NovelToon NovelToon
Memeluk Yudistira

Memeluk Yudistira

Status: tamat
Genre:Tamat / ketos / Playboy / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Gulla

Ini tentang Naomi si gadis cantik ber-hoodie merah yang dibenci ibu dan kakaknya karena dianggap sebagai penyebab kematian sang ayah.

Sejak bertemu dengan Yudistira hidupnya berubah. Tanpa sadar Naomi jatuh cinta dengan Yudistira. Pria yang selalu ada untuknya.

Namun sayangnya mereka dipisahkan oleh satu garis keyanikan. Terlebih lagi tiba-tiba Naomi divonis mengidap kanker leukimia.

Apakah semesta memberikan Naomi kesempatan untuk memperjuangkan cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Hari yang ditunggu tiba. Jantung Naomi berdebar kencang, ia gugup akan  bertanding dengan Vano nanti. Sekarang ia berada di dekat cafe milik  Yudistira bersama Pandawa minus Bima dan beberapa teman Yudistira.  Sedari tadi mereka menunggu kehadiran Bima. Cafe juga sudah di tutup.

“Bima ke mana?” Tanya Arjuna sambil menghembuskan napas bosan.

“Otw katanya.” jawab Sadewa yang sedari tadi bertugas menghubungi Bima.

“Lima menit dia nggak muncul kita tinggal.” Yudistira mendesah ia tidak sabar mengakhiri hal konyol yang Vano lakukan pada Naomi.

Tiba-tiba suara motor menderu bukan hanya satu tapi banyak menulikan telinga.  Seketika Naomi dan Pandawa menoleh. Mereka kaget, mendapati Bima datang  dengan banyak pasukan. Lebih dari dua puluh motor berjejer mengikuti  Bima. Sedangkan tersangka yang dicari malah asik sendiri.

Yudistira kesal setengah mati. Mereka mau balapan bukan tawuran tapi adiknya ini  malah membawa banyak pasukan. Naomi meringis dari mana Bima bisa  mengumpulkan orang sebanyak itu. Menurut Naomi itu terlalu berlebihan.

“Jun, urus kembaran lu. Suruh pergi pasukannya.”

“Oke.”

Arjuna turun dari motor. Berjalan menghadang Bima. Ia tidak habis pikir dengan adiknya yang mengumpulkan banyak orang hanya untuk balapan.

Arjuna menatap Bima kesal. Andai saja bukan kembarannya sudah ia goreng jadi  telor dadar. Ia berkacak pinggang sambil menahan napas. Ia berusaha  untuk tidak marah. Bisa hancur reputasi tenangnya.

“Suruh pergi pasukan lu!”

Bima menaikan alisnya, ia langsung cemberut mendengar ucapan Arjuna. Perjuangannya mengumpulkan pasukan sia-sia. Ia bahkan sampai mengajak adik kelasnya untuk ikut gabung bersamanya. Kembarannya ini dengan enteng menyuruhnya untuk mengusir pasukannya.

“Nggak mau, gue ngelakuin ini demi kita. Biar kita menang.”

“Yang mau balapan itu Naomi sama Vano bukan pasukan lu. Suruh mereka pulang.  Lu mau kita di tengah jalan di tangkep polisi kalau rame-rame gini.”

Apa yang Arjuna katakan ada benarnya. Bisa jadi polisi akan menghadang  mereka di tengah jalan. Lalu pertandingan akan di tunda. Bima menghembuskan napas berat. Ia akhirnya mengalah. Bima dengan berat

mengusir pasukannya. Ada yang kecewa karena tidak jadi ikut bahkan menyorakinya kesal karena di PHP. Bima hanya bisa menyengir.

“Lain kali jangan keroyokan gitu. Bener sih Vano bakal takut. Tapi pikirin  juga hal-hal negatif lainnya. Semakin banyak orang maka semakin besar kemungkinan untuk ribut.” Arjuna tidak ingin ada keributan apalagi perkelahian.

Naomi terdiam ia baru sadar. Hanya dirinya yang perempuan di sini. Ia dikelilingi banyak laki-laki. Untung saja salah satu dari mereka adalah  Yudistira jika bukan maka Naomi akan menggigil ketakutan.

“Rileks jangan takut. Ada aku disini.” Suara Yudistira membuat Naomi terkejut.  Saat ini ia duduk di jok belakang motor Yudistira. Sedangkan pria itu  baru saja datang setelah mengobrol dengan Nakula. Naomi terkejut dengan

kehadiran Yudistira yang tiba-tiba.

Pria itu tidak mengizinkannya naik motor sendirian ke tempat pertandingan.  Ada beberapa hal yang Yudistira takutkan. Naomi akan dibantai  habis-habisan oleh Vano. Mengingat dulu motor Bima sampai tidak  berbentuk.

“Terimakasih kak.”

