NovelToon NovelToon
Find 10 Fragments

Find 10 Fragments

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Spiritual / Sistem / Penyeberangan Dunia Lain / Peradaban Antar Bintang / Kultivasi Modern
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: GM Tyrann

Season 2 dari I Don't Have Magic In Another World

Ikki adalah seorang pria yang memiliki kekuatan luar biasa, namun terpecah menjadi 10 bagian yang tersebar di berbagai dunia atau bahkan alam yang sangat jauh. Dia harus menemukan kembali pecahan-pecahan kekuatannya, sebelum entitas atau makhluk yang tidak menginginkan keberadaanya muncul dan melenyapkan dirinya sepenuhnya.

Akankah dia berhasil menyatukan kembali pecahan kekuatannya, dan mengungkap rahasia di balik kekuatan dan juga ingatan yang sebenarnya? Nantikan ceritanya di sini.

up? kalo ada mood dan cerita aje, kalo g ada ya hiatus

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GM Tyrann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 07 - Liburan ke pantai

Di bawah langit yang mendung, gedung pusat portal peringatan C berdiri megah. Seorang Hunter wanita peringkat S, melangkah masuk dengan penuh percaya diri. Dia dikenal luas karena kekuatannya yang luar biasa dan kehadirannya yang karismatik. Hari ini, dia datang dengan tujuan khusus untuk melatih anggota serikatnya di gedung tersebut.

Setelah memasuki lobi, dia langsung mengumpulkan anggota serikatnya. Dengan suara yang tegas namun lembut, dia memberikan instruksi kepada mereka. "Aaron, kamu yang memimpin pelatihan hari ini. Latih anggota baru peringkat C dengan serius. Aku akan memeriksa portal-portal yang ada."

Aaron, seorang Hunter peringkat A yang merupakan tangan kanannya, mengangguk dengan penuh semangat. "Baik, Nona Seraphina. Akan saya laksanakan."

Seraphina kemudian beranjak menuju deretan portal yang tersebar di gedung itu. Satu per satu, dia memeriksa portal-portal tersebut, memperhatikan detail dan catatan yang terpampang. Namun, perhatian Seraphina terhenti pada sebuah portal yang tidak memiliki deskripsi dan tidak ada keterangan mengenai jenis monster yang ada di dalamnya. Di dekat portal itu, terdapat layar kecil yang hanya menampilkan satu nama: Kurogane Ikki. Nama tersebut disertai dengan waktu masuk dan keluar dari portal yang cukup lama.

Merasa penasaran, Seraphina mencari seorang petugas yang sedang beristirahat di dekat sana. Dia menghampiri petugas itu dan bertanya, "Permisi, saya melihat nama Kurogane Ikki di layar portal ini. Apakah dia masuk ke dalam portal peringatan C ini sendirian?"

Petugas yang sedikit terkejut melihat seorang Hunter peringkat S berbicara padanya, segera menjawab dengan sopan, "Ya, benar. Ikki masuk ke dalam portal itu sendiri."

Alis Seraphina terangkat, menandakan ketertarikannya. "Apakah dia berhasil bertahan di dalam portal itu?"

Petugas itu mengangguk sambil tersenyum. "Tidak hanya bertahan, Nona. Kurogane Ikki membunuh 300 monster sendirian di dalam sana. Dia keluar dengan selamat dan membawa pulang banyak sekali uang sebagai hasil dari kemenangannya."

Mendengar hal itu, mata Seraphina bersinar dengan rasa kagum. "Luar biasa. Apakah dia sering melakukan hal seperti ini?"

Petugas itu menggelengkan kepala. "Tidak, aku baru pertama kali melihatnya, mungkin dia orang yang baru naik menjadi hunter peringkat C. Tapi tetap saja Kurogane Ikki adalah Hunter yang sangat berbakat."

Seraphina mengangguk, merasa terinspirasi oleh kisah keberanian Ikki. "Terima kasih atas informasinya. Saya akan mengingat nama ini."

