Sakuel novel "Tabir Pernikahan."
Follow ig @tantye005
"Demi Allah aku bukan suamimu, kamu salah orang," ucap Ustad Azzam menundukkan kepalanya dan mundur beberapa langkah.
"Tapi aku yakin kamulah suamiku. Kamu menikahiku tiga hari yang lalu."
Kejadian tidak terduga terjadi pada ustad muda bernama Azzam. Pria itu tiba-tiba diklaim suami oleh perempuan yang tidak pernah ia temui sebelumnya. Namanya Hayya, gadis yang baru saja terbangun dari tidurnya setelah beberapa hari akibat kecelakaan. Gadis yang Azzam dan anak-anak temukan di pinggir sungai memakai gaun pengantin.
Lantas apa yang akan Azzam lakukan pada perempuan itu? Terlebih Hayya terus menganggap dirinya adalah suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 ~ Ingatan yang hilang
Azzam memutar setir kemudi mobil milik ayahnya memasuki pekarangan perumahan cukup mewah. Ia menghentikan benda besi beroda empat itu kemudian turun berniat membukakan pintu, tetapi Hayyah keluar tanpa menunggunya.
"Terimakasih sudah mengantarkan aku pulang ustaz. Mau mampir dulu?" tanya Hayyah.
"Tentu saja," balas Azzam. Tidak mungkin pria itu membiarkan Hayyah masuk ke sana seorang diri, terlebih setelah kasus penculikan tersebut. Azzam belum menemui semua anggota keluarga dan untuk saat ini Azzam hanya mempercayai pak Haikal saja.
"Di lihat dari sikap ustaz Azzam yang tidak kaku padaku, sepertinya kita memang mempunyai masa lalu cukup singkat yang aku lupakan. Tapi maaf karena tidak bisa percaya begitu saja," ucap Hayyah dengan tatapan lurus ke depan.
"Tidak masalah Hayyah. Aku tahu ini semua tidak mudah bagimu. Tapi tolong jangan panggil aku ustaz."
"Kenapa?"
"Kamu istriku, kamu bukan orang lain."
"Mas?"
"Panggilan yang aku rindukan." Azzam kembali meraih tangan Hayyah.
Hari ini perkembangan hubungannya jauh lebih baik dari sebelumnya. Selama di rumah sakit Hayyah terus menghindarinya dan hanya berbicara pada bunda Haura saja.
Azzam memperhatikan istrinya memencet bel rumah. Ikut menunggu daun pintu itu terbuka lebar. Ia melepaskan genggaman tangannya kala seseorang membuka pintu rumah.
Dari raut wajah perempuan itu jelas terkejut mendapati Hayyah ada di depan pintu. Namun, dengan cepat berubah ceria dan langsung memeluk Hayyah.
"Kak Hayyah? Aku tidak menyangka kak Hayyah pulang dalam keadaan sehat seperti ini. Semua orang menunggu kepulangan kakak," ucap Arin memeluk kakaknya erat.
"Terimakasih sudah menunggu dan mengkhawatirkan kakak Airin. Aku baik-baik saja berkat ustaz Azzam. Dia menolongku yang terdampar di sungai," jelas Hayyah sesuai informasi dari bunda Haura. Lantaran Azzam tak pernah mengungkit tentang masa-masa pertemuan mereka.
"Ayo masuk kak, pasti mama senang tahu kak Hayyah pulang." Airin menarik tangan Hayyah memasuki rumah mewah tersebut.
Azzam mengikuti langkah kedua perempuan yang tampak bahagia itu. Meneliti rumah yang terlihat nyaman untuk ditinggali.
....
Cafe dekat rumah sakit.
"Ada apa pak Harun ingin bertemu dengan saya?" tanya pak Haikal yang baru saja tiba setelah terkena macet di jalan. Pria itu tadi malam mendapatkan telepon dari dokter Harun untuk bicara berdua. Awalnya pak Haikal tidak ingin bertemu tetapi mengingat pak Harun adalah ayah dari Azzam, ia pun bersedia.
"Ini tentang putraku dan putrimu pak Haikal."
"Putriku? Pak Harun mengenalnya?"
"Sebelumnya saya meminta maaf mewakili Azzam karena telah menyembunyikan keberadaan putri Bapak selama ini. Tapi Pak Haikal jangan salah paham dulu."
