili dengan canda tawa di antara kami. Sejenak fikiran ku tentang perkataan Widia hilang seketika.
Kediam Widia.
" Dari mana kamu? ". Tanya Raka.
Raka baru saja sampai di rumah Widia istri pertama nya, setiap siang Raka memang sudah biasa datang ke rumah Widia, tapi jika malam ia akan pulang ke rumah Ayu.
Widia sudah terbiasa seperti ini, namun Ayu belum mengetahui jika siang-siang Raka akan pulang ke rumah Widia, karna setahu Ayu Raka kerja dan jika makan siang makan ia makan di area kantor, begitu lah Raka memberitahu Ayu.
" Dari luar". Jawab Widia. Meletakkan belanjanya di meja.
"Owh ya tadi aku bertemu dengan pelakor dan juga anak nya! ". Ucap Widia tampa melihat ke wajah Raka.
Raka melotot kan mata nya, apakah mereka bertengkar itu lah yang ada di fikiran Raka.
" Jangan sebut di pelakor Widia! ". Kata Raka tenang.
Widia menatap Raka dengan geram, bisa -bisa nya dia membela istri kedua nya mentah-mentah di depan Widia istri pertama nya.
" Lalu apa Mas, perebut suami orang, begitu hah.!". Ucap Widia dengan menaikkan tinggi intonasi suara nya.
"Sudah lah Wid, lebih baik kalian akur saja, aku akan adil dengan kalian berdua! ". Kata Raka mencoba berbicara lebih tenang menghadapi Widia.
" Wah...Mas. kamu akan adil pada kami, tidak akan bisa Mas!. Siang kamu di sini setelah itu setiap malam kamu di sana, apa itu adil Mas? " Widia berbicara di depan Raka, Raka yang baru saja ingin buka suara namun Widia langsung memotong nya. "Tidak ada wanita yang rela berbagi suami Mas, walapun kamu adil, dan ya kamu fikir cara mu sudah benar, TIDAK Mas! ". Ucap Widia dengan emosi yang menggebu-gebu.
Plak, Raka memukul meja, membuat Widia memejam kan mata nya rasa takut nya kini sudah hilang semenjak Raka menikah lagi.
Raka diam menatap ke depan dengan tatapan kosong.
" Ceraikan aku! ". Kata Widia tegas.
Raka langsung menatap tajam ke arah Widia, Raka berdiri " Sampai kapan pun kita tidak akan bercerai WIDIA! ". Kata Raka lalu ia pun berlalu pergi dari rumah.
Untuk ke sekian kali nya Widia menangis lagi dan teriak-teraik tak jelas, dalam hati ia berkata mengapa Ya Allah, mengapa harus seperti ini jalan nya.
" Akkkk...kamu jahat Mas!! ". Teriak Widia prustasi.
Kediam Wijaya.
Setelah pergi dari rumah Widia, Raka menuju rumah nya, entah lah fikiran sangat kacau karna ulah Widia, ia tak akan pernah menceraikan Widia dan juga tidak akan pernah melepaskan Ayu.
Terima atau tidak nya di antara mereka berdua, Raka tetap akan mempertahankan rumah tangga nya.
Setelah menempuh jarak waktu kurang 30 menit akhir nya Raka sampai juga di rumah yang sudah lama tidak di datangi nya.
Raka masuk ke dalam rumah, dan bertanya pada pembantu di mana Mama Sintya, setelah di beritahu Raka langsung saja menemui Mama Sintya yang ternyata sedang duduk di ruang keluarga.
" Raka". Sapa Mama Sintya seraya tersenyum bahagia karna anak tiri namun sudah ia anggap sebagai anak nya sendiri datang ke rumah.
Raka tersenyum sendu ke arah Mama Sintya, lalu ia duduk di samping Mama Sintya.
Mama Sintya menanyakan kabar Raka, Raka pun menjawab jika ia baik-baik saja, setelah itu Mama Sintya bertanya perihal rumah tangga nya apakah baik-baik saja. Dan juga memeletanyakan tetang apakah benar jika ia sudah menikah lagi, Mama Sintya mengetahui nya itu dari Arga.
Raka berfikir jika Mama Sintya tau itu pasti dari Arga yang bicara, Raka membenarkan semua nya jika ia memiliki dua istri, namun istri yang kedua nya belum mengetahui jika ia dan istri pertama nya belum bercerai.
Raka menceritakan semua nya kepada Mama Sintya tampa terkecuali, perihal Widia yang ingin meminta cerai dan Ayu yang ingin menjadi istri satu-satu nya Raka.
Keluarga Raka baru saja mengetahui tentang Raka, setahun mereka Raka hanya mempuyai satu istri yaitu Widia, karna keluarga nya sendiri yang menikahkan mereka berdua.
Mama Sintya mendengarkan dan menyimak setiap cerita Raka. Selesai Raka bercerita kini giliran Mama Sintya yang berbicara.
"Dengan Raka, hari wanita mana yang tidak sakit hancur karna di poligami, tidak semua wanita sudi untuk berbagi suami Nak! ". Ucap Mama Sintya lembut pada Raka.
Raka paham tapi apa salah nya jika harus belajar menerima semua nya, apa lagi ini semua sudah terlanjur.
" Walau pun kamu berusaha bersikap adil pada mereka, tapi mereka tidak akan mau. Seribu satu wanita yang mau menyuruh suami nya untuk berpoligami! ". Kata Mama Sintya lagi.
" Kamu sudah menikah, dan kamu tau yang mana yang benar dan yang mana buruk, cepat atau lambat salah satu dari mereka akan pergi dari sisi mu! ". Ucap Mama Sintya sambil meusap pelan-pelan pucuk rambut Raka yang berguling di pangkuan nya.
Raka diam, namun ia belum bisa mencerna semua nya, Raka masih egois ia menginginkan semua nya, terima atau tidak nya mereka.
ayo widia cari kebahagiaan sendiri 😊
pengen raka kena karma aja deh 😅
tolong kasih jodoh lain buat widia thor 🙏🏻😘