“Kami di sini ada untuk menjaga kamu. Menang atau kalah itu nggak penting.  Kalau Vano bertindak nekad sama kamu. Aku dan yang lain bakal pastiin  dia nggak bakal bisa nyentuh kamu seujung kakipun.” Naomi terpaku, meski wajah Yudistira ditutupi oleh helm namun Naomi masih bisa merasakan  tatapan tulis pria itu. Ia beruntung memiliki Yudistira dan juga Pandawa yang menganggapnya lebih dari sekedar Naomi.

Kemudian Yudistira naik ke atas motornya mulai menyalakan mesin motor dan  melajukan ke jalan raya diikuti yang lain. Malam itu begitu dingin. Naomi memakai jaket merah miliknya. Berbanding mencolok dengan yang lain

yang menggunakan serba hitam.

Naomi tahu hidup dan matinya tergantung dengan pertandingan ini. Jika kalah  maka Vano dan antek-anteknya akan mengganggunya. Namun jika ia menang maka hidupnya akan tenang. Ia memang tidak bisa mengendarai motor dengan ahli. Bukan berarti ia kalah. Ia masih ada harapan. Walau Naomi tidak tahu akankah keberuntungan bersamanya. Disaat ia tidak pernah berdoa sama sekali. Tapi bukankah berharap itu sama saja dengan berdoa. Hati  Naomi bimbang dan ragu seketika. Selama ini ia tidak pernah menganggap  Tuhannya, tapi kenapa ia selalu berharap.

Naomi mendongak menatap langit yang di penuhi bintang kerlap kerlip bukan  hanya itu saja cahaya rembulan bersinar begitu terang. Malam ini terasa indah, di tengah kegugupannya. Semua itu berkat Yudistira. Malaikat

berwujud manusia, orang yang begitu baik dan mau membantunya tanpa pamrih. Bahkan disaat ia tidak pernah bisa memberikan balasan apapun.

Motor yang dikendarai Yudistira berhenti. Naomi tersadar mereka sudah sampai. Tempat ini begitu sepi. Vano sengaja memilih lokasi yang jauh dari  hiruk pikuk kehidupan. Hanya saja tempat ini berbahaya jalanan tidak

mulus, banyak jurang dan tikungan tajam. Melakukan kesalahan dikit saja  nyawanya bisa terancam.

Terlihat Vano dan rombongannya sudah lebih dahulu datang. Mereka berjalan menghampirinya. Naomi menelan ludah. Pantas saja Bima tadi ngotot meminta membawa pasukan ternyata Vano tidak main-main. Ia membawa lebih dari dua puluh orang hanya untuk menonton pertandingan. Sungguh luar biasa.

Naomi turun dari motor mengikuti Yudistira dan lainnya kelompok mereka saling berhadapan dengan kelompok Vano. Hawa begitu panas. Meski Naomi yang  akan balapan tapi seperti duel antara ketua Genk motor. Vano tersenyum  melihat Naomi yang berani datang. Tinggi juga nyali domba kecil itu. Apa dia tidak takut dengan serigala sepertinya?

Vano dan gengknya memakai jaket dengan lambang serigala dan tulisan wolves  di belakangnya. Mereka baru ingin menunjukkan kuasa agar tidak ada yang  berani macam-macam. Apalagi Naomi gadis kecil yang telah membuatnya malu setengah mampus. Karena terus dikalahkan.

“Bisa kita mulai pertandingan ini?”

“Bagaiman domba kecil? Apa kamu mau kembali tidur dan pulang?” ejek Vano yang di ikuti tawa oleh anak buahnya.

Yudistira mengepalkan tangan. Ingin rasanya ia menonjok wajah Vano sekarang juga. Dasar pengecut, beraninya keroyokan dan melawan gadis kecil. Tidak malu dengan badan dan umur.

Naomi melangkah maju, ia berdiri di depan Vano sambil menatap pria itu tajam. Ketakutannya lenyap begitu saja. Ia tidak ingin di pandang rendah oleh

Vano. Ia harus terlihat kuat, ia tidak sendirian ada Yudistira dan

lainnya yang mati-matian membelanya.

“Aku siap untuk mengalahkanmu Tuan Muda Geovano.” Ujar Naomi sambil menunjuk dada Vano dengan menantang bahkan matanya menatap Vano nyalang  mengobarkan api semangat yang membara.

1
gulla daisy
sedih ceritanya tapi bagus
gulla daisy
Kasian Naomi
gulla daisy
Sedih banget novelnyaaa
wgulla_
ayo
Damiri
awas aja
Damiri
naomi sabar ya
Damiri
sedih jadi naomi
Damiri
lanjut
Damiri
bagusss
Damiri
lanjut suka kak
Damiri
bagus
Damiri
bagus sekali aku suka
Binti Masfufah
menarik
wgulla_: udh lanjut kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!