TEMANKU ADALAH SUAMIKU

Pagi itu seperti biasa Airin bangun tidur dipelukan Adrian. Tidak ada yang berbeda, tidak ada yang terjadi diantara mereka semalam. Meskipun mereka sudah mengungkapkan perasaan masing-masing, Adrian masih menghormati Airin dengan tidak menyentuhnya secara paksa.

Ya, istrinya itu terlihat ketakutan dan belum siap. Airin meminta waktu untuk mempersiapkan diri dan Adrian memaklumi itu. Ia tidak ingin memberi tekanan pada Airin, ia yakin, jika istrinya itu sudah siap, ia akan datang dengan sendirinya.

"Adrian? Kamu marah ya soal semalam? Maaf."

"Gue nggak marah, Sayang. It's okay."

"Aku tau kamu kecewa."

"Hey? Kalo cerewet gue cium lagi, nih? Lo ketagihan, kan?."

"Hehe, dasar. Oh iya Adrian, tiba-tiba aku kepikiran, kita mandi bareng, yuk?."

"Ha? Pemikiran macam apa itu? Tapi, boleh juga. Yuk."

Adrian bangkit dan bergegas membopong Airin memasuki kamar mandi, "Adrian? Kok kamu serius, sih?."

"Bukannya lo yang minta? Ayo." Adrian melepas kaosnya dan memutar kran shower diatas kepalanya,

"Adrian ini, serius banget orangnya...padahal kan aku cuma bercanda..."

"Tapi dia beneran mandi, dong? Gimana ini?."

"Ayo? Katanya mau mandi bareng? Buka bajunya, atau gue yang bukain?."

"TIDAK!." Airin pun memilih pergi meninggalkan kamar mandi, ia akan mandi terpisah dengan Adrian seperti biasa.

Beberapa menit berlalu, Airin dan Adrian sudah bersiap berangkat kuliah. Airin menghampiri Adrian yang terlihat sedang mencari jam tangannya,

"Kamu cari ini, kan? Sini, aku pasangin." Airin memasangkan jam itu ditangan Adrian sambil memulai obrolan,

"Adrian?."

"Iya, Sayang?."

"Apa Vina bakal kasih tau ke orang-orang kalo kamu udah nikah?."

"Ya, apa masalahnya? Bukan cuma gue mahasiswa yang udah nikah, banyak."

"Iya, aku tau. Tapi soal semalam, aku takut Vina marah dan malah jelek-jelekin kamu."

"Itu nggak bakal terjadi. Lo tenang aja..."

"Biarin mereka semua tau status gue, seenggaknya mereka belum tau siapa istri gue..."

"Kalo mereka tau, gawat, bisa direbut."

"Hahaha, kamu ini." Airin berjinjit untuk memberi kecupan singkat dibibir Adrian,

"Wah, wah. Kayaknya bibir gue bakal jadi favorit lo, nih."

"Adrian? Jangan ngejek?."

"Hahaha, tapi nanggung banget, terlalu singkat. Gue pengen lagi." Adrian langsung meraih pinggang Airin. Ya, jangan tanya bagaimana kelanjutannya. Hanya mereka yang merasakan 🙈

•••

"Woy, Adrian? Lo serius semalem? Lo udah married? Sejak kapan?."

"Iya, siapa istri lo? Anak sini?." Rentetan pertanyaan dari teman-teman Adrian mulai bermunculan. Beruntung saat itu Airin langsung menjauh setelah turun dari mobil Adrian. Jika tidak, orang-orang itu akan mencurigainya,

"Ada lah, pokoknya."

"Ya, gue pengen tau siapa? Anak kedokteran? Anak seni? Atau yang mana, nih?."

"Lo nanya lagi gue hajar, ya?."

"Ya elah, cuma nanya, Bro. Chill..."

"Eh, tapi ngomong-ngomong, si Vina itu nyalinya gede juga, ya. Dia nekat lho nembak lo didepan orang-orang."

"Iya, bener tuh. Cewek langka. Jaman sekarang mana ada cewek yang pedenya selangit gitu? Berani nembak duluan?."

"Haha, tapi sayang, ditolak mentah-mentah."

"HAHAHAHA."

Disisi lain, kedatangann Airin dikelas langsung disambut pelukan Vina. Sahabat itu menangis tersedu dan ia tahu apa penyebabnya.

"Vin? Mata kamu bengkak banget?."

"Aku nggak bisa tidur, Rin. Aku nangisin Adrian semalaman..."

"Kamu tau nggak, Adrian bilang, dia udah nikah, bahkan dia nunjukkin cincin nikahnya ke aku."

"Aku potek, Rin. Aku patah hati, sakit hati."

"Duh, aku jadi ngerasa bersalah sama Vina, kasihan dia."

"Eh, ngomong-ngomong cincin nikah? Aku..."

