Sepuluh tahun setelah dunia porak-poranda akibat perang nuklir, para penyintas hidup dalam bayang-bayang kehancuran. Monster hasil mutasi berkeliaran, kelaparan menjadi musuh sehari-hari, dan manusia yang seharusnya saling membantu justru menjadi ancaman paling mematikan.
Di tengah kekacauan itu, sekelompok pejuang mencoba bertahan, menggenggam harapan tipis di dunia yang nyaris mati. Dalam upaya mereka untuk mengungkap kebenaran di balik tragedi global ini, tentunya dengan satu pertanyaan yang masih menggema.
"Benarkah dunia ini hancur karena nuklir? Atau karena busuknya hati manusia itu sendiri?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chubby Lion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sparing 1
Kael mencoba menyerang dengan gerakan sederhana, tetapi ayunannya kaku dan tak terarah.
Kai dengan mudah menepisnya.
"Dewa pedang?"ejek Kai.
Ketika mereka mencoba sparring ringan, Kael nyaris menjatuhkan pedangnya sendiri, "Pedang ini... terlalu kaku untukku," gumam Kael.
Kai lalu berpikir sejenak, "mungkin itu kurang cocok untukmu, coba ini" Kai memberikan busur dan anak panah pada Kael, saat Kael berusaha untuk membidik, tali busur terasa terlalu tegang dan anak panahnya selalu meleset dari sasaran.
beberapa kali Kael mencoba memanah namun tidak ada satupun serangan yang tepat.
"Ini jelas bukan gayaku," kata Kael sambil tertawa canggung.
Kai kemudian mencoba melihat beberapa senjata disana dan memberikan kapak perang. "Coba ini, berat, tapi mematikan, tapi keknya dengan otot mu yang kecil itu... Keknya ga memungkinkan"
Kael mengayunkannya, tetapi keseimbangan tubuhnya goyah, bahkan sebelum melakukan serangan pertama, ia hampir terjatuh.
Tak menyerah, Kai mengeluarkan tombak. "Ini memberi jarak lebih banyak dan ringan, cukup tusuk dan mundur." Namun, koordinasi Kael tampak buruk, dan tombak itu terasa canggung di tangannya.
Kemudian kael mencoba menggunakan belati, bahkan ketika menggunakan belati Kael justru hampir melukai dirinya sendiri.
Mencoba menggunakan gada terlalu berat untuk Kael, menggunakan palu juga sama, cambuk terasa sulit digunakan.
menggunakan pistol, tidak jauh berbeda dari busur, serangannya selalu meleset.
mencoba tongkat, sabit dan beberapa senjata lain juga tidak berujung pada keberhasilan, hanya mengarah pada rasa frustasi karena Kael tidak bisa mengendalikannya dengan baik.
Kael akhirnya frustrasi. "kurasa semua ini tidak cocok untukku Kai. aku merasa terkurung jikalau harus memakai senjata seperti gini, nampak aku tidak terlalu bisa mengandalkan alat seperti ini."
Kai mengamati Kael yang terlihat kebingungan, setelah berpikir sejenak dan sempat berpikir apakah Kael memang tidak cocok dalam bertarung sebuah ide terlintas dipikiran Kai. "Baiklah, kita coba sesuatu yang lebih bebas, memang sangat jarang menemukan petarung dengan gaya bertarung ini, tapi mungkin akan cocok denganmu."
"bagaimana kalau kiat coba tanpa senjata atau tangan kosong, kalau cocok dengan dirimu, kamu bisa memakai knuckle, gauntlet atau semacamnya sebagai senjata Kael"
Kael mengerutkan dahi, tetapi ia segera mengambil posisi bertarung dengan tinjunya.
"akan kucoba"ucap Kael sembari samar-samar mengingat masa mudanya saat SMA, saat itu ia sempat terobsesi dengan tinju dan belajar boxing secara otodidak dari Newtube.
Kael kembali mengingat sedikit ingatannya saat ia SMA, sebelum kekacauan ini terjadi, Kael bercita-cita untuk menjadi seorang dokter, namun kecintaannya terhadap beladiri boxing membuatnya mempelajari boxing ketika senggang.
Kael dulunya adalah sosok yang sangat rajin, akademiknya baik, masa depan cerah dan bahkan cukup ahli dalam beladiri boxing.
