Arga, menyandang gelar casanova dingin yang tidak suka terikat hubungan, apalagi pernikahan. Maka diusianya yang sudah matang belum juga menikah.
Namun, kematian Sakti membuat dia harus menikahi Marsha. Wanita yang sedang mengandung benih milik sang adik.
Menikahi wanita yang tidak dia cintai, tidak mengubah kelakuan Arga yang seorang casanova suka bersenang-senang dengan para wanita.
Kebaikan, perhatian, dan keceriaan Marsha mengubah Arga secara perlahan sampai dia merasa tidak tertarik dengan para wanita diluar sana.
Namun, semua berakhir saat Valerie bangun dari koma panjang. Arga lebih mementingkan sang kekasih dari pada Marsha yang sedang hamil besar.
Arga merasakan penyesalan saat Marsha mengalami koma setelah melahirkan. Ketika sadar sang istri pun berubah menjadi sosok yang lain. Tanpa Arga duga Marsha kabur membawa Alva, bayi yang selama ini dia besarkan.
Akankah Arga bisa mendapatkan Marsha dan Alva kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Kedatangan Valerie Ke Rumah Sakit
Bab 22
Setelah sekian lama Arga tidak bersujud menghadap Tuhannya, kini dia kembali melakukan kewajiban sebagai seorang muslim. Di setiap sujud meminta kebaikan, kesadaran, dan kesehatan untuk Marsha. Dia ingin menebus kesalahannya terhadap wanita itu.
Laki-laki yang suka mengobral janji dan suka mengingkari janji itu sangat menyesal. Apalagi saat dia bertemu dengan Bu Djoko dan menceritakan apa yang kemarin terjadi. Sungguh dia ingin bisa memutar kembali waktu dan berada di sisi Marsha saat dia akan melahirkan.
"Ya Allah, izinkan aku untuk menebus kesalahanku kepada Marsha dengan membahagiakan dirinya. Jangan ambil dia, sembuhkanlah dia," kata Arga dengan lirih.
Bunyi handphone milik Arga terus berdering. Dia tahu siapa yang menghubunginya ini. Tadi, dia sudah menjelaskan kepada Valerie kalau Marsha sedang dirawat di rumah sakit, jadi dia tidak akan menemuinya. Namun, wanita itu masih saja mengganggunya.
"Siapa itu yang sejak tadi menelpon dirimu? Apa kekasihmu?" tanya Bagas dengan tatapan benci.
Ayah Marsha rasanya ingin mengusir Arga dari ruangan itu. Malam ini giliran Bagas kara yang menemani Marsha, sementara yang lainnya istirahat di hotel yang tidak jauh dari rumah sakit.
"Dia teman, Yah. Kebetulan dia baru sadar dari koma panjang dan kedua orang tuanya meninggal saat dia koma. Jadi, dia meminta bantuan aku jika ada perlu, karena dia masih belum bisa melakukan apa-apa dengan tubuhnya yang lemah itu," jawab Arga berdusta.
Bagas mana bisa percaya begitu saja. Dia berpikir kalau laki-laki dewasa dan perempuan dewasa yang bilang hanya berteman, itu menunjukan kalau ada sesuatu di antara mereka.
Marsha masih terbaring dalam keadaan tidak sadarkan diri. Arga begitu takut kalau wanita ini akan mengalami koma yang panjang. Perasaan dia terasa lebih hancur saat melihat Marsha yang seperti ini, dibandingkan saat melihat Valerie koma, dahulu.
Jika bercermin Arga akan bisa melihat betapa kacaunya dia saat ini. Muka babak belur, mata merah karena banyak menangis, dan pakaian awut-awutan. Tidak ada lagi Arga yang tampan, rapi, dan wangi. Laki-laki ini merasa jiwanya ikut terambil.
"Marsha buka matamu. Marahi aku ... pukul aku! Asal kamu bisa membuka mata saat ini, aku rela. Jangan tinggalkan aku!" Air mata Arga kembali meleleh.
