NovelToon NovelToon
Jingga Swastamita

Jingga Swastamita

Status: tamat
Genre:Tamat / Konflik etika / Angst / Enemy to Lovers
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: CHIBEL

Namanya Jingga Swastamita, seorang gadis yang hidup selama 19 tahun di panti asuhan.

Jingga, nama yang di berikan oleh ibu kandungnya, serta Swastamita yang memiliki arti senja. Nama yang di berikan oleh Ibu panti, karena ia ditemukan saat matahari akan kembali ke peraduannya.

Tanpa ia duga, seorang pria yang mengaku sebagai ayahnya datang menemuinya setelah bertahun-tahun lamanya dan membawanya tinggal bersama.

Dia akan hidup bersama ayah dan juga ketiga saudara laki-lakinya. Saudara yang pada kenyataannya sangat membenci kehadirannya.

Penderitannya di mulai sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di sana. Mampukah Jingga melewati semua perlakuan buruk ketiga saudaranya? Apalagi salah satu dari mereka ternyata menginginkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 - H-2

Setelah mendengar fakta mengenai fotonya bersama 3 laki-laki, Jingga tidak berniat untuk memberitahu kebenarannya kepada sang Ayah.

Semuanya sudah terjadi, hukuman sudah ia lakukan. Untuk apa ia mencari pembenaran? Lagipula, ayahnya pasti akan membela ketiga putranya yang notabennya adalah anak sah. Bukan seperti dirinya yang terlihat seperti anak tak di inginkan.

"Mau, kan?"

Jingga menatap lekat orang duduk di sampingnya, "Tapi kita baru saja kenal," jawabnya pelan.

"Paman tau semua perlakuan buruk yang kamu terima dari ketiga saudaramu," ungkap seorang pria yang tak lain adalah Yuda.

Setelah mengetahui jika Jingga adalah anak dari temannya, dan hidup bersama Ayahnya, saat itu juga Yuda membayar salah satu pelayan di rumah Januarta untuk menjadi mata-mata.

Tak heran jika ia tau, hanya saja ia kecolongan saat Jean memperkosa Jingga hari itu.

"Selama ini Paman diam karena Paman kira ayahmu yang akan bertindak, ternyata dugaan Paman salah," tambahnya

Jingga meremat kedua tangannya, beberapa hari ini ia juga berpikir. Jika ia kembali ke panti asuhan, bukankah ia akan menjadi beban di sana? Jika pergi, kemana ia harus pergi?

"Jingga?" panggil Yuda yang melihat gadis itu melamun.

"Kamu mau kan tinggal bersama Paman?" tanya Yuda lagi. Pria itu tidak main-main dengan ucapannya saat ingin mengajak Jingga tinggal bersama.

Jingga menarik napas pelan, "Akan Jingga pikirkan dulu, Paman," jawabnya.

Sebenarnya ia merasa tidak enak hati, mereka baru saja mengenal beberapa bulan dan pertemuan yang bisa di hitung dengan jari. Mereka juga tidak memliki ikatan apapun kecuali dia yang merupakan anak dari teman Paman Yuda.

Yuda menangguk sebagai jawaban. "Baiklah. Paman tidak bisa menunggu lama, bisakah kau memberikan jawabannya esok hari?" tanyanya dengan tatapan sendu.

Hanya tinggal 2 hari lagi ia keluar dari rumah Januarta, Jingga juga harus memikirkan matang-matang ia akan pergi ke mana.

"Paman?" panggil gadis itu.

Yuda yang sedari tadi memang menatap Jingga menatap gadis itu merespon dengan senyuman. "Jika Jingga tinggal dengan Paman, bagaimana dengan keluarga Paman?" tanya Jingga yang terdengar gemetar

Kalian tau kan kenapa Jingga menanyakan hal tersebut?

Jingga tidak ingin, dengan kehadirannya dia kembali berpotensi untuk merusak rumah tangga orang lain, dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi seperti yang menimpa Tante Tania.

"Apa kau percaya jika Paman masih single? Apa kau juga percaya Paman belum pernah menikah sebelumnya?

Jingga melotot lucu mendengarnya, "Paman sedang tidak bercanda, kan?"

Yuda menggeleng yakin. "Hanya ada satu wanita yang ingin Paman nikahi dulu, sayang dia sudah pergi untuk selamanya," jelasnya dan langsung menundukkan kepalanya.

"Rasa cinta Paman sudah habis di wanita itu. Jadi Paman memutuskan untuk tidak menikah, mungkin sampai ada wanita yang berhasil membuka gembok di hati Paman," lanjutnya dengan nada bercanda.

Suasana taman yang cukup ramai pagi ini, membuat keduanya terdiam untuk beberapa saat. "Besok Jingga akan menghubungi Paman," ucap Jingga dengan yakin.

Meskipun ia tidak yakin jawaban apa yang akan ia berikan esok hari.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Apa di antara kalian ada yang melihat di mana Jingga?" Tanya Jean pelayan yang sedang menyiapkan makan malam.

Pemuda itu sudah mencari di kamar serta seisi rumah, tetapi ia tidak menemukan batang hidung gadis itu.

"Sepertinya Nona Jingga sedang keluar, Tuan. Tadi sore melihat Nona Jingga pergi dengan buru-buru," jawab salah satu pelayan.

