Simpanan Bapak Kost

Jangan Lupa Like

Always ingetin ke Kakak2

Untuk selalu Like!

-

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Troy kini berada di dapur mengaduk segelas kopi untuk dia minum, karena ada pekerjaan lembur yang harus dia selesaikan malam ini.

"Bang Troy pake pelet apasih, sampai Gralind lengket begitu," Troy menatap ke sampingnya, tepat di wastafel tampak Albar mencuci tangannya.

"Uang Kost, udah kamu tagih, kamu gak maksa kan?" Troy berusaha mengalihkan perhatian Albar dengan pengalihan isu, karena dirinya malas membahas perang dingin mereka.

Albar mematikan keran, dia berjalan ke arah Troy kemudian menatap dalam Abang Iparnya itu. "Kalau Bang Troy suka sama Gralind, at least ceraikan Kak Tania, apa emang niatnya selingkuh."

Troy menghela napas, dia mengangkat cangkir kopinya dan hendak kembali ke kamar. "Kamu gatau apa-apa."

"Oh iya! Yang aku tahu cuma Bang Troy itu, Maruk! Bang Troy mau dengan Gralind tapi mau juga dengan Kak Tania," Albar bersuara dengan cukup lantang membuat Troy terbawa emosi.

Troy tidak langsung menjawab, dia menahan emosinya kemudian mengatur napasnya. "Jika bukan karena Gralind dan orang tua kamu dan Tania, sudah lama Abang pergi dari lingkaran setan ini."

"Bullshit! Bang Troy terlalu naif, Abang pikir aku gatau!"

"Berhenti, ngomong yang gak perlu Albar, gak perlu ada keributan, Abang capek, Abang mau kerja!"

"Kenapa harus kerja! Kan enak dapat harta dari Papa dan Mama aku, karena Bang Troy suami Kak Tania, oh iya demi Harta!"

Troy melepaskan cangkir kopinya sehingga cangkir kopi itu jatuh ke lantai dan pecah beserta tumpah isinya, Troy berjalan ke arah Albar dan menarik kerah kaosnya.

Troy sudah terbawa emosi oleh ucapan anak ini.

"Gak semua tentang harta Albar!" ujarnya. "Tahu apa kamu tentang perasaan, kamu cuma mikirin masalah batang kamu itu, obsesif kamu, dan ambisius kamu! Kenapa udah pengen banget ngejajah Gralind?"

"Hah? Gak salah, bukannya Bang Troy yang udah pengen banget di sentuh Gralind?" jawab Albar. "Sikap Bang Troy semakin memperlihatkan bahwa Bang Troy adalah suami yang tidak memiliki harga diri."

"Tutup mulut kamu!"

"Bang Troy pikir kedekatan Bang Troy dan Gralind itu bukan masalah, Bang Troy gak akan tahu apa yang terjadi kedepan."

"Kamu ngomong gini, karena kamu merasa kalah dari Abang kan, seharusnya kamu introspeksi apa yang membuat Gralind tidak ingin mendekati kamu," jelas Troy.

Albar tertawa, dia tersenyum smirk. "Jawaban Abang semakin mengukuhkan jawaban dari pertanyaannku selama ini, bahwa Abang ada main kan selama ini di belakang Kak Tania! Bullshit! Katanya pernikahan bukan permainan, sekali seumur hidup, tapi itu mulut Abang, nafsu Abang gak akan bisa bohong!"

Troy melepaskan cengkeramannya kepada Albar, dia menunjuk pria itu dan menatapnya gahar. "Kamu sudah dewasa kamu sudah tahu apa yang benar dan salah, jika kamu memperhatikan, siapa yang sudah merusak ikrar pernikahan antara Abang dan kakak kamu lebih dulu."

"Waktu Kamu lihat Kakak kamu bawa laki-laki lain ke rumah ini, kamu ada action? Gak! Itu karena kalian berdua sama busuknya!"

"Tap-"

"Shut up! Stop, Abang mau istirahat," Troy membalikkan badan hendak kembali ke kamarnya namun tanpa sengaja dia menginjak beling bekas pecahan cangkir yang membuat kakinya luka.

