Perselingkuhan istri dan sahabatnya, membuat Vicky Zean trauma untuk menjalin hubungan dengan seorang wanita. Selama lima tahun, ia memilih menjadi Single Daddy untuk putra kesayangannya.
Namun, kini, ia justru tertarik dengan seorang gadis belia yang baru akan lulus jenjang SMA, Rhea Athalia hanya karena pertemuan singkat yang mengesankan baginya.
Meski perbedaan usia yang terpaut sangat jauh, Vicky tetap menjadikan Rhea sebagai target cintanya dan membuat beberapa jebakan agar Rhea bisa jatuh ke dalam pelukannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdindaRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rhea Kecewa
“Emang siapa sih pa, orang yang bikin bisnis papa mulai bangkit lagi?” tanya Rhea yang kini sudah duduk di dekat papanya.
“Pemilik perusahaan apa, Pa?”
“Orangnya gak minta papa buat nikah sama Rhea lagi, kan?”
“Pemilik perusahaan itu memang murni mau kerja sama karena kualitas restoran milik papa yang menjanjikan, bukan?”
Sederet pertanyaan dari Rhea membuat papanya saling bertukar pandang dengan mamanya. Keduanya sama-sama tidak bisa menjawab pertanyaan Rhea karena semua yang ditakutkan oleh Rhea itu memang benar-benar terjadi.
Perjanjian kerja sama ini memang melibatkan Rhea untuk menikah dengan Vicky meskipun tidak dalam waktu dekat ini. Yang jelas, keduanya akan saling diikat dengan sebuah pertunangan. Tentunya, Rhea tidak bisa lagi berhubungan dengan laki-laki lain.
Sedangkan Rhea langsung mengerutkan dahinya melihat sikap kedua orang tuanya yang saling terdiam. “Tuh, kan! Rhea yakin, kali ini papa sama mama pasti melibatkan Rhea lagi kan?”
Pertanyaan Rhea kali ini membuat papanya mau tidak mau harus menjawabnya dengan jujur, “Tapi yang sekarang tidak terlalu menuntut seperti, Om Iwan! Dia tetap mau menunggu kamu sampai kamu siap untuk menikah, Rhea!”
“Dan kali ini, dia lebih tampan dan lebih muda dari Om Iwan.”
Ucapan papanya membuat Rhea menghela nafasnya panjang. Pernikahan bisnis seperti di novel yang ia baca dan film yang ia tonton selama ini, kini justru terjadi padanya. Meski banyak dari mereka yang berhasil melewati pernikahan karena bisnis, tetap saja tidak sedikit yang gagal melewatinya.
“Sebegitu besar cinta dan kasih sayang papa mama terhadap bisnis kalian tanpa memikirkan bagaimana perasaan Rhea. Ternyata Rhea memang tidak lebih berharga dari pada bisnis papa!”
“Dan, baru kali ini Rhea harus merasa kecewa dengan keputusan papa dan mama yang rela menggadaikan putrinya demi kelancaran bisnis!” tangis Rhea langsung pecah seketika membuat Mamanya langsung mendekat dan memeluknya dengan hangat.
“Dengarkan dulu pembicaraan papa, Sayang! Mama yakin, pria pilihan papa tidak seburuk yang kau kira!” ucap Mama Dela sambil mengusap punggung Rhea.
“Kalo papa sama mama memang tetap bersikeras mendesak Rhea untuk pernikahan bisnis ini, lebih baik Rhea mati aja!” ancam Rhea yang melepaskan pelukan mamanya dan berlari masuk ke dalam kamarnya.
Ucapan Rhea kali ini membuat Papa Vano dan juga Mama Dela terkejut bukan main. Ancaman Rhea kali ini sudah terlampau berani. Papa Vano pun langsung meminta istrinya untuk mengejar Rhea dan merayunya dengan pelan.
Sedangkan Papa Vano kini langsung menghubungi Vicky untuk membicarakan masalah ini. Setidaknya, kabar yang ia sampaikan kali ini membuat Vicky tidak menuntut jawaban Rhea dengan cepat dan mau menunggunya sampai Rhea mau menerimanya.
“Katakan pada Rhea, jika pernikahan bisnis sudah dibatalkan, Pa! Tapi, tolong untuk tetap ditegaskan jika Rhea tidak boleh dekat dengan lelaki manapun!” tegas Vicky di ujung panggilan.
“Baik, Nak Vicky! Papa juga masih akan tetap menjodohkanmu dengan Rhea. Tapi untuk saat ini, kita memang masih harus bersabar!” balas Papa Vano.
Panggilan mereka pun berakhir. Dan kini Papa Vano menyusul istrinya menuju ke kamar Rhea. Sayangnya pintunya sudah dikunci dari dalam.
Sedangkan di dalam, Mama Dela terus saja meminta maaf kepada putrinya dan berjanji untuk tidak meneruskan perjanjian itu sampai akhirnya Rhea tertidur karena kelamaan menangis.