***

Kurogane Ikki yang berada di apartemennya.

"Hacih.." Aku bersin padahal hidungku tidak gatal, kira-kira kenapa ya? Apa aku memiliki alergi?

Aku sudah berada di apartemen dan membeli banyak makanan cepat saji untuk dimakan sendiri, aku menggelar pesta untuk diriku sendiri saat ini setelah mendapatkan banyak uang.

"Selamat kepada diriku karena telah mendapatkan banyak sekali uang." Aku langsung memakan makanan yang ada sambil menonton kartun di televisi.

Pada pagi yang cerah tanggal 12 Agustus, itu tiga hari dari hari dimana aku mulai berpesta sendiri di rumah.

Aku sedang menikmati waktu libur musim panas di apartemen. Aku sedang bersantai di sofa, menikmati ketenangan dan udara yang hangat. Tiba-tiba, suara bel pintu mengganggu ketenangan. Aku berdiri dan berjalan ke pintu, membuka dengan rasa penasaran.

Di depan pintu, berdiri tiga temanku, namun aku tidak terlalu akrab dengan mereka bahkan pemilik tubuh ini sebelumnya juga tidak terlalu dekat dengan mereka, namun mereka terus menempel padanya.

Mereka bernama, Riki, Shun, dan Chris. Mereka tampak bersemangat, dengan senyum lebar di wajah mereka. Riki, yang berdiri paling depan, memiliki tubuh besar dan tinggi dengan wajah yang pas-pasan. Rambutnya pendek berwarna kuning, hanya menutupi bagian atas kepalanya. Riki adalah tipe orang yang bisa sangat populer karena postur tubuhnya yang atletis, tetapi kecerdasannya yang terbatas sering kali mengurangi daya tariknya.

"Sobat! Ayo ikut ke pantai!" seru Riki dengan antusias.

Di samping Riki, Shun berdiri dengan tubuh pendek dan kurus. Rambut pendeknya yang berwarna putih tampak berkilau di bawah sinar matahari. Shun memegang pelampung lucu berbentuk bebek, yang membuat Ikki tidak bisa menahan tawa.

"Shun, kamu bawa pelampung? Kamu tahu kan, pantai itu untuk berenang, bukan untuk main-main," kata Ikki sambil tersenyum meledek.

Shun menggaruk kepalanya yang berambut putih dengan canggung. "Aku... aku tidak bisa berenang, jadi ini buat jaga-jaga saja," jawabnya dengan nada malu-malu.

Di sisi lain, Chris berdiri dengan tinggi sekitar 169 cm. Rambut kuningnya yang pendek berkilau di bawah sinar matahari. Tidak seperti Riki, Chris memiliki wajah yang lebih tampan, tetapi kepribadiannya yang agak mesum sering kali membuat orang lain menghindarinya.

"Ayo, Ikki, kita harus menikmati musim panas ini. Lihat, aku dan Shun bahkan memotong rambut kita untuk merasa lebih segar," kata Chris sambil mengedipkan mata.

Aku memperhatikan rambut pendek Shun dan Chris. "Kenapa kalian memotong rambut? Musim panas ini panas, ya?" tanyaku sambil tersenyum.

Chris mengangguk. "Ya, musim panas ini sangat panas. Rambut pendek membuat kita merasa lebih nyaman."

Aku tertawa kecil. "Baiklah, kalian menang. Aku akan ikut. Beri aku beberapa menit untuk bersiap-siap."

Memangnya apa yang salah dengan mereka, mereka cukup menyenangkan. Apa pemilik tubuh ini suka menyendiri? Pemilik tubuh itu adalah aku sih, dengan kekuatan dan kehidupan yang lain dan bisa disimpulkan bahwa itu adalah diriku sendiri.

Aku kembali ke dalam apartemen, mengambil pakaian renang dan barang-barang lain yang diperlukan. Dalam beberapa menit, aku sudah siap untuk berangkat ke pantai bersama teman-teman.

