Satu Kali Kesempatan Kedua

Papa Rayan langsung pergi Tampa mengajak anaknya untuk berangkat bersama, karena masih kesal dengan tingkah laku Rayan yang menurutnya tidak bisa menjadi laki-laki yang bertanggung jawab dan tidak bisa menjaga omongannya..

"Dasar sekarang cengeng, terus kenapa dulu sanggup menyakiti, apalagi sudah punya bidadari secantik Safira tapi di sia-siakan makan tuh penyesalan.." umpat papa Rayan.

Sedangkan Rayan hanya bisa menghela nafas saja saat omelan papanya yang tiada tandingannya itu, apalagi ia juga yang salah sudah menabur garam diatas luka..

sampai disana ia di sambut sekertaris nya Leo, Leo jarang menemani Rayan kerena ia sering di tugaskan oleh Rayan untuk stay di kantor saja untuk urusan pribadinya ia handle sendiri apalagi ia tak suka ada yang mencampuri urusannya.

"Selamat pagi pak, apa yang bapak perlukan." ucap Leo yang mengikuti Rayan ke ruangan.

"Kenapa kamu ikut aku ke dalam segala Leo apa kamu tidak punya pekerjaan.." marah Rayan!

"Bukan begitu pak, bapak ada pertemuan dengan klien pagi ini." ucap Leo yang menyebutkan kegiatan Rayan pagi ini.

"Baru saja masuk bekerja sudah banyak pekerjaan yang menunggu. apa tidak bisa lain Waktu saja gitu.." batin Rayan yang menggerutu..

"Bapak melamun." tanya Leo.

"Bukan urusan kamu Leo, kamu atur saja, nanti saya akan kesana." ucap Rayan yang begitu pusing jika pekerjaanya sudah menumpuk.

Leo pergi dari hadapan Rayan, Leo juga heran dengan bosnya itu, semakin hari semakin aneh apalagi setiap datang ke kantor tidak ada wajah ramah sekalipun. Bahkan ia juga heran bosnya selalu bersikap ketus akhir-akhir ini..

sedangakan Rayan langsung berkutat dengan setumpuk berkas, Rayan mendadak pusing apalagi ia harus menghadiri pertemuan yang membuat ia bosan, entah kenapa Akhir-akhir ini ia malas sekali untuk pergi ke perusahaan apalagi jika melihat banyaknya berkas itu membuat kepalanya pusing..

"Safira..." ucap Zain yang melihat Safira menyapu di teras rumah pagi ini..

"Hemb... Ada apa kak.." Safira yang tahu akan kehadiran Zain yang membawa makanan di tanganya.

"Bukanya Kakak sudah bilang jangan melakukan apa-apa di rumah ini, kakak gak mau sampai terjadi kenapa-kenapa sama keponakan kakak fira,," ucap Zain yang mengajak Safira untuk masuk.

"Tapi kak, aku gak bisa tinggal diam saja apalagi tidak bekerja.." ucap Safira jujur.

"Aku tahu kamu bosan tapi Kakak mohon Fira, kandungan kamu itu lemah, dokter menyarankan agar kamu betres, apalagi kandungan kamu itu rawan keguguran." panjang lebar Zain.

Safira diam saja ia juga bingung memang ia tahu akan hal itu tapi ia juga malas berdiam diri saja tidak ada yang ia kerjakan Selain tiduran saja... bahkan ia juga sungkan jika apa-apa semua ia limpahkan kepada Zain, ia sudah bersukur di beri rumah yang Yaman tapi ia tidak akan bergantung selamanya kepada Zain, ada saat nya ia juga harus mandiri.

"Tapi kak, hanya menyapu saja kak. Aku juga akan jaga dia dengan baik." Safira yang mengelus perutnya.

"Kakak gak ngerti lagi Fira, Kakak hanya ingin kamu dan bayimu tidak apa-apa, sebagai kakak, kakak akan melindungi mu apapun itu kakak mohon menurutlah.." Zain memohon demi keselamatan anak yang di kandung safira..

"Baiklah kak, maaf sudah merepotkan kakak."