Jean mengernyitkan dahinya, "Apa kalian tau kemana ia pergi?"

Semua pelayan menggelengkan kepalanya, "Tetapi tadi Nona Muda diantar oleh Pak Heri. Tuan muda bisa bertanya kepada Pak Heri," jawab Bibi Lia dengan sopan.

Pak Heri merupakan sopir pribadi keluarga Januarta. Jarang sekali Jingga menyuruh Pak Heri untuk mengantarnya pergi, karena gadis itu lebih suka menaiki bus.

Tanpa mengucapkan satu patah katapun, Jean pergi dari dapur dan melangkah menuju halaman depan. Mobil yang biasa di pakai oleh sopir keluarganya terparkir rapi di garasi.

"Pak Heri!" panggil Jean saat melihat atensi dari sang sopir.

Pak Heri menoleh, "Ada yang bisa saya bantu, Tuan muda?"

"Apa Bapak tadi mengantar Jingga pergi? Bapak mengantarnya ke mana?" Tanpa basa-basi Jean langsung menanyakan apa yang ingin ia ketahui.

"Nona Jingga minta di antar ke kafe D&D yang ada di dekat kampus, Tuan."

Jean kembali mengernyitkan dahinya, "Apa Paman tau siapa yang akan dia temui?" tanyanya penasaran.

"Sepertinya bertemu dengan temannya. Beberapa menit yang lalu, Nona Jingga mengirimkan pesan kepada saya jika dia akan di antar pulang oleh temannya," jawab Pak Heri dengan jujur.

Teman? Yang Jean ketahui selama ini, teman Jingga hanyalah Reana. Gadis itu juga tidak bisa mengendarai motor maupun mobil. Tidak usah penasaran bagaimana Jean tau, dia memiliki banyak telinga.

Tanpa sadar, kedua tangan pemuda itu terkepal kuat. Hanya ada satu orang yang berkemungkinan besar bertemu dengan Jingga.

Jean berlari kecil ke dalam rumah untuk mengambil kunci motornya. Ia mengambil ponsel yang berada di saku celananya dan menelepon seseorang.

Tut! Tut! Tut! Tut ! Tidak diangkat.

Sekali lagi!

Tut! Tut! Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat menerima panggilan.

Jean berdecak kesal, ia menyambar jaket serta kunci motor yang berada di atas nakas. Dia harus segera menyusul gadis itu.

Di tempat lain, Jingga merasakan kepalanya berputar, dia bisa merasakan bahwa ia sedang terbaring di atas kasur empuk, tetapi ada yang janggal. "Sudah bangun, adik manis?"

Gadis itu menoleh ke asal sumber suara sembari memegangi kepalanya, "Saatnya bersenang-senang, aku gak bisa nunggu lebih lama lagi," ucap orang itu di iringi senyum miring.

Orang itu mendekati Jingga dengan tatapan lapar, satu persatu pakaiannya ia lepaskan. "Kamu mau apa!!" teriak Jingga.

Kini ia baru menyadari jika kedua kakinya di ikat di kedua sisi ranjang. "Pergi! Pergi dari sini! Jangan mendekat!" teriaknya.

"Aku sudah berhasil mengelabuhimu dan sekarang kau ingin aku pergi? Aku tidak mungkin melewatkan kesempatan ini," jawab orang itu.

Jingga mulai terisak, "Tolong! Siapapun tolong!" teriaknya lagi.

Orang itu berdecak kesal, "Tidak akan ada yang mendengarmu, bodoh! Daripada kau berteriak, lebih baik manjakan milikku ini dengan mulut mungilmu itu," ujar orang itu lalu menaiki ranjang.

Jingga menggeleng keras, "Ini salah, Kak! Jangan seperti ini!," lirihnya.

Orang yang dipanggil Jingga "Kak" itu tanpa peringatan langsung mencengkeram dagu Jingga dan memasukkan tiga jarinya ke dalam mulut gadis itu.

"Apa yang sudah menjadi targetku, tidak akan aku lepaskan!" Setelah mengatakan itu, ia mengeluarkan jarinya dan berlutut di depan Jingga.

Orang itu mendorong kepalanya Jingga ke depan. "Lakukan tugasmu dengan baik. Dengan begitu, kau tidak akan merasakan sakit," ucapnya sembari memasukkan miliknya ke dalam mulut gadis itu.

Jingga menggelengkan kepalanya kuat, perutnya terasa mual. Dia ingin mengeluarkan benda itu dari mulutnya, tetapi kepalanya di tahan.

"Aku akan menggunakan tubuhmu hingga puas. Jangan lupa untuk mendesahkan namaku, adik manis!"

Bersambung

1
HiLo
ceritanya menarik
WiLsania
jalan ceritanya kek naik rollercoaster
Fatma Kodja
malang benar nasib jingga, ayo Paman Yudha bawa jingga sejauh-jauhnya agar tidak ditemukan oleh ayahnya dan juga kakak tirinya, biarkan mereka menerima karma karena akibat kesalahan ayahnya yang memperkosa ibunya hingga menghasilkan jingga dan sekarang jingga juga korban dari perkosaan saudara tiri dan juga Mario
Fatma Kodja
jahat sekali Jason sama Jean kenapa mereka tega sama jingga padahal jingga juga korban karena terlahir dari anak yang tanpa status nikah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!