***
Arga menggendong bayi mungil yang dinamai Alvarendra Sakti Ardhitama, nama depan yang sama dengan sang adik, hanya nama belakang yang berbeda. Entah kenapa kedua orang tua dan mertuanya memintanya menggunakan nama itu. Padahal dia dan Marsha dulu sudah mempunyai beberapa nama yang akan mereka sematkan untuk sang bayi.
"Alva … ini ayah. Yuk, kita ketemu bunda," kata Arga sambil menciumi bayi yang sudah selesai dimandikan oleh perawat.
Arga sengaja memanggil nama bayi itu dengan depan, bukan nama tengah seperti panggilan kepada sang adik. Hati dia semakin terasa sakit jika memanggil nama Sakti. Bayi ini adalah keturunannya, anak yang terlahir dari benih sang adik.
Alva tertidur dengan nyaman dalam gendongan Arga ketika laki-laki itu membawanya ke ruangan Marsha. Dia berharap kehadiran Alva bisa secepatnya membuat sang istri sadar.
"Marsha, lihat bayi ini begitu tampan. Dia mirip aku, tidak ada sedikit pun yang mirip dengan kamu. Padahal kamu bilang kalau wajah bayi ini akan mirip dengan dirimu," kata Arga sambil mengambil tangan Marsha dan menyatukan tangan mereka dengan tangan mungil milik Alva.
Dulu dia dan Marsha sempat membahas akan seperti siapa wajah bayi yang akan lahir nanti. Arga bercanda kalau bayi yang di dalam perutnya akan memiliki wajah yang mirip dengannya sedangkan wanita itu bersikukuh akan mirip dirinya karena dia adalah ibunya. Kenangan yang indah saat dia ingat kembali.
"Apa kamu tahu siapa nama bayi kita ini? Tidak ada satu kata pun nama yang kita kumpulkan dulu untuk bayi ini yang tersematkan. Orang tua kita yang memberikan nama yang sama dengan Sakti. Kamu suka tidak? Kalau tidak suka cepat bangun dan bilang sama mereka nama apa yang ingin kamu berikan untuk bayi kita ini," lanjut Arga.
Indah dan Ayu tadi datang untuk bergiliran menunggu Marsha. Mereka kini hanya duduk sambil melihat interaksi antara Arga dengan anak dan istrinya. Ada rasa kasihan dan haru yang mereka rasakan saat ini.
Pintu diketuk dari luar, lalu Ayu yang membuka. Dia melihat ada dua orang wanita yang datang. Seorang duduk di kursi roda dan seorang lagi yang mendorong.
"Kalian siapa?" tanya Ayu.
Ibu Arga tidak begitu mengenal teman-teman atau kenalan anak atau menantunya. Namun, dia ingat betul apa yang sempat membuat Bagas marah kembali semalam. Besannya itu sempat menyinggung wanita yang dituduh sebagai selingkuhan atau kekasih Arga yang baru sadar dari koma. Selama ini Ayu tidak pernah mendengar putranya kenalan yang koma panjang, jadi dia tidak tahu.
"Kenalkan aku adalah Valerie, calon istri Arga," jawab wanita yang duduk di kursi roda.
Bagai terkenal sambaran petir, Ayu diam terpaku di tempatnya. Jantung dia berdetak kencang karena rasa marah langsung menguasai hatinya.
"Siapa yang datang?" tanya Indah sambil menghampiri Ayu yang masih terdiam di depan pintu.
Arga juga penasaran siapa yang datang. Lalu, dia mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Mata dia membulat saat melihat orang yang datang menggunakan kursi roda.
"Valerie," gumam Arga dan seketika Alva yang berada di dalam gendongannya menangis keras.
***
Sikap apa yang akan orang tua Marsha kepada Arga? Apakah Valerie bisa mengambil hati orang tua Arga? Ikuti terus kisah mereka, ya!