Cinta adalah satu kata yang tidak pernah ada dalam hidup Ruby. Hati dan kehidupannya hanya ada rasa sakit, derita, amarah, kebencian dan dendam yang membara.
Sedangkan Kevin adalah satu nama yang tidak pernah masuk dalam daftar hidupnya.
Sayangnya kehadiran Kevin yang tanpa sengaja mampu menghidupkan rasa cinta dalam hati Ruby. Sekeras apapun Ruby menolak cinta itu, tapi hatinya berkata lain yang membuatnya semakin marah.
Cinta yang seharusnya indah namun membuat hidup Ruby semakin tersiksa. Ruby merasa telah mengkhianati Ibu dan prinsipnya untuk tidak akan jatuh cinta.
Akankah Ruby mengakui dan menerima cinta itu? Atau pergi dan menghilang membawa cinta yang semakin menyiksa hidupnnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 04
Hari ini Ruby pergi bersama Alika, sesuatu yang sangat jarang bahkan tidak pernah Ruby lakukan sebelumnya. Mereka berada di salah satu Mall terbesar di kota itu, bermain, makan, menonton, belanja dan melakukan banyak hal seperti remaja umumnya.
"Eh ... Ayo masuk kesini," Alika dengan semangat menarik Ruby memasuki toko buku. Ruby mengikuti langkah Alika dengan santai dan tanpa ekspresi, Ruby tetap memasang wajah datar.
"By, liat deh. Gue nemu novel bagus," kata Alika menunjukkan sebuah buku novel pada Ruby.
"Covernya?" Ruby melihat cover novel itu memang menarik.
"Isinya juga, kan gue udah baca blurb nya," Alika kembali menarik Ruby ke meja kasir.
"Hai, kalian disini juga!" kata seseorang dari belakang. Ruby dan Alika menoleh mendapati Kevin dan teman-temannya.
"Kalian sendiri?" tanya Alika sambil tersenyum manis. Jangan tanya bagaimana reaksi Ruby, gadis itu hanya menoleh sekilas meskipun ada 'pacarnya' diantara mereka.
"Kita cuma liat-liat aja sih," ujar Gio melihat Ruby yang diam saja. "Abis ini, kalian mau kemana?" tanyanya. Alika mengangkat tangannya dan melihat arlojinya.
"Sepertinya kita mau makan, udah masuk jam makan malam juga," kata Alika pelan sambil melirik Ruby, namun gadis itu hanya diam.
"Gimana kalau kita gabung? Kita juga belum makan malam," usul Dino. Gio dan Alika menatapnya, sedangkan Kevin menatap Ruby yang sama sekali tidak menatapnya. Bahkan sejak mereka resmi pacaran, keduanya tidak pernah bicara sama sekali.
"Emmm ...." Alika menyikut Ruby bingung. Takut Ruby tidak setuju karena Ruby memang sulit ditebak.
"Lo mau kan, By?" tanya Dino. Pria itu tahu jika Alika bingung, Ruby mengangkat wajah melihat Dino. Lalu gadis itu mengangguk pelan, membuat seulas senyum terbit dibibir Alika.
Setelah selesai membayar buku, mereka menuju salah satu restoran yang ada dalam Mall itu. Dan, disinilah mereka berenam tengah menikmati makan malam.
"Di pensi nanti kita bakal tampil sebagai band. Kalian nonton ya," Gio memulai pembicaraan disela makan mereka.
"Beneran? Wahhhh ... Kita pasti nonton. Ya kan, By?" sahut Alika antusias. "Gue nanti ikut teater, kalian juga nonton ya," sambung Alika.
"Seru tuh," sahut Dino. "Kalau Ruby?" tanyanya.
"Ehh ...." Alika juga belum tahu Ruby mau menampilkan apa. Kini semua mata dimeja itu tertuju pada Ruby.
"Belum tahu," sahut Ruby singkat.
"Lo kenapa jadi diem aja sih, Vin? Kesambet lo?" celetuk Dino melihat Kevin yang diam saja sejak di toko buku.
"Ngaco, lo!" sahut Kevin sambil menyedot minumannya, tapi.
"Uhukkk ... Uhukkkk ...." tiba-tiba Kevin tersedak dan menyemburkan minumannya.
"Lo apa-apaan sih, Vin! Jorok banget," omel Gio yang minuman dan makanannya terkena cipratan dari mulut Kevin.
"Sial!" umpat Kevin dalam hati. Matanya menatap tajam kearah Ruby yang dengan santai menyuapkan makanannya seolah tak terjadi apa-apa. Sedangkan dibawah sana, kakinya naik hingga hampir menyentuh selangkangan Kevin. Bagaimana Kevin tidak tersedak?.
"Lo gak apa-apa, Vin?" tanya Alika perhatian. Kevin menghembuskan nafas pelan, dia masih shock dengan tindakan konyol Ruby.
"Gue gak apa-apa. Sorry, gue ke toilet dulu." kata Kevin beranjak, dan pergi ke toilet.
"Dia kenapa sih? Aneh," kata Dino setelah Kevin pergi.
"Gue juga mau ke toilet," ucap Ruby langsung pergi membuat yang lain melongo.
***
Didalam toilet, Kevin membasuh wajahnya. Apa yang dilakukan Ruby sedikit banyak tentu membuat tubunya bereaksi, dan sialnya tidak bisa Kevin tuntaskan.
