Namanya Kanaka Harvey, dia anak keduanya Letta dan Devano, sejak awal bermimpi jadi pembalap, tapi apa daya takdir menuntunnya untuk masuk ke perusahaan peninggalan kakeknya. Terkenal dingin dan tak tertarik dengan perempuan manapun, nyatanya Kanaka justru terperangkap pada pesona bawahannya di kantor yang bernama Rere (Renata Debora) , cewek itu terkenal jutek dan galak sama siapapun. Kanaka yang tak pernah berpacaran itu begitu posesif dan overprotective terhadap Rere.
IG : 16_rens
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 : Posesifnya tambah parah.
Rere keluar dari ruangan pak Damar, wajahnya terlihat sumringah karena proposal tugas akhirnya sudah ditandatangani oleh dosen pembimbingnya tersebut.
Di pintu keluar Rere bertemu dengan Barata, kakak kelas yang pembimbing akademisnya sama dengan dirinya.
"Hai Re.... udah konsul nya?" tanya Barata ramah.
"Hai kak, udah. Kakak mau konsul juga?"
"He eh, masih ada yang ngadep bapak ya?"
"Iya barusan Andini masuk..... "
Grep.... sebuah tangan yang tiba-tiba melingkar di pinggang Rere menghentikan apapun yang akan diucapkan oleh Rere.
Barata, Dewinta, bahkan beberapa teman mereka menatap Kanaka yang wajahnya memancarkan aura permusuhan terhadap Barata.
Siapapun pasti paham bahwa Kanaka cemburu dengan interaksi Rere dan Barata, Rere.... mahasiswi yang terbilang B saja di mata teman-teman nya itu justru mampu mengunci Kanaka dalam pesonanya.
"Udah selesai konsul nya Yang?" tanya Kanaka mesra.
Dewinta menutup mulutnya dengan kedua tangannya, mendengar panggilan 'Sayang' Kanaka yang ditujukan kepada Rere.
Begitu juga dengan Barata, berteman dengan Rere sejak Rere menginjakkan kaki di kampus ini untuk pertama kalinya, Barata tahu bahwa Rere belum memiliki kekasih, tapi melihat tangan Kanaka yang melingkari pinggang Rere, jujur Barata bingung, gestur itu adalah gestur kepemilikan.
"Kamu emang udah ngadep dosen pembimbing kamu?" tanya Rere mengingatkan Kanaka bahwa mereka datang ke kampus memang untuk menghadap ke dosen pembimbing masing-masing.
"Nanti aja!" jawab Kanaka.
"Sekarang aja, mumpung bapaknya ada, aku mau ngobrol ama Dewinta dulu," pamit Rere lembut.
"Janji ngobrolnya ama Dewinta kan? Nggak ama cowok?" tanya Kanaka sarkas, sekedar mengingatkan Barata atau cowok manapun untuk tak dekat-dekat ke Rere.
"Iya iya," jawab Rere sambil mengerucutkan bibir, mulai bingung dengan ke-posesif-an Kanaka.
Lalu untuk sopan santun, Rere pamit ke Barata kemudian menarik tangan Dewinta menjauh dari hadapan Kanaka dan Barata.
"Udah tahu kan cewek yang lo taksir punya cowok? Please deh jangan murahan gitu jadi cowok!" ketus Kanaka pelan.
Barata hanya mampu terdiam, meski mereka bukanlah teman, tapi siapapun kenal siapa itu Kanaka Harvey, keren, ganteng, anak orang kaya dan seorang pembalap muda yang cukup terkenal.
Pertanyaan timbul di kepala Barata, sejak kapan mereka dekat, pasalnya hampir semua orang juga tahu Kanaka memiliki pacar anak disain yang cantik dan fashionable (semua orang tahunya Keiko itu pacar Kanaka padahal kan mereka kakak adek hahaha).
Demi meredam agar tak terjadi adu jotos di antara keduanya, Barata memilih pergi meninggalkan Kanaka tanpa basa basi lagi.
Sementara di ujung koridor, sambil memegang cup kopi yang dibelinya di kantin tadi, Rere dan Dewinta terlibat pembicaraan serius.
"Pantes orang-orang bilang lo melet Kanaka, kelihatan berubah banget sih dia ke elo nya!" Dewinta memulai ocehannya sambil menekan emosinya yang sempet naik gara-gara mendengar selentingan teman-teman kampusnya yang mengatakan Rere main dukun untuk memikat Kanaka.
"Gue aja bingung Dew, apalagi anak-anak," desah Rere pelan sambil menggeleng frustasi melihat ke-absurd-an Kanaka tadi.
