Byan, seorang pria yang memiliki mimpi, mimpi tentang sebuah keadaan ideal dimana dia membahagiakan semua orang terkasihnya. terjebak diantara cinta dan sayang, hingga terjawab oleh deburan laut biru muda.
tentang asa, waktu, pertemuan, rasa, takdir, perpisahan.
tentang mimpi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arief Jayadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
aku lelah, biar kupejamkan sebentar mata ini
Tanggal pernikahan ku dengan Asih semakin dekat, mungkin bisa saja tiba-tiba sudah di hari pelaksanaannya. kira kira hanya hitungan 2 bulan kurang menuju hari pelaksanaannya. Aku semakin tidak sabar, hubunganku dengan Asih sudah jauh lebih baik. Ternyata memang benar kata orang tua, semua ganjalan harus dibuang terlebih dahulu apabila ingin menikah. Namun, entah kenapa selepas pertemuan terakhirku dengan Ony malam itu, aku semakin sering lelah, sepertinya tenagaku cepat habis. Sering kali aku merasa kedua kakiku seperti kehilangan kekuatannya untuk berdiri, dan berjalan.
"ahhh....aku hanya semakin stress saja...." Kalimat yang akan selalu aku ulang-ulang untuk meyakinkan bahwa aku sedang baik baik saja.
kejadian blackout tempo hari dalam minggu minggu terakhir ini semakin sering aku alami. sekurangnya 3 x aku mendadak kehilangan kesadaranku. Biasanya ketika itu terjadi ada rasa mual yang amat sangat disertai kosongnya pikiran dan kepala menjadi hitam rasanya. setelah aku ingat ingat biasanya semua berawal dari kehialangan kekuatan di kakiku, kemudian langsung menjalar ke rasa mual yang teramat sangat, dan seterusnya menjalar ke kepalaku. Aku tak ingin pergi menemui dokter untuk memeriksakannya, pun aku tak ingin menceritakannya pada siapapun, termasuk ibu. Aku tak ingin mereka khawatir akan keadaan ku, aku ingin mereka fokus saja pada pernikahan ku dan berbahagia akan itu saja.
hari ini hari Rabu, agendaku adalah menemani Asih fitting gaun pengantin di salah satu boutique andalannya di kota tempat tinggalnya, tidak jauh dari kediamanku karena letaknya justru di antara kota kediamanku dan rumah Asih. yang membuatnya terasa agak jauh adalah aku harus menjemput Asih lalu kemudian balik ke arah kotaku untuk dapat kelokasi Boutique itu.
Sepanjang perjalanan kami isi dengan senda gurau ringan, ya aku semakin yakin Asih sudah baik baik saja, dan kami semakin mantap menjalani persiapan dan menyongsong pernikahan kami. Sekitar 20 menit sejak aku menjemput Asih di rumahnya, kami tiba di tujuan kami.
"hai cici...." sapa Asih begitu membuka pintu dan menemukan si empunya boutique
Cukup lama mereka saling sapa dan beramah-tamah, kemudian mereka melanjutkan ke ruang gaun 1, semacam hall yang dikelilingi kaca dan lampu yang bisa di atur rona warnanya. di boutique ini ada beberapa ruang gaun yang mereka siapkan, biasanya konsep ruang akan mereka siapkan sesuai dengan konsep pesta si pemesan gaun. Mulai dari konsep indoor atau outdoor, pencahayaan, simulasi tata ruang dekorasi, photographer angle dan lain sebagainya mereka pertimbangkan dengan cukup matang di setiap ruangan.
"Waaaah...keren sekali boutique ini", pikirku.
Asih memang memiliki selera yang bagus, ia tidak pernah melihat label harga, pun juga tak pernah selalu menganggap yang mahal adalah yang terbaik. Tak mengerti bagaimana caranya, Asih bisa saja menemukan pakaian seharga 15.000 rupiah namun ketika dipakainya akan tampak seperti pakaian ratusan ribu. begitu pula mengenai aksesorisnya. Asih selalu pandai memainkan dan memadu padankan sandangnya. kalau kata orang jawa, berkalung usus, begitu katanya kalau janin berkalung usus selama dalam kandungan ibunya ia akan selalu pantas menggunakan apa saja. Mungkin saja Asih memang berkalung usus ketika dalam kandungan ibu.
Gaun yang asih pesan sedang disiapkan dan diambil dari ruang sebelah, membutuhkan satu kotak yang cukup besar untuk membawanya. Asih mulai berbinar begitu melihat kotak tersebut dibuka dan isinya di keluarkan. Sebuah gaun putih berona biru muda tipis namun cukup dominan diseluruh bagian gaun tersebut, bagian inner berwarna putih, menambah kesan Wah, dengan juntai yang cukup panjang, menjadikan kesan megah dan mewah semakin terpancar dari gaun itu, kerlip kristal swarovski sesekali memantulkan Cahaya dari lampu yang memang terang sekali diruangan ini. Gaun yang pasti akan semakin menonjolkan aura Asih kelak saat menggunakannya, pikirku.
"waaah ga sabar, penasaran, buruan donk di pake" ujarku
"mas, kamu coba keluar dulu kamu ga boleh melihat aku pakai ini sebelum pernikahan kita!"
Perintah Asih padaku.
Cici pemilik boutique pun membenarkan hal itu.
"pamali tu kak" ucapnya dalam logat Sunda yang masih kental
sementara aku hanya bisa menggaruk kepalaku tanda tidak setuju tapi tidak bisa melakukan perlawanan. Ini bagian dari masih kolotnya pemberontak cantik yang akan menjadi istriku nanti.
"ya udah, aku juga sedikit lelah...aku tiduran di mobil aja ya" jawabku
Asih tersenyum, ia menghampiriku yang sedang melangkah pergi, melingkarkan tangannya di pinggangku. Memelukku dari belakang mengeratkan lingkaran tangannya. Seakan apa yang dilakukan ini , Asih ingin menyampaikan terimakasihnya padaku tapi tak ingin mengucapkannya. Aku memutar badanku sejenak, memeluknya balas dan menciumnya, aku mengeluarkan kalimat yang akan selalu aku ucapkan padanya.
"I love you Asih..." sembari melanjutkan langkahku menuju tempat aku memarkirkan mobil.
Cici dan karyawannya kemudian meledek Asih, atas apa yang baru saja mereka saksikan. Aku tidak terlalu mendengarnya dengan jelas, yang kutangkap sekilas adalah wajah Asih memerah karena malu.
Sesampainya di mobil, aku merebahkan kursi pengemudi, meletakkan badanku dan menyamankannya, aku menyalakan audio yang akan memutar lagu lagu dari playlist yang sudah aku buat jauh hari sebelumnya. Lagu lagu kesukaanku, beraliran alternative pop n rock, kadang diselingi slow rock medio 80-90an, tak lupa juga lagu lagu anak anak indie jaman sekarang.
Lelah sekali hari ini, pikirku. Arlojiku masih menunjukkan pukul 11.12, Asih masih lama sepertinya. Biarlah, kulelapkan sekejap dulu mata ini sembari menunggunya selesai. mataku terasa berat sekali, ditambah angin dari pepohonan rindang area parkir boutique ini dan musik dari playlist ku, aku semakin ingin memejamkan mataku. Ya, biarlah kupejamkan sejenak mata ini, aku sangat lelah.
*****
"well, I found a woman..stronger than anyone I know"
"she shares my dream, I hope that someday I'll share her home"
*****
"mas... mas... bangun"
"maaas............ "
Ada suara yang sayup aku dengar, tapi aku tak mampu membuka mata dan meresponnya.