"Aku sudah siap, ayo berangkat," kataku lalu berjalan bersama mereka bertiga keluar dari gedung apartemen.

Setelah berkemas, aku dan ketiga temanku berjalan menuju halte bus terdekat yang berada tidak jauh dari gedung apartemen. Sesampainya di halte, mereka menunggu bus yang akan membawa mereka ke pantai. Ketika bus tiba, mereka naik dan pembayaran otomatis mengurangi saldo dari mereka berempat.

Di dalam bus, Riki tidak bisa menahan semangatnya. "Ayo, sobat! Pantai sebentar lagi!" teriaknya dengan suara lantang, menarik perhatian penumpang lain. Riki memang selalu penuh semangat, sering memanggil Ikki dengan sebutan "sobat" dan Shun dengan julukan "cebol". Sementara itu, Chris tetap menjadi dirinya yang agak mesum, menatap gadis-gadis dengan tatapan nakal.

'Orang ini malu-maluin.' Aku dalam pikiranku.

Bus akhirnya tiba di dekat pantai, dan mereka berempat turun dengan perasaan antusias. Pasir putih dan suara ombak yang menghantam pantai menyambut mereka. Aku, Shun, dan Chris segera mencari tempat untuk berganti pakaian, sementara Riki yang sudah mengenakan pakaian renangnya sejak dari rumah, menunggu sambil bersiul dan mengamati gadis-gadis yang lewat.

Aku tidak bisa menahan pikiranku tentang betapa anehnya pakaian renang wanita. 'Mereka tidak merasa malu dengan pakaian renang yang mirip pakaian dalam, tapi kalau dilihat dalam pakaian dalam asli, mereka pasti akan sangat malu,' gumamku dalam hati sambil mengganti pakaian.

Setelah semua siap, mereka berempat menuju tepi pantai. Ikki, Shun, dan Chris bergabung dengan Riki yang sudah menunggu. Mereka bermain air dan saling menyiram, tertawa dan bercanda tanpa henti. Shun, yang tidak bisa berenang, membawa pelampung lucunya dan bermain di tepi pantai, berusaha tetap dekat dengan teman-temannya.

"Ayolah, kamu tidak akan tenggelam ditepi pantai," kataku pada Shun yang menggunakan pelampung di tepian.

"Musibah tidak ada yang tahu." Shun mengatakan itu dengan mata yang penuh ketakutan.

Setelah cukup lama bermain, mereka memutuskan untuk beristirahat. Mereka duduk di bawah payung besar, menikmati angin laut yang sejuk. Namun, istirahat mereka tidak berlangsung lama. Riki dan Chris segera bangkit dan berjalan menuju sekelompok gadis yang sedang bermain bola voli di dekat mereka. "Ayo, sobat! Kita lihat apa kita bisa bergabung," kata Riki sambil mengedipkan mata ke arah ku.

Aku menggelengkan kepala. "Kalian pergi saja. Aku ingin membeli es disana," jawabku sambil menunjuk sebuah toko.

'Lebih tepatnya aku tidak ingin orang lain tahu bahwa mereka temanku.' Aku dalam hatiku.

"Shun apa kamu mau ikut?" tanyaku pada Shun yang sedang duduk, mungkin dia masih takut padahal kami bermain di tepi.

Riki dan Chris berjalan menjauh. Shun yang lebih pendiam hanya mengangguk, tetap berada di tempatnya. Namun, tidak lama kemudian, beberapa wanita datang mendekati Shun, menggoda dan bercanda dengannya. Shun yang awalnya canggung, segera menjadi pusat perhatian.

Melihat hal ini dari kejauhan, Riki dan Chris merasa kesal. Mereka kembali dan tanpa basa-basi, mulai menggali pasir di sekitar Shun, menguburnya hingga hanya kepala yang tersisa di atas pasir. "Ayo, cebol! Ini balas dendam karena kamu mencuri perhatian para gadis," kata Riki sambil tertawa.

