NovelToon NovelToon
The Killer?

The Killer?

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Cherry_15

Sebuah kasus pembunuhan berantai terus saja terjadi di tempat yang selalu sama. Menelan banyak nyawa juga membuat banyak hati terluka kehilangan sosok terkasih. Kasus tersebut menarik perhatian untuk diselidiki. Namun si pelaku lenyap tanpa sebab yang jelas dan justru menambah kekhawatiran penyelidik. Kasus ini menjadi semakin rumit dan harus segera dipecahkan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherry_15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Api Es

*“Segala sesuatu yang telah meninggal, tidak dapat dihidupkan kembali. Itulah sebabnya, hidup adalah hal yang sangat berharga. Setidaknya dia bersyukur pernah menjalani hari bahagia bersamamu, dan dia senang melihatmu berdoa untuknya.”*

-Clow from Tsubasa Reservoir Chronicle, by CLAMP.-

[Leo]

Pagi ini aku dipaksa Picho berkunjung ke kedai sialan itu untuk menyampaikan pesan pada pemiliknya yang menyebalkan, entah apa yang ada dalam fikiran kawanku ini yang sudah jelas memahami bahwa tidak akan mendapatkan respon yang baik. Semalam kami sempat bertengkar kecil saat Picho menginap di rumahku untuk membahas ini.

Aku sudah memiliki banyak firasat buruk hari ini dan sudah mencoba menyampaikannya pada Picho. Namun pria yang penuh ambisi itu tetap tak mau menyerah dan terus optimis menjalani niatnya hari ini bersama senyuman manis.

Dasar bocah! Mengapa dia bisa terus optimis dan berfikir akan mendapat keberhasilan dalam rencananya? Apa dia tidak pernah merasakan kegagalan dan kekecewaan!? Jika benar begitu, aku akan merasa sangat iri pada hidupnya yang selalu beruntung.

Sedari dini hari bocah ambisius itu sudah berisik dihadapan cermin pada toilet yang berada di kamarku. Entah apa yang ia katakan pada dirinya sendiri dalam cermin, tapi kemungkinan ia hanya sedang afirmasi seperti yang biasa dilakukan orang pada umumnya untuk meningkatkan kepercayaan diri. Sudahlah, bukan itu yang terpenting sekarang!

Setelah menciptakan bunyi berisik yang mengganggu tidurku, dia juga tak sungkan untuk memaksa ku bangun dan bersiap sepertinya. Menyebalkan! Matahari bahkan belum terbit! Suhu udara masih teramat dingin, dan aku harus berurusan dengan air!? Apa dia ingin aku mati beku!? Tentu saja aku menolaknya dan lebih memilih bercumbu dengan bantal di balik selimut.

“Oh, ayolah! Hal yang harus kita lakukan pagi ini sebelum ke kedai masihlah banyak! Selain bersiap hingga tampan dan rapih kita juga harus sarapan untuk menambah energi. Dan memasak itu memerlukan waktu yang tidak sebentar. Bangun jam segini tidaklah kepagian!” Desaknya memberiku paksaan untuk bangun.

Bocah ini! Mengapa semangatnya selalu bisa membara bagaikan api? Apa dinding esku akan cair jika berlama-lama berada di dekatnya? Ah, aku jadi teringat bahwa dulu aku juga sempat memiliki kobar api sepertinya. Sejak kapan ya apiku membeku? Sejak menyaksikan darah yang mengalir pada lengan kedua orangtuaku? Mengerikan! Sejak itu aku tak pernah bisa tersenyum lagi.

Jika diingat lagi, Picho pernah cerita bahwa menyaksikan orangtuanya yang wafat bersama darah yang mengalir dari sekunjur tubuh mereka akibat pembunuhan. Mengapa ia masih bisa tersenyum manis sejak tragedi mengerikan itu terjadi? Apa dia tak ingin menunjukkan eleginya karena takut menular pada orang di sekelilingnya? Menyedihkan! Itu justru akan semakin menyakitimu, bodoh!

Entah mengapa pria yang sedang ku fikirkan ini menatapku dengan cemas lalu berkata “Aku bisa mendengar dan memahami isi fikiranmu, Leo. Tak ada gunanya larut dalam masa lalu, mereka juga akan sedih melihatmu membeku. Jadi sudahlah, fokus saja pada apa yang bisa kita lakukan untuk melindungi sisa kehidupan!” Dan kembali tersenyum manis setelah mengatakannya. Aku hanya termenung mendengar perkataan itu.

...***...

Setelah aku akhirnya terpaksa bangun untuk mandi sambil menunggu bocah itu memasak santapan makan pagi, kamipun sarapan bersama sambil memperbincangkan rencana terkait apa yang akan kami katakan pada pemilik kedai nantinya. Kami bahkan menuliskan naskahnya dalam memo ponsel. Lalu berangkat bersama mengenakan mobilku, tentu saja aku yang menyetir!

