Mata kecil itu berpendar melawan rasa bosan di tengah hiruk pikuk orang dewasa, hingga matanya berbinar melihat seorang gadis cantik, terlihat anggun dengan raut keibuan. Ini dia yang di carinya.
Kaki kecilnya melangkah dengan tatapan tak lepas dari gadis bergaun bercorak bunga dengan bagian atas di balut jas berwarna senada dengan warna bunga di gaunnya.
Menarik rok gadis tersebut dan memiringkan wajah dengan mata mengerjap imut.
"Mom.. Kau.. Aku ingin kau menjadi Mommyku.."
"Anak kecil kau bicara apa.. Ayo aku bantu mencari Ibumu.."
"Tidak, Ibuku sudah tiada, dan aku ingin kau yang menjadi Mommy ku."
"Baiklah siapa namamu?."
"Namaku Daren, Daren Mikhael Wilson aku anak dari orang terkenal dan kaya di kota ini, jadi jika kau menikah dengan Daddyku kau tidak akan miskin dan akan hidup senang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TW 21: Ciuman Selamat Datang
Isa tertegun saat membuka pintu kamarnya, beberapa saat lalu saat Isa baru saja keluar dari kamar mandi ia mendengar suara pintu di ketuk, maka itu ia lekas membukanya.
Namun saat ini setelah membuka pintu Isa hanya mampu mengedipkan matanya melihat seseorang berdiri di depan pintu dengan buket bunga besar menutupi wajahnya, Isa semakin tercengang saat buket bunga di turunkan dan menampakan wajah Willy yang sudah satu minggu tak ia lihat.
"Kau benar- benar tidak merindukan aku.." Isa menahan nafasnya saat mendengar suara Willy yang berat dan sedikit serak, kenapa Isa jadi mati kutu dan tak bisa menggerakan seluruh tubuhnya, bahkan saat Willy mendekat Isa masih saja terdiam.
Willy menyeringai lalu memiringkan wajahnya dan tanpa aba- aba mengecup bibir Isa.
Isa yang sejak tadi terdiam pun berjengit dan langsung tersadar "K-kau..!" Isa akan mundur namun dengan cepat Willy meraih pinggangnya. "M-mau apa kau!" Isa masih berkata dengan gugup entah bagaimana jantungnya berdegup kencang saat melihat Willy tersenyum.
Willy tersenyum saat melihat wajah Isa memerah. Sepertinya Isa baru saja mandi karena rambut basahnya di gelung menggunakan handuk.
Wangi sabun yang menguar dari tubuh Isa membuat Willy semakin bersemangat dan merapatkan tubuh mereka hingga Isa serasa sesak nafas.
"Lepaskan, apa yang kau lakukan..!" Isa semakin menegang saat merasakan remasan di pinggangnya, tidak menyakitkan tapi membuat Isa merinding di seluruh tubuhnya.
"Menciummu.." Dengan gerak cepat Willy menempelkan bibirnya di bibir Isa mencium dengan lembut tapi juga menggebu, merasakan bibir yang satu minggu ini di rindukannya. Willy tidak berbohong saat dia berkata dia merindukan bibir Isa, selama Willy melakukan perjalanan bisnisnya Willy terus teringat rasa dari bibir Isa.
Willy kira rasa manis yang tercipta karena Isa memakan Gula Kapas, tapi ternyata hari ini rasa manis itu masih tetap sama, rasa manis yang membuat Willy terlena.
Isa tertegun, lagi- lagi dia tak bisa menggerakkan tubuhnya dan hanya bisa menerima ciuman Willy, kakinya bahkan terasa lemas, jika saja Willy tak memeluk pinggangnya mungkin ia akan terjatuh dan meluruh ke lantai, Isa terus diam terpaku merasakan bibirnya basah akibat ciuman Willy, hingga Willy menjauhkan dirinya dan berkata "Balas ciumanku." katanya dengan nada serak, dan tegas lalu kembali mencium bibir Isa.
Seolah terhipnotis oleh perkataan Willy, Isa yang sejak tadi diam mulai bergerak meski dengan gerakan kaku, menghisap dan mel umat bibir Willy memberikan balasan, hingga Isa merasa ada ribuan kupu- kupu menggelitik di perutnya, rasa yang belum pernah Isa rasakan..
Isa menginginkan lebih dan lebih.. Mata Isa terpejam erat dan mulai menikmati kegiatannya.
Willy menyeringai saat gerakan Isa semakin aktif, tangan Willy terangkat dan menekan tengkuk Isa agar ciuman mereka semakin dalam.
"Sekarang aku tahu, kau juga merindukanku.." Katanya saat Willy melepaskan ciumannya, wajah Isa bersemu, dia baru saja membalas ciuman Willy, dan mengakuinya. "Bukankah sekarang kita seri?" Isa mengeryit bingung, namun wajahnya semakin merah saat Willy melihatnya dari atas ke bawah dan Isa yang menyadari dirinya hanya memakai handuk pun sontak saja menjerit.
"Aaaaakkhhh, pria mesum sialan!" Isa segera berlari ke arah ranjang dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, Bagaimana bisa Isa lupa jika dia baru saja selesai mandi. Saat mendengar pintu kamarnya di ketuk, dia kira itu seorang pelayan, jadi Isa membukanya tanpa ragu, tapi ternyata dia melihat Willy dan hanya bisa terbodoh di tempatnya, tanpa menyadari jika dia hanya menggunakan handuk kimono.