"Kakak tidak merasa di repotkan tenang saja." ucap Zain..

Safira pun bercrekama di ruang tamu dengan di temani oleh Zain, Zain akan pergi jika Safira sudah makan makanan yang ia bawa, dan ia akan memastikan Safira makan agar bayi Safira cepat sehat, dan juga Zain akan menempatkan orang-orang yang memantau Safira dari jauh, saat ia tak ada di dekatnya.

"Kakak ke pabrik lagi, ya jaga diri kamu jika butuh apa-apa jangan sungkan untuk mengirim pesan atau apalah itulah." Zain pun bangkit.

"Baik kak terimakasih, " Safira mengantarkan kak Zain pergi dan langsung menutup pintu rumah. Ia juga akan istirahat seperti apa yang di inginkan oleh Zain.

setelah di dalam kamar Safira duduk diatas ranjang, ia melihat ponsel yang selama ini menemaninya, walaupun nomornya ia ganti tapi ponsel itu masih ia bawa kemanapun, karena ponsel itu juga pemberian alm kakeknya. Safira melihat foto satu persatu, dirinya dan juga Rayan saat menikah dulu, wajah Rayan yang terlihat datar saja saat acara itu,

"Nak lihatlah papamu begitu terpaksa menikahi mama, bahkan mama juga terpaksa menikah dengan papamu, tapi lambat laun cinta mama ke pada papamu begitu besar dari dulu, hingga sekarang.." ucap Safira sambil mengelus perutnya habis sedikit menonjol itu,

"Kamu adalah anugrah yang pernah mama punya, sehat-sehat ya nak didalam, mama janji akan selalu ada untukmu, mama akan berjuang demi kebahagian kamu, walaupun tanpa papa kamu,, mama juga aja mengubur cinta ini untuk papamu, karena mama tahu mama sudah tidak pantas mengharapkan cinta dari papamu, karena cinta papamu untuk orang lain bukan untuk mama.." setetes air mata jatuh dari pelupuk Safira.

Bohong. Jika ia akan mengubur cinta untuk Rayan, bahkan sampai detik ini rasa cinta untuk rayan sangat kuat, Bahkan ia sering merasa sesak jika mengingat kebersamaan yang hanya sebagai formalitas saja tampa adanya cinta yang tulus di dalamnya.. Ia selalu memupuk cinta itu, tapi sayang cinta itu bukan buat dirinya melainkan orang lain..

terkadang Safira juga heran 3 tahun ia bertahan hanya untuk mendapatkan cinta dari suaminya tapi apa, bahkan setiap hari sakit yang di berikan. oleh suaminya. dan puncaknya setelah cinta masa lalu kembali, ia di junjung tinggi hingga di hempaskan ke dasar jurang yang dalam.. Sakit tak berdarah itulah cinta Safira kepada Rayan hingga sampai detik ini rasa itu Tak akan pernah pudar,,

Setelah begini klien Rayan langsung kembali ke kantor, di tengah jalan ia melihat seseorang yang menyerupai Safira istrinya yang membekali hanya jilbab yang ia kenakan dan juga postur tubuh yang hampir sama.

"Leo berhenti.." ucap rayan yang menghentikan Leo..

Ciit

Leo mengerem mendadak saat bosnya menyuruh berhenti. Rayan langsung turun dan menghampiri seseorang yang mirip dengan istinya itu..

"Safira.. jangan tinggalkan aku.." ucap Rayan yang memeluk wanita yang membelakanginya..

Bruk..

dorongan kuat saat tubuh Rayan terlepas dan juga jatuh di tanah..

Auh...

"Mas yang sopan ya, main peluk-peluk orang sembarang, saya buka Safira yang kamu maksud.." wanita tadi yang membelakanginya berbalik dan marah-marah..

Rayan yang salah orang meminta maaf atas keteledoran memeluk tanpa memastikan dulu..

"Maaf mbak saya salah, saya kira mbak istri saya, maaf sekali lagi.." rayan yang bangkit dan meminta maaf.

wanita lagi tadi langsung pergi ..