Hening, tak ada satupun percakapan diantara kami sepanjang perjalanan. Kami hanya larut dalam lamunan masing-masing. Aku yang fokus memikirkan tentang perkataan Picho tadi pagi, juga pria di bangku penumpang sebelahku yang entah sedang memikirkan apa. Picho, dia… entah mengapa sepertinya ia selalu bisa menebak isi fikiranku yang belum pernah ku suarakan, mungkinkah dia adalah seorang….

“Picho?” Panggil ku ingin menanyakan hal yang bersarang pada fikiranku.

“Leo?” Ia juga memanggilku secara bersamaan denganku yang memanggilnya. Sesaat kami sempat terdiam bingung.

“Kau duluan saja yang bicara!” Ucap kami secara bersamaan.

“Leo duluan saja! Aku yakin pertanyaan Leo jauh lebih penting dari apa yang ingin ku tanyakan,” ujarnya mempersilahkan ku bertanya lebih dulu.

“Kau duluan saja,” ucapku singkat.

“Baiklah, dari tadi aku mendengar suara fikiranmu yang berisik. Mengapa tidak kau tanyakan langsung saja padaku?”

“Apa ini!? Kau sedang mencoba membohongi ku? Aku tahu bukan itu yang ingin kau tanyakan!” Ucapku yang kesal mendengar pertanyaan jebakannya. Dia sengaja menanyakan hal itu agar pada akhirnya aku juga yang bertanya lebih dulu. Menyebalkan! Dasar cerdas!

“Aku ga bohong, aku memang penasaran dengan apa yang mengganggu fikiranmu beberapa waktu ini. Tak ingin kah kau membaginya denganku?” Ucapnya dengan mata membola nan berbinar.

“Menjijikkan! Ada apa dengan matamu yang berbinar itu!? Kemasukan debu ya? Tak perlu sok imut begitu dihadapanku! Aku hanya ingin bertanya, apakah kau seorang Empathy?”

Picho menatapku heran sambil memiringkan kepalanya dan bertanya “Apa itu Empathy?”

Aku hampir membenturkan kepalaku pada setir mobil saking terkejutnya dengan respon anak polos ini, menghela nafas sejenak lalu menjawab “Empathy adalah kemampuan khusus yang bisa membuat penggunanya mampu merasakan perasaan orang lain, tak jarang dari pengguna Empathy juga mampu mendengarkan isi fikiran atau isi hati orang di sekitarnya. Apa kau pengguna Empathy?”

“Ah… Taira pernah bilang kalau aku punya kemampuan khusus! Aku juga heran mengapa dan sejak kapan aku bisa mendengar dan merasakan emosi orang lain, bahkan perasaan makhluk yang sudah tak hidup pun terdengar. Ku kira aku sejenis indigo atau semacamnya? Sudah lama aku menyimpan perasaan janggal ini, tapi aku tak mau menyampaikannya padamu karena takut dianggap gila,” jelasnya panjang lebar.

“Begitu rupanya? Kau juga masih tidak memahami dirimu sendiri? Bolehkah kapan-kapan aku bertemu dengan Taira? Sepertinya dia tahu banyak hal tentangmu?”

“Aku pernah mengajaknya mampir ke rumahmu untuk makan siang bersama, tapi dia menolak keras. Lagi pula, anehnya kak Arron tak bisa melihat Taira, tapi saat test psikologi tentang siapa yang berdelusi melihat Taira psikolog itu bilang tak ada yang berdelusi. Mungkin Taira juga manusia yang memiliki kemampuan khusus sepertiku? Tapi aku tak mengerti jenis kemampuan apa yang ia miliki.”

“Telepathy?”

“Apa?”

“Tidak, ini hanya asumsiku saja. Dia bisa bertemu denganmu tanpa terlihat oleh orang di sekelilingnya. Mungkin yang menemuimu bukanlah wujud asli darinya melainkan jiwanya yang sedang Telepathy, walau aku sendiri tak paham untuk apa dia melakukan itu,” aku mulai berasumsi dan membiarkan fikiranku berkelana.

Seketika aku teringat pada perkataan Picho ke Arron tentang berbagai hal yang tak masuk akal malam itu, juga mengaitkan dengan perkataannya yang takut ku anggap gila. Mungkinkah dia menyembunyikan segala hal yang tak masuk akal baginya dariku selama ini hanya karena takut ku anggap gila?