💞💞💞
Keesokan paginya, Rhea sengaja bangun lebih pagi dan segera mengemasi beberapa pakaian dan barang-barang penting miliknya ke dalam koper. Rasa kecewanya semalam masih sangat membekas dan membuatnya bertekad untuk pergi meninggalkan rumah.
‘Aku harus kabur dari rumah ini, biar papa sama mama tahu kalau aku beneran gak siap untuk nikah muda!’ gumam Rhea dalam hati.
‘Aku juga bukan anak yang manja, aku masih bisa ambil kuliah sambil bekerja. Gaji yang kemarin juga bisa aku pakai buat cari tempat tinggal!’ batin Rhea yang sudah mulai merencanakan aksi kaburnya.
Tepat jam 5 pagi, Rhea sudah berhasil keluar dari rumah. Namun, saat kakinya melangkah menuju garasi, ia mulai teringat jika motornya masih tertinggal di Hotel DeAnno tempat ia bekerja sekarang.
“Yah, aku lupa kalau kemarin pulang bareng Pak Vicky!” gumam Rhea menepuk jidatnya sendiri.
Ia pun langsung mendorong kopernya keluar dari gerbang sambil mencoba untuk menghubungi Vicky. Setidaknya, pagi ini ia masih bisa singgah untuk sementara di rumah Pak Vicky dan memintanya untuk merahasiakan keberadaannya.
Sedangkan Vicky yang memang masih molor, seketika langsung terbangun saat mendengar dering panggilan dari Rhea yang memang sengaja ia setting dengan nada khusus.
“Halo, Rhea!”
“Pak, saya lagi jalan nih ke rumah bapak. Bapak bisa kan bukain pintu buat saya?” tanya Rhea.
“Hah, oke oke!” balas Vicky yang langsung mematikan panggilannya dan melompat dari kasurnya.
Dengan terburu-buru, Vicky keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga untuk membukakan pintu untuk Rhea. Benar saja, Rhea sudah berdiri di depan gerbang rumah Vicky dengan membawa satu koper dan satu tas punggung sekolahnya.
Vicky pun langsung berjalan ke arah gerbang untuk membuka kunci gerbang dan mempersilakan Rhea untuk masuk ke dalam.
Tampak mata Rhea yang masih sembab karena sudah menangis semalaman membuat Vicky sangat tidak tega melihatnya. Saat pintu gerbang sudah terbuka, Rhea langsung menghambur memeluk Vicky dengan erat dan kembali menangis.
“Eh, Rhea! Kamu ada masalah apa sebenarnya?” tanya Vicky sambil mengajak Rhea masuk ke dalam dan membantu Rhea membawa kopernya.
Sesampainya di ruang tamu, Rhea mulai melepaskan pelukannya dan menceritakan masalah apa yang kini tengah menimpanya.
“Rhea mau kabur, Pak! Papa sama Mama udah gak sayang lagi sama Rhea!” ucap Rhea dengan berderaian air mata.
Vicky yang tahu persis dengan masalah yang dihadapi oleh Rhea pun tangannya terulur untuk mengusap air mata Rhea.
“Kamu minum dulu dan tenangin diri kamu. Setelah itu, kamu bisa cerita sama saya!” balas Vicky sambil menyodorkan air mineral ke arah Rhea.
“Makasih banyak, ya, Pak! Maaf, sudah merepotkan Pak Vicky sepagi ini.” Rhea menghentikan tangisannya dan meminum air mineral pemberian Vicky.
Selepas itu, Rhea langsung menceritakan masalahnya kepada Vicky secara detail sampai keinginannya yang ingin kabur dari rumah. Vicky hanya mencoba menjadi pendengar yang baik untuk Rhea karena menurutnya, Rhea justru akan masuk ke dalam perangkapnya yang lebih besar lagi.
“Begini, Rhea! Saya sangat paham dengan masalah yang kau hadapi saat ini. Tentunya hal ini membuatmu tidak fokus untuk bekerja, bukan?”
Rhea langsung menganggukkan kepalanya karena kali ini kepalanya terasa sangat sakit.
“Bagaimana kalau kamu beristirahat di sini untuk sementara? Saya akan merahasiakan keberadaanmu, di sini. Untuk masalah pernikahan bisnis, nanti saya akan coba bicara dengan kedua orang tua kamu,” tawar Vicky membuat Rhea merasa sangat lega.
“Terima kasih banyak, ya, Pak untuk pertolongannya pagi ini. Kebetulan kepala saya juga …” belum sempat melanjutkan kalimatnya, Rhea sudah jatuh pingsan di pangkuan Vicky sambil memegangi kepalanya.
“Rhea!” Vicky langsung membawa Rhea ke kamar tamu yang dekat dengan ruang tamu dan segera memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Rhea.