Setelah Di Khianati Sahabat Dan Kekasih

"Sudah pulang, Nak?" tanya Pak Hasan saat melihat Jemima berjalan melewati ruang tengah.

"Sudah Ayah. Aku masuk kamar dulu ya," ucap Jemima. Lalu masuk ke kamarnya dengan langkah kaki sedikit tergesa-gesa.

"Jemima kenapa ya? Tarikan nafasnya terdengar ngos-ngosan?" tanya Bu Sekar pada Pak Hasan. Bu Sekar sedang melipat pakaian, ia duduk di atas tikar.

"Mungkin capek karena jalan kaki, kan dia habis dari danau,"

"Oh iya ya. Biarlah dia istirahat dulu," ujar Bu Sekar.

Jemima duduk di atas kasur sembari mengatur tarikan nafasnya agar kembali normal, setelah beberapa saat akhirnya dia merasa lebih baik.

Dan .... Dia baru sadar diary nya tidak ada padanya.

"Ya ampun ... Diary aku kayaknya ketinggalan deh di pinggir danau. Duhh gimana ya kalau ada yang nemuin lalu baca isi diary ku. Gawat! tuh diary kan sama kayak isi hati aku. Aku harus segera kembali ke danau. Iya." Jemima berdiri, lalu dia kembali berlari menuju danau.

Kedua orang tua nya sampai heran melihat tingkah sang anak.

"Diary aku ketinggalan di tepi danau, aku mau ambil sebentar," ujar Jemima saat di tanya orang tuanya.

***

Setibanya di tepi danau, tidak ia lihat ada diary nya di sana. Makin gelisah lah Jemima. Pandangan nya berpendar mencari diary keseluruhan area tempat yang ia lewati tadi.

"Gara gara cowok asing itu, makanya diary aku sampe hilang. Em ... Apa cow asing itu yang udah ambil diary aku? Tapi ... Buat apa dia ngambilin? Kita aja gak saling kenal. Kalau dia yang nemuin sih gak masalah, yang aku takutkan diary aku ditemukan oleh salah satu warga desa, nanti aku malah semakin di kata-katain sama warga desa. Mudah-mudahan saja beneran tuh cow asing yang nemuin dan dia langsung membuang diary aku karena apalah artinya diary itu bagi dia, gak ada gunanya juga kan. Oke. Anggap saja semuanya aman dan gak bakal terjadi apa apa setelah ini. Anggap saja tadi tuh adalah pertemuan terakhir aku sama tuh cowok asing. Pertemuan yang kebetulan aja, dan mudah-mudahan kedepannya kita gak jumpa lagi," batin Jemima panjang lebar meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik baik saja.

***

Jakarta.

"Lebih baik kamu turutin permintaan Papa mu untuk menikahi anak sahabat nya. Papa pengen sekali melihat kamu menikah dengan Diandra. Ayolah Dixon. Kurang apalagi Diandra itu, dia gadis yang cantik, smart, anak pengusaha sukses, model dan aktris ternama. Kamu gak akan nyesel menikahi nya dan kamu gak akan rugi," ucap Mama tiri Dixon.

Iya, Mama kandung Dixon sudah meninggal dunia sejak Dixon masih duduk di bangku sekolah menengah atas.

Sang mama meninggal karena mengetahui suaminya sudah menikah lagi dengan wanita yang lebih muda dan lebih seksi.

Wanita itu bernama Alexa, yang sekarang menjadi Mama tiri Dixon.

Dixon sangat membenci Alexa, karena Alexa lah yang menjadi sebab sang mama meninggal. Sang Mama meninggal karena kaget serta tidak menyangka sang suami tega berkhianat dibelakang nya, akhirnya sang mama meninggal karena penyakit jantung.

Sejak itulah Dixon sangat sangat membenci seorang pengkhianat.

Dan sejak itulah Dixon bertekad untuk menjadi pria yang setia, tapi sayangnya hingga sekarang ia masih tetap melajang karena belum ada satupun wanita yang mampu mengetuk pintu hatinya.

"Harus sampai berapa kali lagi aku bilang, aku tidak menyukai Diandra. Walaupun dia cantik, smart, kaya atau apalah itu ... Yang nama tidak cinta ya tetap tidak akan pernah cinta. Aku cuma menganggap dia sebagai seorang teman saja. Tidak lebih. Harusnya kamu mengerti itu Alexa!" tegas Dixon penuh penekanan. Ia menatap Alexa dengan tatapan penuh amarah.

"Kamu panggil aku Alexa lagi?" tanya Alexa tersenyum miris.

"Iya. Kenapa? Beberapa tahun terakhir aku nurut sama Papa, aku bersedia memanggil mu dengan sebutan Mama karena Papa yang terus memaksa. Tapi ... Akhir akhir ini kau terlihat semakin memuakkan karena begitu kekeuh memaksa aku untuk menikahi Diandra," ucap Dixon. Sekarang dia dan Alexa sedang berdiri di depan sebuah ruangan, ruangan tempat sang papa di rawat.