Picho, kau ini terlalu hati-hati dalam persahabatan ya? Coba kau bilang sejak lama tentang keanehan yang terjadi padamu, aku bisa membantu mencarikan jalan keluarnya. Dasar bocah itu! Aku hanya bisa menggelengkan kepala pelan saat memikirkan tentang tingkahnya sambil terus menyetir mobil. Terlihat juga dari anak mataku Picho yang sedang merenung memikirkan asumsiku tadi.

...***...

Larut dalam lamunan, tanpa sadar kami sudah sampai pada kedai tujuan kami. Dengan lihai aku memarkirkan mobilku di depan kedai yang sudah terlihat seperti rumah mati. Yah, sejak pemilik keras kepala itu memberhentikan kami, bangunan ini jadi kosong dan tak terawat. Padahal dulu tempat ini adalah rumah ternyaman bagi kami untuk berlama-lama berkumpul dan berbincang hangat. Sekarang satu-satunya tempat terhangat dalam hidupku hanyalah didekat Picho.

Saat baru saja memasuki kedai, kami segera disambut dengan wajah tak ramah kepala banteng pemilik rumah yang ia jadikan kedai dulunya. Sedangkan Picho terus menampilkan senyuman manisnya yang ramah sambil menjelaskan maksud kedatangan kami ke sini dengan bahasa yang santun. Namun tetap saja wanita keras kepala ini bersikap kasar pada kami.

“Saya tidak bersalah dan tidak akan pernah meminta maaf pada pihak keluarga korban! Lagipula kalian melupakan info terpenting dari korban tersebut. Laporan mencatat bahwa sebelum wafat sang korban sempat berteriak mengatakan bahwa pembunuhan harus dihentikan dan pelakunya harus tertangkap. Beberapa detik setelah mengatakan itu, korban mulai kejang-kejang dan muntah darah hingga akhirnya wafat di perjalanan menuju rumah sakit. Ini jelas kasus pembunuhan!”

Aku dan Picho hanya saling melempar tatapan heran mendengar celotehan dari sang pemilik kedai. Jelas kami sangat terkejut dengan informasi yang baru saja kami dapatkan dari mulut perempuan kasar ini. Kemarin ibu korban tidak mengatakan apapun tentang pesan terakhir yang korban lontarkan sebelum wafat, apa si pemilik kedai ini hanya mengarang cerita? Namun meskipun ini kasus pembunuhan yang disengaja…

“Saya paham dengan apa yang anda khawatirkan, nyonya. Namun dilihat dari hasil autopsi korban, ini murni dampak dari makanan pedas yang sering ia konsumsi pada kedai anda. Pelanggan tidak akan memesan menu yang tidak disediakan, jadi ini tetaplah tanggungjawab anda sebagai yang mencetuskan menu makanan pedas. Lagipula jika memang benar ini kasus pembunuhan, bukan kami pelakunya dan tidak ada bukti yang kuat bahwa kami lah pelakunya. Mungkin ini ulah pria bertopeng rubah putih yang sering saya lihat sebelum terjadi tragedi pembunuhan.”

Picho mewakili asumsiku terhadap kasus ini. Sepertinya memang benar dia mampu mendengar dan memahami isi fikiran orang-orang disekitarnya. Aku jadi semakin kagum bercampur iri pada kehebatan bocah ini! Dia selalu mengatakan segala sesuatu dengan bijak tegas dan berani, mungkin aku harus banyak berguru padanya dan menurunkan gengsiku. Ku harap es di hatiku ini bisa mencair oleh bara api semangat yang ia tularkan padaku.

“Terserah anda mau berbicara apa, saya tetaplah tidak bersalah di sini!” Amuk pemilik kedai dengan amarah yang menyala.

“Baiklah jika begitu, terserah anda juga ingin menanggapinya seperti apa. Kami kemari hanya ingin menyampaikan pesan. Lagipula seharusnya kami tidak perlu terlalu ikut campur dalam kasus ini, karena apa yang sudah meninggal tidak bisa dihidupkan kembali. Yang bisa kita lakukan adalah menghargai kehidupan yang masih tersisa dan menjaganya agar tetap hidup. Pesan saya, segeralah minta maaf pada keluarga korban sebelum beliau merasa frustasi dan mengakhiri hidupnya sendiri akibat kekeraskepalaan anda.”

Bocah ini selalu mampu menanggapi amukan si pemilik kedai dengan bijak dan tenang bersama senyuman manis yang setia pada wajah ramahnya. Jika aku yang berada diposisinya, mungkin saja aku sudah menghajar habis wanita yang tak mau disalahkan ini. Dari mana ia bisa mendapatkan keberanian seperti itu!?

...***...

“Dia bohong tentang teriakan korban sebelum wafat itu,” ungkap Picho saat kami sudah berada di dalam mobil dan mulai melaju untuk pulang.