"Langsung ke intinya saja Pak," balas pak Haikal yang tidak sabar mendengar berita tentang putrinya.
Harun pun mulai menceritakan awal pertemuan Azzam dan Hayyah di desa hingga mereka akhirnya menikah. Tidak lupa menjabarkan pembengkakan otak yang mengakibatkan Hayyah lupa ingatan.
Pak Haikal yang mengerti semuanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Mengucapkan ribuan terimakasih pada Harun karena bersedia merawat putri yang selama ia nantikan kepulannya.
"Ingatan Hayyah telah kembali tetapi dia melupakan statusnya yang sudah menikah bersama Azzam. Tolong berikan pencerahan sampai pernikahan ulang terlaksana Pak. Biarkan mereka terus bersama. Putraku sudah cukup menderita menunggu Hayyah tertidur."
"Pak Harun tenang saja, saya akan membuat Hayyah mengerti. Terimakasih sekali lagi Pak. Saya berhutang nyawa kepada pak Harun."
"Pulanglah Pak, putrimu sudah berada di rumah bersama suaminya."
Harun tersenyum lega sambil memandangi punggung pak Haikal yang tidak begitu berisi. Pria paruh baya itu mengira putranya akan mendapatkan penolakan karena menikahi wanita yang lupak ingatan. Ternyata pak Haikal bukan pria yang berpikiran dangkal.
"Semoga bahagia putraku," gumam Harun. Ia pun beranjak demi menemui istrinya yang menunggu di mobil. Langsung mengecup pipi Haura yang harap-harap cemas menunggu keputusan pak Haikal.
"Bagaimana Mas? Putra kita tidak akan kehilangan istrinya kan?"
"Tidak Sayang, bahkan pak Haikal menyetujui rencana kita yang akan menikahkan mereka secara sah di mata hukum dan agama."
"Syukurlah. Akhirnya semua doa-doa ku mulai di kabulkan oleh Allah. Terimakasih Mas."
"Sama-sama humairahku." Harun ikut bahagia menyaksikan senyuman istrinya.
....
"Ustaz Azzam belum mau pulang?" tanya Hayyah menghampiri Azzam yang masih setia duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Padahal ia sejak tadi telah sibuk melepas rindu bersama ibu dan adiknya sampai tidak menyadari sore telah tiba.
"Panggil aku Mas!" Meletakkan ponselnya dan menarik agar Hayyah ikut duduk di sampingnya. "Aku tidak akan pulang ke rumah jika tidak membawamu Hayyah. Ingatanmu tentang diriku ada tau hilang tidak mengubah statusmu yang sah menjadi istriku."
Hayyah menundukkan kepalanya, ia tersipu mendengar ucapan ustaz Azzam. Baru kali ini ia mendengar ustaz Azzam berkata panjang kecuali sedang ceramah di antara puluhan hadirin di masjid atau aula kampus.
"Sayang?"
Hayyah yang tadinya menunduk langsung mendongak. "Papa?"
"Papa sangat merindukanmu Sayang." Pak Haikal mendekati Hayyah yang beranjak. Memeluknya sangat erat, menyalurkan rasa rindu selama satu bulan lebih berpisah.
"Hayyah juga sangat merindukan Papa." Hayyah tersenyum, melerai pelukannya dan memandangi wajah tampan papanya yang tampak kurus. "Papa sepertinya kurang istirahat."
"Bagaimana mungkin papa bisa hidup tenang sementara papa tidak tahu keberadaanmu. Kamu hidup atau mati. Apakah kamu bahagia atau tidak." Tanpa malu pada ustaz Azzam, pak Haikal meneteskan air mata dengan perasaan campur aduk.
"Maaf karena membuat papa khawatir. Lihat, Hayyah baik-baik saja berkat ustaz Azzam."
"Kamu beruntung bertemu dengan pria baik sepertinya Nak. Jangan pernah melepaskannya."
kasian Azzam difitnah
padahal pengen baca kelanjutannya /Whimper/
mengenai pacarmu,sdh jelas orang seperti dia itu.kalau benar dia mencintaimu dg sebenar2nya tidak mungkin dia berniat mempermalukan dirimu,mengancammu.Tinggalkan laki2 seperti itu,bukannya membawa ke arah yg lebih baik malah menjerumuskanmu ke lembah dosa.