Hangga menatap gadis kecil di hadapannya,
" bunda sedang tidak ada dirumah om.. ada pesan? nanti Tiara sampaikan.." ujar gadis kecil itu polos,
Hangga menatapnya tidak seperti biasanya, perasaan sedih dan bersalah menyeruak begitu saja, mendesak desak di dalam dadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
satu kampung
Hari ini Rani dan tiara berencana kembali.
Keduanya sudah berencana untuk naik bis saja, karena tidak mendapatkan tiket duduk di kereta api.
" Benar tiara mau pulang? Apa tidak sekolah disini saja?" tanya Yudi tidak rela,
Tiara mencium pipi Yudi dan berkata,
" Pak dhe disini banyak teman, bunda disana hanya dengan tia saja.. Kasihan.."
mendengar itu Yudi mengangguk, memeluk Keponakannya itu cukup lama lalu mencium keningnya.
" Tiara kalau kangen pak dhe telfon ya, nanti hari sabtu pak dhe jemput.."
" Oke pak dhe.." ujar Tiara tersenyum.
" Hati hati anakmu di bis lho Ran?" peringat Rinta.
" Iya mbak, toh berhenti di terminal.." jawab Rani mempersiapkan barang bawaannya.
Yudi bangkit, mengambil kunci mobil dan berjalan keluar.
Tapi belum juga Yudi membuka pintu mobil, sebuah mobil berhenti tepat di depan rumah Yudi, menghalangi jalan mobil Yudi untuk keluar.
" Pagi mas?" suara Hangga terdengar menyapa, laki laki itu tau tau sudah berdiri tak jauh dari Yudi.
" Kau?"
" iya, rani ada?"
" Rani mau kembali ke malang, sekarang mau ke halte," jelas Yudi
" pulanglah." Yudi tak menatap Hangga.
" Wah kebetulan, saya juga mau kembali ke malang, biar dengan saya saja dari pada naik bis.." Yudi memandang Hangga cukup lama.
" kau tanya saja pada Rani sendiri," kata Yudi sembari masuk ke dalam.
Tak lama semua orang keluar, termasuk Rani dan Tiara.
" Denganku saja.. dari pada naik bis, apalagi kau bawa barang.. Kasihan juga.." ujar hangga sembari menatap Tiara yang jug memandanginya.
" ikutlah.." suara Yudi pelan,
Rani memandang kakaknya dengan heran,
" kok aku disuruh ikut sih mas?!" protes Rani.
" Kau bawa anak kecil, bawa barang, lagi pula kalian satu kampung.. Sudahlah, jangan keras kepala, kasian Tiara.." jawab Yudi memberi pengertian.
" Ada benarnya mas mu Ran, ikutlah.." tambah Rinta.
Mendengar itu tentu saja Hangga bersorak dalam hati, ia senang karena Yudi tidak menghalangi dan mempersulitnya, meski katanya sudah ada laki laki yang dekat dengan Rani.
Dengan dorongan dari kakak dan kakak iparnya, akhirnya Rani masuk juga ke dalam mobil Hangga.
Sayangnya Rani memilih duduk di tengah dengan putrinya, sehingga Hangga duduk sendiri di depan sembari menyetir, tak masalah.. Untuk hangga sekarang begini saja sudah bagus sekali,
tidak sia sia dia meminjam salah satu mobil papanya pagi pagi.
" Hai Tiara..?" Hangga menyapa gadis kecil yang sedari tadi memandanginya itu, hangga menatapnya dari kaca tengah.
" Nama om, Hangga.. Tiara boleh memanggil om Hangga.." Hangga tersenyum begitu lebar, tampak sekali ia bahagia dengan kehadiran Rani dan Tiara.
Tiara memandang bundanya,
" sapalah.." kata Rani pelan, Rani berkali kali menghela nafas, membuang ketegangannya.
" Hallo om Hangga.." suara yang sungguh membuat hangga senang.