“Apa?” Tanyaku singkat.

“Aku bisa merasakan ketakutan dalam dirinya jika mengakui kesalahan, sehingga dia berusaha mengarang cerita agar kasus ini tetap terdengar sebagai kasus pembunuhan. Itu adalah respon yang manusiawi ketika kita merasa tertekan,” jawabnya dengan intonasi yang serius namun selalu dibalut dengan senyuman manis.

“Lalu, sekarang bagaimana? Dia tetap keras kepala dan tidak mau disalahkan!”

“Yasudah, biarkan saja. Tugas kita hanya menyampaikan, sisanya biarlah pihak keadilan yang turun tangan. Lagipula aku sudah merekam semua percakapan tadi sebagai bukti bahwa kita telah menyampaikan pesan padanya,” jawab Picho dengan tenang tak terbawa emosi sepertiku.

“Cerdas juga cara kerjamu!”

1
Amelia
waduh bahaya enggak tuh 😰😰
Amelia
salam kenal ❤️🙏 semangat terus
Cherry: Salam kenal juga, Terimakasih, kamu juga semangat 🥰
total 1 replies
Husna Alifah
akhirnya author update, udh ditunggu tunggu.. btw happy birthday ya thor 🥳🥳🥳
Cherry: Makasih 🥰
total 1 replies
Husna Alifah
senang nya dpt kabar dah mau update, di tunggu ya thoor🥳
Cherry: Makasih masih mau nungguin Author yang ga konsisten ini huwuuh… 😭🙏🏻
total 1 replies
Mpit
bilang aja pemiliknya itu gk mau bayar karyawan nya ahahah
Cherry: Bisa jadi 😁😂
total 1 replies
Mpit
Iyah ayolah,, MC jngn naif/Sweat/
Mpit: rada" wkwk
Cherry: Naif kah dia?
total 2 replies
Mpit
ga tau knp, gw ngerasa Phico punya kepribadian ganda,, nebak doang 🗿
Cherry: Hayo, Picho jenis orang seperti apa? 😄
total 1 replies
Mpit
selagi enak ya gaskennn🗿
Cherry: Tim penyuka pedas, gaskeun 🤩
total 1 replies
Mpit
loh,, gak telpon polisi/manggil warga sekitar gitu?? :(
Cherry: Namanya orang panik, mana kepikiran ke situ? 😁
total 1 replies
Mpit
kan emang jatoh dari sepeda :v ga salah sih
Cherry: Ga salah kan? Hehe 😁
total 1 replies
Mpit
bisa disebut "gadis kecil" aj sih haha
Cherry: Hehe, memang kecil dan mungil sih dia
total 1 replies
Mpit
daripada koma, lanjut dialog,, lebih enak dibacanya klo ditulis dialog, lanjutannya di bawah aja
Cherry: Terimakasih atas sarannya kakak, akan ku jadikan pelajaran di karya-karya berikutnya. 😊🙏🏻
total 1 replies
Mpit
dijadiin bakso enak tuh daging
Cherry: Kalau jual bakso daging manusia, ada yang mau beli ga ya? 😂
total 1 replies
Mpit
Hooo ku kira cewek wkwk

tipe cowok gondrong, kah? /Hey/
Cherry: Hehe, aku emang suka cowok gondrong 😁
total 1 replies
Husna Alifah
huhuu, di tunggu kelanjutannya thorr
Husna Alifah: ehehe, iya maaf ya thor, lama udah ga baca, karena terlalu sibuk 🙏🏻
Cherry: Eh? Kamu masih baca karyaku? Yaampun! Aku rindu banget, udah beberapa hari tak tinggalkan jejak di sini, huhu… 😭 Makasih masih setia menunggu 😊🙏🏻
total 2 replies
Husna Alifah
gapapa thor, tetap semangat yahh
Cherry: Siap, makasih 🥰🙏🏻
total 1 replies
Husna Alifah
aku Thaira thoor...
Cherry: Ok Ok, kita coba tunggu komen dari yang lain ya… kalau belum ada yang komen lagi sampe besok, aku bakal coba bikin Picho sama Taira, hehe. Makasih dah komen
total 1 replies
Husna Alifah
terus up thor.. sedih bngt sama episode ini TwT
Cherry: Besok up lagi. Sedihnya ini episode malah kejadian beneran sama dunia nyataku. Mirip tapi ga persis. #malah curhat /plak/ 😂
total 1 replies
Husna Alifah
update terus thor.. ga sabar kelanjutannya
Cherry: Terimakasih… Jangan bosen baca ceritaku ya 🥰🙏🏻
total 1 replies
Anita Jenius
Lanjut baca dulu
Cherry: Ok, selamat membaca 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!