"Lo terkejut, ya?" Ruby dengan santai masuk dalam toilet pria yang memang sedang sepi. Kevin menatap kesal pada gadis itu yang bersikap biasa saja.
"Gue pikir, gosip tentang lo bener. Tapi baru gitu aja lo dah kaget," Ruby mendekati Kevin. "Kenapa? Lo gak nyangka kalau gue seperti ini?" sambungnya sambil menyentuh baju bagian dada Kevin yang terlihat basah.
"Apa hemmff ...." Kevin langsung menarik tubuh Ruby dan membungkam bibir Ruby dengan ciuman panas. Ruby tersenyum samar dan mulai membalas ciuman Kevin tak kalah panas.
Tangan Kevin yang tadinya di tengkuk Ruby, kini turun di area punggung. Bahkan tangan kanannya sudah berada di bagian bokong padat Ruby.
Ruby masih mengimbangi ciuman menuntut Kevin, hingga ia merasa telapak tangan Kevin berada di dadanya. Lalu dengan cepat Ruby mendorong tubuh Kevin.
"No. Belum saatnya lo dapat yang itu," ujar Ruby sambil tersenyum, lalu berjalan keluar meninggalkan Kevin yang semakin emosi. Lagi-lagi Ruby hanya memancing hasratnya tanpa ada penyelesaian. Dan sialnya Kevin tidak bisa berbuat apa-apa, selain diam.
"Akan ada saatnya lo yang memohon sama gue!" bisik Kevin. Namun sekarang Kevin harus menuntaskan apa yang sudah dimulai oleh Ruby. Jika saja hal memalukan ini diketahui oleh teman-temannya, maka hancur sudah harga diri Kevin . Bagaimana bisa seorang playboy yang dipuja banyak wanita harus bersolo karir?.
"Memalukan!" umpat Kevin setelah selesai menidurkan adiknya. Pria itu segera keluar dari toilet karena sudah terlalu lama di dalam sana.
"Lo ngapain aja sih Vin, di toilet? Liat! Ruby sama Alika udah pulang," semprot Dino ketika Kevin kembali ke meja mereka.
"Mules," sahut Kevin semakin kesal.
"Gue cabut duluan kalau gitu," katanya langsung melenggang pergi.
"Fix, si Kevin lagi PMS!" kata Gio melihat Kevin mulai menjauh.
"Udahlah, kita balik juga!" ucap Steve yang dari tadi diam saja. Akhirnya mereka benar-benar memutuskan untuk pulang.
...
"By, please cubit gue. Gue gak mimpi kan? Kita baru aja makan malam sama Kevin! Aaa ...." Alika terlihat sangat bahagia karena bisa makan malam bersama Kevin, meskipun rame-rame.
"Kebiasaan, lo!" ujar Ruby menggelengkan kepalanya. Gimana reaksi Alika jika sampai bisa ciuman sama Kevin?.
"Ya ampun, By. Gue belum pernah naksir cowok sampai seperti ini, mungkin gue berlebihan. Tapi gue selalu berdoa semoga Kevin jodoh gue," kata Alika tanpa melihat raut wajah Ruby yang jengah. Mungkin ini salah satu alasan Alika mau berteman dengan Ruby, karena Ruby tidak pernah tertarik dengan pria bernama Kevin. Berbeda dengan teman-teman Alika yang lainnya, mereka akan bersaing untuk mendapatkan Kevin.
"Gue nanti turun di pos aja," Ruby mengingatkan Alika ya g tengah mengemudi.
"Kenapa? Gue anter sampai lobby aja biar deket," kata Alika, Ruby menggeleng.
"Gue ada perlu," kata Ruby menolak tawaran Alika.
"Oh ... Oke," sahut Alika paham.
"By, tipe cowok idaman lo gimana sih? Kenapa spek cowok sempurna kayak Kevin gak membuat lo tertarik?" Alika penasaran, sebab sejauh ini hidup Ruby hanya datar. Janganlah variasi, senyum aja Ruby jarang.
"Gue gak tahu,"
"Hahh ... Masak sih gak tahu? Ya, minimal lo pingin punya cowok yang kayak bokap kek atau apa gitu," kata Alika. Bukankah anak perempuan akan mendambakan pria seperti Ayahnya yang merupakan cinta pertama dalam hidupnya ?.
"Gue gak pingin punya cowok," sahut Ruby membuat Alika bungkam. Jika sudah seperti itu, mau bagaimana lagi? Satu-satunya cara mengubah mindset Ruby adalah jatuh cinta. Tapi mengingat sifat Ruby yang seperti itu, kira-kira kapan Ruby akan jatuh cinta?.
*
*
*
*
*
TBC
Kalian suka atau benci sama karakter Ruby?
Kalau emang gak suka sama karakter Ruby, author saranin mending di skip dari sekarang aja, dan cari novel lain yang karakternya sesuai dengan keinginan kalian. Jangan tiba-tiba kasi bintang satu😔 please ya, author mohon kerja samanya. Novel ini memang halu, ngarang. Tapi untuk menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat itu, author butuh effort, belum lagi harus Googling beberapa informasi, biar novel nya gak terasa halu bangettt😊jadi kalau tiba-tiba kalian kasi bintang satu, itu sungguh nyeri hati author 🥺