Shun berusaha melepaskan diri, tetapi pasir yang berat membuatnya sulit bergerak. "Hei, keluarkan aku dari sini!" serunya marah.

Chris tertawa kecil sambil berkata, "Tenang saja, ini hanya lelucon."

Saat mereka tertawa dan bercanda, Riki tiba-tiba bertanya, "Hei, di mana sobat?"

Aku, yang sudah membeli es lalu berjalan menjauh dari mereka, aku hanya mencari ketenangan, aku sedang duduk di atas batu besar, memandang ke arah laut. Aku sangat menikmati momen sendirian, terhindar dari kekacauan dan keributan teman-temanku. Sambil tersenyum, aku berpikir bahwa meskipun teman-temanku kadang membuatku kesal, mereka adalah teman yang cukup menyenangkan. Persahabatan mereka, dengan segala keanehannya, tetaplah sesuatu yang berharga.

Ketika akhirnya aku kembali setelah menghabiskan es yang aku beli, aku menemukan Shun yang masih terjebak di dalam pasir, Riki dan Chris yang tertawa terbahak-bahak, dan sekelompok gadis yang kebingungan. Aku hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum, bersiap membantu Shun keluar dari pasir dan mengakhiri lelucon yang sudah berlebihan. Hari di pantai itu menjadi salah satu kenangan musim panas pertamaku saat aku sampai di dunia ini.

Matahari mulai terbenam, mewarnai langit dengan semburat oranye dan merah. Aku dan ketiga temanku membersihkan diri, menghilangkan pasir dan garam laut dari tubuh. Dengan lelah namun puas, mereka bersiap untuk pulang.

Perjalanan pulang dengan bus terasa sangat tenang. Suasana di dalam bus hening, hanya terdengar dengkuran dari Riki, Shun, dan Chris yang tertidur kelelahan setelah seharian bermain di pantai. Aku memandang keluar jendela, menikmati pemandangan senja yang indah, aku membiarkan pikiranku melayang dengan damai.

"Masa-masa seperti ini tidak buruk juga," aku bergumam dengan suara lembut dan menikmati momen yang damai tersebut.

Sesampainya di halte dekat apartemen, aku dengan lembut membangunkan teman-temanku. "Hei, bangun. Kita sudah sampai," kataku sambil menggoyang-goyangkan bahu mereka. Riki, Shun, dan Chris menggumam pelan, membuka mata mereka yang berat dan bangkit dengan malas.

"Terima kasih, sobat," kata Riki sambil menguap. Shun dan Chris hanya mengangguk setuju.

"Yah, pulanglah ke rumah masing-masing dan istirahat. Kita akan bertemu lagi saat sekolah dimulai," kataku sambil tersenyum lelah.

Mereka berempat berpisah di depan gedung apartemen. Aku naik ke apartemen, melewati koridor yang sunyi. Sesampainya di dalam, aku langsung menuju kamar tidur, melepaskan pakaian dengan malas dan menjatuhkan diri ke tempat tidur.

Dengan cepat, aku tertidur, memikirkan betapa menyenangkan hari itu. Aku tidak pernah sangat lelah bahkan saat bertarung dengan ratusan death knight, pikirku lalu tertidur lelap.

1
Vemas Ardian
njirr ngelunjak 😭😭
Ibrahim Rusli
sejauh ini keren sih Thor ...lanjut 🤘🏻🤪
Dhewa Shaied
cukup menarik hanya saja ad bbrpa bab yg paragraf nya berulang
Protocetus
izin promote ya thor bola kok dalam saku
GM Tyrann
Kalo kalian udah mulai baca terus ada nama MC dibagain sudut pandangnya padahal seharusnya Aku. Itu kesalahan penulisan, karena udah banyak jadi malas ganti, ada banyak sih pas sudut pandang MC seharusnya pake Aku dan Kami, tapi malah pake, nama MC, Dia dan Mereka.

Kalo dari sudut pandang karakter lain nama MC, y pake nama MC. Apa lagi.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!