Troy mengabaikan hal itu, dia berjalan tertatih menuju kamar dan menemukan sesuatu diluar dugaannya.

"Tania?"

Troy diam, saat ia melihat Tania duduk di ranjang menunggunya, tampaknya Tania tidak tahu perdebatan panjang Troy dan Albar.

"Saya pikir kamu pergi lagi, kamu kan gak akan betah dirumah," lanjut Troy menatap Tania yang kini tersenyum dan berjalan ke arah Troy.

Tania mengalungkan tangannya di leher Troy, dia tersenyum penuh godaan, bahkan bajunya yang berbahan tipis akan mengundang nafsu birahi siapapun, apalagi Troy suaminya sendiri, Troy melirik ke bawah Tania tidak mengenakan pakaian dalam sama sekali.

"Kamu mau ngapain?"

Tania menaruh jarinya di bibir Troy dan menyuruhnya diam. "Aku minta maaf yah Mas, aku tahu aku salah, aku menyesal, harusnya aku gak menyia-nyiakan kamu sebagai suami aku, aku udah putus kok dari laki-laki itu, kasih aku kesempatan yah."

"Kesempatan?"

"Untuk melayani kamu, sebagai suamiku seutuhnya," bisik Tania mendesah lembut.

Troy tersenyum smirk, setelah perdebatan panjang diluar tampaknya dia butuh penyegaran, dia mendorong tubuh Tania ke ranjang dan menindihnya. "Kamu tahu Tania?"

"Apa?"

"Jika kita melakukan ini, ini akan menjadi malam pertama kita selama dua tahun tertunda, kamu siap?"

"Apapun untuk kamu, Mas."

"Tapi Mas mau cerita, dulu saat menikahi kamu, Mas gak masalah kamu janda, tapi saat ini Mas sadar."

"Sadar apa?"

"Gak semua janda itu punya image buruk, tapi salah satu yang punya image buruk itu adalah kamu."

"M-Maksud kamu."

Troy berdiri, dia mengusap wajah Tania dan tersenyum sinis. "Simpan saja badanmu, Saya anti sama perempuan yang sudah dijamah pria lain, ah tidak, lebih tepatnya jijik."

Troy bergerak mengambil laptopnya kemudian berjalan keluar dari kamar meninggalkan Tania yang kesal atas penolakan Troy.

"Mas! Kamu akan menyesal!"

Troy tidak peduli, lagipula dia tidak ingin melepaskan keperjakaannya pada wanita yang tidak bisa menjaga kehormatannya, tapi apakah itu termasuk Gralind?

Setidaknya Troy akan menjadi yang pertama jika nanti dia bisa mendapatkan kehormatan Gralind.

-

"Kok bisa sampai luka gini sih, Bapak," Gralind duduk di lantai mengobati luka di kaki Troy akibat beiing tadi, sedang Troy duduk di tepi ranjang sembari menekan keyboard laptopnya.

"Tadi ada insiden dikit," jawab Troy tidak ingin jujur bahwa ia baru debat dengan Albar.

Setelah mengobati luka Troy, Gralind beralih duduk di samping Troy, Troy menutup laptopnya dan meraih kepala Gralind untuk tidur di atas pahanya.

"Bagaimana rencana selanjutnya," ujar Troy mengusap kepala Gralind.

Gralind tersenyum, dia mengusap balik wajah Troy yang di tumbuhi bulu tipis. "Tampaknya kita harus mengajukan cuti."

"Untuk?"

"Ajak Bu Tania dan Albar berlibur bersama, dan kita akan menjalankan rencana berikutnya disana," jelas Gralind mendekatkan wajahnya pada Troy dan mencium pria dewasa itu. "Setelah itu, kita akan menyalakan satu bom waktu untuk Bu Tania."

"Dan kita lihat, sejauh mana dia dapat bertahan," lanjut Gralind tersenyum sinis.

...----------------...

Woilah Woilah!

satu kata untuk Tania?

Sukurin!