Cinta Terlarang

"Munaroh berhenti, jangan lari mun" teriak Viera.

Munaroh terus berlari, Viera terus mengejarnya dari belakang.

Tiba-tiba langkah Munaroh terhenti, ia menunjuk ke arah mayat yang sudah tidak berbentuk dan berbau busuk.

"Ini aku" tunjuk Munaroh ke arah mayat yang membusuk itu.

Viera menatap Munaroh dengan tidak percaya.

"I-ini kamu?" Munaroh mengangguk sambil tersenyum.

"A-apa yang sudah terjadi pada mu, kenapa kamu bisa seperti ini, terus siapa yang sudah buat kamu seperti ini?"

Munaroh menundukkan wajahnya sedih, ia tidak bisa menjelaskan semua yang terjadi padanya beberapa hari ini pada Viera.

"Mana Munaroh Viera?" bu Nilem berhenti tepat di belakang Viera.

Viera menatap ke arah mereka semua dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

Dengan tangan yang gemetaran Viera menunjuk ke arah mayat yang sudah tak berbentuk dan membusuk itu.

"I-itu bik"

Orang-orang yang ada di sana ternganga melihat apa yang Viera tunjuk.

Mereka langsung mengerumuni mayat itu.

"Munaroh" teriak bu Siti histeris saat mengenali pakaian yang di kenakan oleh Munaroh.

"Ya Allah apa telah terjadi sama Munaroh, kenapa dia bisa meninggal" tak percaya bu Nining ketika tau kalau mayat yang membusuk itu adalah Munaroh.

"Ini pasti ada orang yang sudah membunuh Munaroh, tidak mungkin Munaroh meninggal di dalam hutan kalau memang tidak ada orang yang membunuhnya" jawab bu Sinab.

Juragan Doni ketar-ketir saat mereka semua menemukan mayat Munaroh yang sudah membusuk, ia khawatir ulah bejatnya di ketahui oleh orang-orang.

Orang-orang yang ada di sana terus membicarakan tentang kematian Munaroh yang tidak wajar.

Viera dan bu Siti selaku orang yang sangat dekat dengan Munaroh menangisinya, mereka berdua tak pernah menyangka kalau hilangnya Munaroh selama ini karena dia sudah meninggal dunia tanpa sepengetahuan mereka.

Munaroh berdiri di dekat mayatnya yang di kelilingi orang-orang kampung.

Salah satu ibu-ibu memanggil bapak-bapak yang bekerja di ladang juragan Doni agar mengevakuasi Munaroh yang sudah tidak bernyawa.

Viera menatap ke arah Munaroh yang diam saja.

"Kenapa bisa ada dua Munaroh, siapa perempuan yang berdiri itu kalau mayat itu beneran Munaroh" batin Viera merasa aneh saat melihat dua Munaroh.

"Itu arwahnya" jawab pangeran William yang tiba-tiba berada di samping Viera.

"Kenapa aku bisa melihatnya, sebelum-sebelumnya aku tidak pernah melihat makhluk yang sudah meninggal?" kaget Viera.

"Itu karena mata batin mu yang terbuka, mulai saat ini kamu bisa melihat mereka yang tak kasat mata, jangan kamu heran kalau ada penampakan-penampakan yang ada di desa ini yang sebelum-sebelumnya tak pernah kamu lihat"

Viera pun mendadak menjadi diam, ia saat ini menjadi resah karena kemampuannya sendiri, ia yang sangat penakut merasa tak bisa kalau harus hidup di dua dunia.

Warga-warga laki-laki yang mendengar kalau di dalam hutan ada mayat Munaroh langsung datang dan membawanya ke rumah bu Siti.

Mereka semua merasa janggal dengan kematian Munaroh, ada yang menyebut Munaroh meninggal karena di bunuh, ada pula yang bilang kalau Munaroh pasti di makan hewan buas, tapi untuk kejelasannya masih belum pasti.

Mereka semua kembali ke rumah bu Siti, tangis keluarga Munaroh terus terdengar saat Munaroh di kabarkan meregang nyawa dalam keadaan yang tidak normal.