" Tiara kelas berapa?"
" mau kelas satu SD.."
" wah.. Hebat, sekolah yang rajin ya.. Nanti om belikan hadiah.."
" Tia sudah dapat hadiah dari om Danu.."
Hangga terdiam sejenak, lalu memperbaiki ekspresi wajahnya,
" Ini hadiah dari om Hangga, untuk Hari pertama tia sekolah.."
" tidak usah berlebihan." sela Rani,
" kenapa, masa temanmu boleh memberikan hadiah aku tidak?" Hangga protes.
" Oh iya Tiara.. rumah om dekat lho dengan rumah tiara, nanti tiara main kerumah om ya?"
" dimana om?"
" di bawah bukit.. Dirumah om ada berbagai buah, tiara suka buah?"
" suka om, sehat kan bun?"
" iya, sehat.." Rani terpaksa mengiyakan.
" om juga punya kolam ikan, tiara pasti suka.. Ada ayunan juga.."
mendengar itu tentu saja Tiara antusias, anak kecil mana yang tidak suka dengan ayunan dan kolam ikan.
" Kau tidak sadar kalau sedang merayu anakku?" ujar Rani,
" merayu apa, memang ada kolam ikan dan ayunan.. Lihat sendiri kalau tidak percaya.."
Rani akhirnya hanya bisa diam, Hangga dan Tiara terus saja bicara, herannya, hangga yang dulu ia kenal kaku itu, kini begitu pintar berbincang, laki laki itu bahkan beberapa kali membuat Tiara tertawa, dan pada akhirnya, membuat Tiara berpindah tempat duduk di depan.
Satu setengah jam kemudian, Mobil yang Hangga kendarai sampai di depan rumah Rani.
" Nah.. Sudah sampai.." Hangga menurunkan Tiara, setelah itu barang barang yang di bawa Rani, Hangga berdiri di teras melihat Rani dan tiara masuk ke dalam rumah.
" Masuk om, masuk..?!" ajak Tiara memegang dan menarik tangan Hangga,
merasakan tangannya di pegang ada perasaan hangat yang mengalir,
ia yang selama ini tidak pernah dekat dengan siapapun, tidak pernah berinteraksi dengan orang lain selain pekerja pekerjanya, sungguh merasa takjub dengan tiara kecil yang ramah.
Andaikan dia tidak menceraikan Rani, mungkin saja keduanya sudah memiliki anak sekarang, keluh hangga dalam hati.
" Om hangga capek tia, biarkan pulang dan beristirahat.." ujar Rani pada putrinya.
" Bunda tidak buatkan om kopi? Kasihan om..?" gadis kecil itu memandang bundanya dengan tangan masih memegang Hangga.
Hangga tersenyum melihat itu,
" Om bisa minum kopi dirumah..
Tenang saja.. Sekarang tiara istirahat,
oh iya..
nomor Hp tiara sudah om simpan, nanti om telfon ya..?"
" Dia tidak memegang HP setiap waktu, jadi percuma saja kau menelfonnya." sela Rani,
" Kalau tidak ada yang mengangkat telfon, om akan langsung kesini.." Hangga mengulas senyum, membuat Rani berdecak kesal.
" kapan om kesini? Tia mau main kerumah om, mau lihat ikan sama main ayunan.." tanya Tiara seakan tidak rela hangga pergi.
" Emmhh.. Besok, mau?"
" Mau!" Tiara mengangguk dengan cepat.
" Jangan seenaknya, dia itu harus ikut aku ke sekolah mengurus ini dan itu?!"
" Yah.. kalau begitu setelah pulang sekolah saja ya?"
" janji ya om??"
" iya.." Hangga mengelus rambut Tiara,
" Aku pulang dulu, kalau ada apa apa cari aku di villa.." ujar Hangga tanpa menunggu jawaban segera berjalan keluar.
.....