"Yang memaksa mu itu Papa mu sendiri!"

"Iya, mungkin itu memang keinginan Papa, tapi kau ikut andil karena terus menghasut Papa. Sekali lagi aku tegaskan, jangan pernah paksa aku, aku bisa cari istri sendiri." Dixon menunjuk wajah Alexa setelah itu ia membuka pintu ruangan, ia menemui papa nya yang tengah berbaring lemah di Brankar.

Karena sang papa yang terus menjodohkan Dixon dengan anak sahabat nya maka dari itu Dixon memutuskan untuk menyendiri sejenak ke desa Bujung Sakti, ia ingin mencari sedikit ketenangan, namun ... Saat ia sedang berada di desa Bujung Sakti, sang papa malah jatuh sakit.

Dixon merasa sangat bingung, keputusan apa yang harus di ambilnya.

***

"Oke, baiklah. Jika kamu tidak mau menikah dengan Diandra, maka papa bebaskan kamu menikah dengan gadis manapun sesuai dengan keinginan mu. Asalkan kamu bawa wanita itu ke hadapan papa dalam waktu dekat, papa ingin melihat calon mantu papa, papa rasa usia papa tidak akan lama lagi, papa berharap sebelum papa meninggal dunia, papa bisa melihat mu menikah dengan wanita pilihan, wanita yang kamu cintai," Tutur tuan Everardo, papa nya Dixon.

Dixon menarik nafas dalam lalu menghembuskan kasar.

"Ya ampun, permintaan macam apa lagi itu," ucapnya sembari mengacak kasar rambut nya.

"Kenapa? Kamu belum punya kekasih juga? makanya terima saja Diandra," ledek Alexa.

"Diamlah!" bentak Dixon.

Tiba tiba Tuan Everardo merasakan sesak teramat sangat di dadanya, sakitnya kumat karena melihat istri serta anaknya selalu bertengkar.

***

Hingga malam hari Dixon masih berada di rumah sakit, dengan setia dia menemani sang papa.

Meskipun sang papa sudah mengkhianati mama nya, tapi selama ini papa nya itu sudah menjadi sosok papa yang bertanggungjawab, dia selalu memberikan yang terbaik untuk Dixon. Dan selama ini ia tidak pernah bersikap kasar kepada Dixon.

Karena itulah Dixon masih menghargai papa nya.

Saat Dixon tengah duduk melamun, tiba tiba ada seseorang datang menjenguk papa nya.

Alexa dan orang itu terlihat sangat akrab.

"Ya ampun Om, semoga cepat sembuh ya Om. Supaya Om bisa melihat aku dan Dixon menikah." Ucap Diandra sembari memijit lengan Everardo dengan pelan.

Everardo tersenyum tipis.

Mendengar itu, Dixon memilih pergi.

"Dixon sayang, kamu mau ke mana?!" seru Diandra dengan wajah sedih.

"Sudah, biarkan saja dia pergi. Sepertinya dia masih butuh waktu sendiri," ucap Alexa menenangkan Diandra.

***

Dixon masuk ke dalam mobilnya, lalu dia memukul setir mobil cukup keras.

"Menyebalkan!'' rutuk nya kesal. Dixon sangat merasa terbebani dengan perjodohan yang dilakukan orang tuanya, karena dia tidak bisa mencintai Diandra. Diandra memang cantik, tapi kecantikan nya sama sekali tidak bisa membuat seorang Dixon tertarik. Diandra suka berpakaian seksi yang menampakkan lekuk tubuhnya, pull make up tiap hari serta ada beberapa bagian tubuhnya yang sudah di oplas. gaya hidupnya tinggi.

Dixon tidak suka wanita seperti itu, yang ia suka adalah wanita yang sederhana dengan kecantikan alami. Wanita seperti itulah yang Dixon inginkan.

Dan saat sedang dilanda kebingungan yang teramat sangat ...

Tiba tiba netra Dixon menatap diary bersampul biru yang ada di dasbor mobil.

Iya meraih diary tersebut, lalu mulai menyingkap halaman pertama.

Di halaman pertama terlihat ada beberapa lembar foto wanita, foto yang seperti sengaja di tempel.

Foto wanita memakai seragam sekolah menengah atas.

Dixon tersenyum melihat foto itu.

"Cantik." gumamnya dengan jari telunjuk mengelus lembaran foto.

"Jemima Kidung Wulan," lirih nya saat membaca nama yang terdapat di bawah foto.

"Nama yang indah, seindah orangnya," Dixon senyum senyum sendiri saat membayangkan wajah cantik Jemima.

"Meskipun aneh, tapi dia berhasil membuat ku penasaran. Sepertinya aku harus kembali lagi ke desa itu," ucap Dixon dengan hati berbunga-bunga.

Bersambung.