Viera tak kuat berada di dalam rumah bu Siti yang penuh dengan tangisan, ia duduk di gazebo depan rumah bu Siti yang sepi, orang-orang pada sibuk mengurus pemakaman Munaroh.

Viera menatap ke depan dengan tatapan kosong.

"Kenapa Munaroh ninggalin aku, siapa yang sudah bikin dia seperti itu, padahal waktu itu dia baik-baik saja, siapa yang sudah tega buat dia meninggal dunia" tangis Viera yang kehilangan teman satu-satunya yang ia miliki.

"Kamu jangan nangis, aku gak apa-apa kok" arwah Munaroh tiba-tiba duduk di samping Viera dengan senyuman manisnya.

"Mun kamu kenapa bisa meninggal, siapa yang sudah buat kamu meninggal?" Viera penasaran sekali pada orang yang sudah membuat temannya meninggal dunia.

Munaroh dengan tatapan mata melotot tajam menunjuk ke arah seseorang.

Viera melihat ke arah apa yang Munaroh tunjukkan."Juragan Doni, jadi juragan Doni yang sudah bunuh kamu?"

Munaroh mengangguk cepat."Iya, dia yang sudah bunuh aku, dia juga sudah memperkos* aku hiks hiks hiks"

Munaroh menangis kala teringat kejadian yang begitu mengerikan dan berhasil membuatnya hancur berkeping-keping.

"Gak mungkin, gak mungkin juragan Doni lakuin itu semua sama kamu!" Viera mendadak tak percaya pada apa yang Munaroh katakan.

"Beneran Viera, dia yang sudah buat aku seperti ini, dia itu jahat, dia bejat, aku benci padanya, aku nyesel kerja sama dia, andai aku tau kalau dia adalah iblis, aku tidak sudi menginjakkan kaki di ladangnya" Munaroh geram pada juragan Doni, ia masih menyimpan dendam di hatinya karena juragan Doni membuatnya hancur seperti ini.

Viera tiba-tiba teringat cerita yang sudah ibunya bilang padanya.

Viera menatap juragan Doni dengan tatapan nanar, ia geram saat tau kalau Munaroh merenggang nyawa karena ulah si tua bangka iyu.

"Biadab, dia biadab, kurang puaskah dia membuat mbk Sekar mati mengenaskan dan sekarang dia malah buat kamu seperti ini, ini gak bisa di biarin, dia harus bertanggung jawab atas apa yang sudah dia lakukan!" Viera mengepal kuat tangannya.

"Aku mohon Viera tolong tangkap juragan Doni, aku ingin dia masuk ke dalam penjara, aku tidak terima dia berkeliaran di sini setelah buat aku seperti ini" titah Munaroh.

"Iya, aku akan masukan dia ke dalam penjara, tapi aku harus dapatin bukti terlebih dahulu, tidak mungkin aku main laporin dia ke kantor polisi tanpa adanya bukti"

"Kamu akan cari bukti di mana?"

"Aku akan cari bukti di tempat di mana semua orang bekerja padanya, aku akan mencoba mencari bukti dengan cara tetap bekerja padanya, aku yakin dengan cara itu tidak akan ada orang yang curiga pada ku"

"Viera itu sangat berbahaya, bagaimana kalau juragan Doni buat kamu sama seperti aku, lebih baik kamu cari bukti yang lain saja!" larang Munaroh.

"Enggak mun, itu adalah cara yang paling tepat yang saat ini bisa aku lakukan, aku yakin aku pasti akan baik-baik saja, si tua bangka itu tidak akan bisa bunuh aku!"

Munaroh menjadi cemas karena Viera akan nekat masuk ke dalam kandang harimau hanya karena ingin menegakkan keadilan padanya.

"Viera itu sangat berbahaya, juragan Doni sempat bilang sama aku kalau dia akan buat kamu sama seperti aku, aku mohon kamu jangan ambil resiko yang besar seperti ini, aku tidak mau kamu terluka, cukup aku yang sudah dia buat seperti ini!"

Viera menatap ke arah Munaroh."Kamu tidak usah khawatir, si tua bangka itu tidak akan ngapa-ngapain aku, kamu tenang saja"