Istri Kontrak Tuan Impoten

Dika pulang terlalu larut, dia pergi ke club' malam bersama teman temannya untuk menghibur diri. Pekerjaan menumpuk membuat kepala Dika stres, dia butuh hiburan agar rasa stres dan penatnya bisa sedikit berkurang.

Diva telah tertidur lelap diatas kasur, dia meringkuk kedinginan. Dika menutupi tubuh istrinya dengan selimut tebal, membenarkan posisi tidurnya dan mengoleskan krim anti nyamuk di beberapa bagian tubuhnya.

Selesai mandi dan berganti pakaian Dika berbaring disisi Diva, dia tak perlu bertanya boleh apa tidak tidur satu ranjang dengan Diva karena wanita itu pasti akan mengizinkannya. Apa lagi setelah pergulatan mereka yang kedua, mereka sudah saling menunjukan ketertarikan masing masing.

Dika membelai lembut rambut Diva, tiba tiba saja wanita itu membuka mata dan menatap Dika dengan tatapan sayu.

"Kapan pulang Om?" Tanya Diva. Dia menggeliat seperti cacing kepanasan.

"Panggil aku Mas,"

"Ah, iya Mas,"

"Aku baru saja pulang. Kenapa bangun? Tidur lagi ini masih tengah malam,"

"Aku lapar,"

"Tunggu disini, aku akan mengambilkan makanan dan minuman untukmu."

Dika pergi ke dapur, dia membuat satu gelas susu dan satu tangkup roti bakar. Meski kedua matanya sudah mengantuk, dia masih rela membuat sesuatu untuk mengenyangkan perut istrinya yang sedang lapar.

Beberapa menit kemudian Dika kembali, Diva menyambut dengan senyum gembira. Terlebih saat melihat Dika kembali dengan makanan dan minuman enak ditangannya.

"Makan ini, setelah itu pergi tidur lagi,"

"Terimakasih Mas, kamu baik sekali,"

"Aku selalu baik pada wanita yang aku sukai Diva, termasuk padamu,"

"Apa diluar sana ada wanita lain yang Mas sukai selain aku?"

"Ada,"

"Siapa?"

"Ibuku. Setelah itu tidak ada lagi. Ha... Ha... Ha..."

Entah mengapa hati Diva merasa sangat bahagia, untuk pertama kalinya dia jatuh hati pada seseorang dan sepertinya seseorang itu membalasnya. Kini Diva tak sungkan untuk menunjukan kasih sayangnya pada Dika, tapi sebelum itu dia harus meminta sebuah penjelasan pada Dika tentang suatu hal.

"Mas, soal kontrak pernikahan kita bagaimana?" Diva menatap Dika dengan tatapan serius. Dia menunggu jawaban pasti dengan harap harap cemas, takut jawabannya tak sesuai dengan apa yang Diva harapkan.

"Kontrak pernikahannya akan aku rubah, dari dua tahun menjadi seumur hidup." Ucap Dika mantap.

🍁🍁🍁

Dika mengajak Diva pergi ke mall, mereka berbelanja banyak stok makanan untuk mengisi kulkas. Kemudian mereka membeli baju dan sepatu couple layaknya muda mudi yang sedang dimabuk asmara.

Keduanya selalu bergandengan tangan, siapa saja yang melihatnya pasti akan merasa iri. Dunia serasa milik berdua, yang lain hanya mengontrak saja.🤭

Dika mengajak Diva mampir ke salah satu stand makanan untuk membeli ice cream, air mineral dan roti bakar. Diva menunggu disebuah kursi, sambil terus mengamati suaminya dari jarak sedikit jauh.

"Akhirnya kita bisa bertemu lagi ya Diva," ucap seseorang. Diva menoleh kesamping, dia kaget saat melihat sosok Tantenya ada disana.

"Tante, sedang apa disini?" Diva melirik kesal.

"Jalan jalan dong, memangnya yang ingin jalan jalan ke mall cuma kamu saja? Enak ya, punya suami kaya bisa shoping shoping banyak," Maria melihat beberapa tote bag dan barang belanjaan lain yang tergeletak disisi kursi.

"Biasa saja tuh!"

"Ketus sekali, padahal kamu bisa menikah dengan dia gara gara Tante loh. Harusnya kamu berterimakasih pada Tante karena sudah mempertemukan dia dengan kamu malam itu,"

"Tante masih punya nyali ya bicara sembarangan padaku? Harusnya malam itu aku laporkan Tante ke polisi saja atas dugaan penipuan dan perdagangan wanita,"

"Anak sial! Beraninya mengancam orang yang lebih tua." Maria mendelik. Wajahnya memerah menahan marah, tangannya mengepal seolah ingin mengajak diva berkelahi. Sayang, sosok Dika segera muncul. Maria tak jadi mengajak Diva berduel ditempat umum.

Melihat Maria yang langsung diam seribu bahasa saat melihat Dika membuat Diva tersenyum masam. Jelas sekali kalau Maria takut pada suaminya. Tidak ada manusia yang berani macam macam pada Diva selama Dika ada disisinya.

"Ada apa sayang? Kenapa wajahmu cemberut?" Tanya Dika khawatir.

"Itu Tante, sepertinya dia mau macam macam padaku tadi," sahut Diva.

"Bohong! Aku hanya berdiri dan menatapnya saja kok. Lihat jarak kami berdiri cukup jauh bukan? Bagaimana bisa aku mau macam macam padanya?" Maria membela diri.

"Aku tau, kamu adalah Tante dari istriku. Tapi aku tidak segan segan untuk mematahkan kaki dan tanganmu jika kamu berani macam macam padanya," ancam Dika horor.

Maria mengkerut, meski begitu sikap angkuh dan iri dengkinya tidak akan hilang. Dia berlalu pergi berguru saja sambil memasang wajah kesal, ekspresi wajahnya itu membuat Dika memiliki firasat kurang baik.

"Segera pergi saat bertemu dengan dia lagi," pinta Dika. Diva mengangguk tanda setuju.

Bersambung...