"Kok bisa sih dia sebegitunya ama lo?!" tanya Dewinta mulai berasumsi seperti teman-teman yang lain.
"Otak lo Dew, kayak gue nggak punya Tuhan aja!" maki Rere sambil menjitak kepala sahabatnya dengan gemas.
"Habisnya gue bingung, masak cuman barengan dua bulan, lalu benih-benih cinta itu tumbuh dan bermekaran kayak bunga habis kesirem air hujan."
"Yaelah kalimat lo mirip kayak pujangga aja Dew!" sahut Rere sambil terkekeh geli.
"Tapi iya lho, selama kita kenal Kanaka, kan dia nggak pernah gandeng cewek... "
"Pernah.... Keiko digandeng terus!"
"Njirr itu adeknya Re, kamsud gue, cewek lain," ucap Dewinta gemes sendiri mendengar kalimat-kalimat Rere yang santai.
"Gue pacar pertamanya dia Dew, lo mau browsing pacar pertama Kanaka dimanapun juga nggak bakal ketemu!"
"Ya ampun Re, bangga nggak sih lo dapet cinta pertamanya Kanaka?" tanya Dewinta penasaran.
"Ngapain gue bangga, dia juga jadi cinta pertama gue!"
"Heh kacrut! Kalo lo mah gue nggak heran, muka pas-pasan siapa yang mau!" Dewinta semakin emosi dengan jawaban Rere yang menurutnya belagu banget itu.
"Hahahaha!" Rere tertawa bertepatan dengan bunyi ponselnya yang memanggilnya.
"Hallo," sapa Rere saat ia sudah menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan Kanaka.
"Udah selesai ngobrol sama Dewinta nya?" tanya Kanaka dari seberang sana.
"Udah," jawab Rere.
"Kamu dimana? Aku samperin."
"Deket kantin, koridor ujung."
"Hmm.... aku kesana."
Lalu klik sambungan mereka terputus, tak lama kemudian Kanaka berjalan ke arahnya bersama teman-teman nya.
"Kita makan dulu mau nggak?" tanya Kanaka saat sudah di depan Rere.
"Um..... sama mereka?" tanya Rere, sungkan sih sama sahabat-sahabat Kanaka yang mukanya kebanyakan surem daripada cerahnya.
"Kamu nggak mau kalo sama mereka?"
Keempat orang disana hanya menatap keheranan kepada kedua orang tersebut, pasalnya obrolan Kanaka dan Rere hanya berupa pertanyaan dan pertanyaan tanpa ada jawaban dari keduanya.
"Ayok aja, tapi boleh ngajakin Dewinta kan?" Nah kan pertanyaan lagi yang keluar.
"Emang Dewinta nya mau?"
"Stop stop deh, kalian ini ngobrolin apaan sih? Pertanyaan dijawab pertanyaan, bikin pusing!" omel Sensen kesel.
"Lo mau ikut kan Dew?" tanya Rere.
"Pertanyaan lagi yang keluar!" celetuk Arlan ikutan bete.
Kanaka dan Rere jadi terkekeh mendengar ocehan Sensen dan Arlan itu.
Akhirnya rombongan kecil itu beriringan menuju ke cafe yang berada di sekitaran kampus mereka, mumpung masih bisa kumpul sebelum mereka disibukkan dengan tugas akhir mereka yang pastinya akan menguras energi dan waktu mereka.
Obrolan unfaedah dan absurd dari Arlan, Sensen dan Aldi membuat Rere hanya bisa terkekeh pelan, sebelumnya bukan circle mereka hingga Rere hanya menggeleng setiap mendengar candaan yang terlontar dari mulut ketiganya.
Setelah aneka macam makanan di atas habis tak bersisa, sebelum kembali ke rumah, Rere pamit untuk ke toilet dulu.
Rere masuk ke salah satu bilik dan menuntaskan hasratnya untuk buang air, Rere keluar dari bilik tersebut dan termangu menatap siapa yang berdiri di hadapannya.
"Wah dapet mangsa baru ya? Ibu dan anak sama bejatnya ternyata, sama-sama suka jual diri, hahahaha!"
Lalu tanpa mempedulikan wajah Rere yang memerah karena menahan marah, orang itu segera pergi meninggalkan tempat itu.
Rere jongkok, menyembunyikan wajahnya di antara lututnya, dia marah karena harus direndahkan terus seperti ini.
_______
Kira-kira siapa ya guys yang dijumpai oleh Rere, mungkin kah keluarga yang membuang mereka dulu?
Terima kasih semua sudah ikutin cerita ini, kasih like, komen dan apapun juga itu.
Salam sayang dari aku muach muach
cerita nya bagus tapi jadi ngeh setiap bab gini mulu