"Mau apa kau, ja- jangan mendekat." Willy tertawa saat melihat Isa menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Memangnya apa?"
Untuk sesaat Isa terpesona dengan tawa Willy, tawa yang lebar membuat pria itu semakin tampan, Astaga.. Isa segera menepuk pipinya agar tersadar.
Willy meraih bunganya yang terjatuh karena ciuman mereka dan berjalan ke arah Isa yang menenggelamkan dirinya di balik selimut. "Kau merawat bungaku dengan baik." Willy menyeringai saat melihat bunga- bunga yang dia kirimkan, masih segar dan terawat.
"Aku.. Hanya merasa kasihan jika bunganya di buang!" Willy mengangguk- anggukan kepalanya tanda mengerti. "Sekarang mau apa lagi, pergi sana!, kau tidak malu masuk ke kamar seorang gadis seperti itu."
"Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih.." Isa tertegun saat Willy mencondongkan tubuhnya, dan memberikan bunga yang di bawanya ke tangan Isa, lalu mengecup dahinya "Terimakasih, untuk ciuman selamat datang-nya." Isa mengerjapkan matanya lagi- lagi merasa di bodohi.
Tuan Mesum Menyebalkan!!!
....
Isa sudah berpakaian lengkap sekarang, rambutnya pun sudah ia keringkan dan tergerai indah, Isa memoles sedikit make up di wajahnya agar tidak terlalu pucat karena kulit putihnya.
Isa bercermin sekali lagi dan melihat dirinya dari atas ke bawah, memastikan penampilannya sudah sempurna, Isa melihat ke arah bibirnya yang ia poles dengan lipstik warna merah ceri kali ini, namun tiba- tiba raut wajahnya memerah mengingat kejadian barusan, Willy kembali menciumnya.
Isa menggigit bibir bawahnya, apa yang di lakukan pria itu sebenarnya, kenapa Willy menciumnya lagi, dan membuat Isa semakin tidak nyaman.
Isa melihat bunga yang baru saja Willy berikan lewat tangannya sendiri, tidak seperti beberapa hari ke belakang Willy mengirimnya lewat kurir.
Setiap melihat bunga dari Willy egonya meminta agar membuangnya. Namun entah kenapa dalam hati Isa merasa tak rela bunga indah itu hanya berakhir di tempat sampah, jadi Isa putuskan untuk memasukannya ke dalam vas bunga berisi air, agar bunganya tetap segar. Meski Isa harus meminta lebih banyak vas bunga agar bisa menyimpan semua bunga yang Willy kirimkan tiga kali sehari.
Lalu saat ini bunga yang ada di tangannya dia dapat dari tangan Willy secara langsung, seolah bunga itu spesial, jadi meskipun kesal Isa tak berniat membuangnya. Isa tersenyum lalu meletakkan bunganya ke dalam vas dan memberi sedikit air.
"Aku benar- benar gila." Isa terkekeh, lalu keluar dari kamarnya, hari ini Isa ada janji dengan Aldo untuk bertemu di sebuah cafe.
Isa menuruni tangga dan melihat Willy dan Daren berada di ruang keluarga dan bermain game.
Hari ini sekolah Daren libur, bagusnya lagi ternyata Willy pulang hingga dia bisa menghabiskan waktu bersama Daren, dan Isa bisa pergi dengan tenang.
Willy masih sering sibuk, tapi seperti janjinya dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk Daren di waktu luangnya seperti hari ini, setelah perjalanan bisnisnya selama satu minggu kebelakang hari ini dan beberapa hari ke depan Willy akan ada di rumah, menemani Daren.
"Kau akan pergi?" tanya Willy saat melihat Isa sudah rapi dan membawa tas di bahunya.
Isa berdehem menyingkirkan perasaan gugupnya "Ya, Mom sudah bilang pada Daren kan, jika hari ini Mom ada janji di luar." Isa memilih bicara pada Daren, hingga Daren mengangguk.
"Ya, Mom."
"Baiklah, jika begitu Mom pergi dulu." Isa akan melanjutkan langkahnya tapi tiba- tiba Willy sudah berdiri dan menghadangnya.
"Kau akan kemana memangnya?." Isa mengerut tak suka melihat Willy menatapnya dengan tajam, dan yang lebih menyebalkan mata Willy menatap ke arah bibirnya.
"Bukan urusanmu." katanya dengan nada pelan, lalu meninggalkan Willy yang berdecak tak suka.
"Kemana dia akan pergi.." Willy masih melihat punggung Isa yang pergi ke arah pintu keluar.
"Mom bilang akan pergi menemui Uncle Aldo.." Daren masih memegang stick game-nya dan terus bermain tak peduli dengan Willy yang mengerutkan keningnya.
"Siapa itu..?"
Daren mengedikkan bahunya "Kau tidak tahu?" tanya Willy lagi, kali ini pria itu sudah duduk kembali di sebelah Daren, baru saja Willy kembali mengambil stick game-nya, Daren berucap..
"Mungkin kekasih Mom.." Willy terdiam..
"Lalu kenapa kau mengizinkannya!."
kau dtg kerana urusan bisnes bukan utk urusan hati.. teguh pendirian.. ingat perjanjian