Airin melirik tangannya. Ya, cincin pernikahan juga tersemat dijari manisnya, "Gawat, semoga Vina nggak sadar kalo ini cincin nikah."

"Rin? Kok Adrian nggak pernah cerita ya kalo dia udah nikah. Siapa coba istrinya?."

"Hm, mungkin pernikahannya privasi? Nggak banyak orang yang tau."

"Ya, tapi kita kenal Adrian udah berbulan-bulan, Rin. Kita dekat sama dia..."

"Kenapa dia nggak cerita ke kita? Apa dia nggak anggap kita temannya?."

"Aku nggak ngerti, Vin. Malah aku baru tau dari kamu?."

"Ya Tuhan, maafin aku, aku terpaksa bohong."

"Terus gimana? Kamu berhenti ngejar Adrian?." Airin penasaran dengan langkah Vina selanjutnya

"Aku bingung, Rin. Aku nggak bisa lupain Adrian gitu aja. Dia first love aku..."

"Tapi aku juga takut, nggak mungkin kan aku ngejar suami orang?..."

"Duh, aku makin penasaran, siapa ya istrinya Adrian? Cari tau, yuk. Mau nggak?."

"Eh? Gimana maksudnya?."

"Kita cari tau siapa istrinya Adrian? Emangnya kamu nggak penasaran?."

"Duh, aku takut Adrian marah kalo kita ikut campur."

"Ya, kamu ada benarnya juga sih..."

"Aaah, aku bingung harus gimana."

•••

Hujan kembali turun dengan deras. Airin yang sudah selesai dengan pekerjaannya, harus menunggu Adrian yang akan datang untuk menjemputnya. Sambil menghisap lollipop, Airin menonton beberapa video pendek di ponselnya dan menunggu seorang diri karena teman-temannya sudah pulang terlebih dulu.

Tidak berselang lama mobil Adrian datang. Lelakinya itu turun dengan sebuah payung ditangannya, "Sorry ya kalo lama. Udah hujan, jalanan pake macet."

"Nggak apa-apa, yuk."

Kedua tangan Adrian bekerja, satu merangkul Airin dan satu tangannya lagi memegang payung. Ia bawa istrinya itu kedalam mobilnya dan segera melaju untuk pulang kerumah.

Diperjalanan pulang Airin bercerita tentang keadaan Vina setelah menerima penolakan Adrian. Jika boleh jujur, ia sangat malas mendengar nama Vina, namun apa daya, istrinya itu tidak merasa tenang, ia mulai cemas soal hubungannya dengan Vina, terlebih jika Vina tahu soal pernikahannya.

"Ini buat gue, deh." Adrian mengambil lollipop Airin dan memasukkannya kedalam mulutnya,

"Adrian? Itu punya aku."

"Habisnya lo ngomong sambil ngemut lollipop. Nggak jelas."

"Balikin?."

"Nggak."

"Ish! Yaudah, kalo gitu kenapa kamu jemput aku? Biarin aja aku pulang sendiri."

"Ha? Maksudnya? Apa hubungannya lollipop sama gue jemput lo?"

"Hmm...gak tau lah, pikir aja sendiri!."

"Hahaha, gue rasa lo kecapekan makanya ngelantur..."

"Tidur aja deh, nanti kalo udah nyampe gue gendong."

"Nggak mau, aku nggak ngantuk."

"Eh, eh, Adrian?." Mendadak airin memukul-mukul lengan Adrian,

"Bisa berhenti dulu nggak didepan sana?." Airin menunjuk sebuah gerobak minuman yang sedang berteduh di halte

"Halte?."

"Iya, aku pengen wedang jahe."

"Tiba-tiba?."

"Ck, kamu bawel. Bisa berhenti apa enggak?."

"Iya, Sayang. Nih, kita berhenti ya." Adrian pun menghentikan laju mobilnya, kemudian Airin memutar tubuhnya ke kursi belakang untuk mengambil payung disana.

"Eh, gue aja. Lo tunggu disini."

"Aku aja."

"Gue aja, Rin. Diluar dingin, tunggu."

Tidak sampai lima menit Adrian sudah kembali dan mereka pun melanjutkan perjalanan pulang.

"Tadi Om Pandu nelfon gue, dia minta kita datang kerumahnya besok." Ucapan Adrian tidak berbalas, ia menoleh dan mendapati Airin sudah terlelap.

"Katanya nggak ngantuk? Tapi kenapa mendadak tidur?..."

"Sumpah, ini cewek aneh banget."

•••

Bersambunxxx

Udah dulu guysss aku ngantuk ngejar chapter huahahaha

NOTE, sekarang jam 00.52 wib WHAAAATTTT

babaayyy jgn Lupa tinggalkan jejak, kalo enggak, aku maraaahhh nih 😤😤😤😤