Kael yang mengingat masa mudanya mulai menghela nafas dan dengan gerakan gesit, ia mulai melancarkan serangan. Tinju dan tendangannya meluncur dengan keselarasan yang mengejutkan, rasa puas mulai timbul didalam diri Kael. serangan Kael membuat Kai harus mengeluarkan kemampuan lebih untuk bertahan.
"Bagus, Kael!" teriak Kai sambil menghindar, walau tidak memberikan kerusakan yang signifikan, namun gerakannya jauh lebih alami tanpa senjata.
Kael berkeringat, ia merasa tubuhnya bergerak lebih cepat dan bebas. Dalam pertarungan itu, ia berhasil menyentuh Kai beberapa kali, sesuatu yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.
Setelah beberapa ronde, Kai memberi isyarat untuk berhenti. "oke oke, gua rasa kita udah menemukan gaya bertarung mu Kael"
"tangan kosong, kamu lebih cocok menggunakan tubuhmu sebagai senjata dan tidak mengandalkan senjata lainnya."
Setelah selesai berlatih, "baiklah kita sudah memiliki kemajuan, mengetahui tipe gaya bertarung itu adalah langkah awal" setelahnya Kai mengajak Kael duduk di tepi lapangan di bawah naungan pohon besar, mereka mengatur napas sambil memandangi para penduduk yang masih sibuk berlatih.
Kai mengeluarkan sesuatu dari kantong kulitnya, jantung berwarna gelap yang tampak berdenyut dengan samar, seolah-olah masih hidup, "lihat ini."
Kael memandangnya dengan tatapan penuh tanya, "Ini jantung makhluk mutasi," kata Kai pelan, "Mengonsumsinya berpotensi membangkitkan kemampuan Radiant dalam tubuhmu"
"namun itu hanya akan terjadi jika dirimu memang memiliki kemampuan yang belum ter bangkitkan, jika dirimu sebenarnya hanyalah manusia biasa risikonya akan sangat besar, bisa aja dirimu tidak selamat dalam prosesnya."
Kael terdiam, memandangi jantung itu dengan penuh pertimbangan. "Jadi, ini semacam taruhan hidup dan mati?"
Kai mengangguk, "Benar, aku tidak akan memaksamu, tapi jika kau ingin mencoba, aku siap membantumu."
Kael menggeleng perlahan. "Untuk saat ini, aku belum siap mengambil risiko sebesar itu, tapi..." Ia menatap Kai dengan serius. "Tolong bawa jantung itu bersamamu, jikalau suatu saat aku benar-benar membutuhkannya, aku akan memutuskan."
Kai mengangguk dengan penuh pengertian. "Baiklah, tapi ingat Kael, keputusan ini tidak bisa diambil sembarangan."
Kael mengangguk, "Aku tahu, Kai, aku hanya ingin memastikan aku punya pilihan saat semuanya menjadi tak terkendali."
"Ya ya baiklah"ucap Kai, tiba-tiba seseorang menepuk pundak Kai dari belakang
"AYAM!!!"Teriak Kai terkejut menoleh kebelakang, itu Lira senior yang Kai bicarakan
"Apa yang kau lakukan disini Kai? Latihan?"tanya Lira, "udah berapa kali coba, gua jantungan karna elu"ucap Kai menghela nafas
"Nih, anak baru, aku ingin lihat aja potensinya, jadinya kami latihan sedikit tadi"ucap Kai
"Latihan? ngomong-ngomong soal latihan"
"hari ini aku sedang cuti kerja dan butuh sedikit pemanasan juga untuk latihan, jadi kira-kira kamu mau sparing ga?"tanya Lira, segera dijawab dengan cepat oleh Kai, "Uhh... Ga deh, lawan perempuan? Aduh nanti kena pukul nangis pula"ucap Kai mengejek
Lira merasa kesal dan wajahnya agak sedikit memerah, "Kai..."gumamnya mengepal tangannya sebelum akhirnya Kai dicekik oleh Lira.
"Ey eyyyy eyyyy!!! Nyerah nyerah, becanda doang, becanda"ucap Kai panik segera memegang lehernya.
"untung ga putus"gumam Kai
"Minimal jangan membuat ku terlihat lemah dong didepan anak baru, aku kan juga mau bergaya"ucap Kai
Lira segera menyeret Kai dan melemparkannya ke lapangan
"Udah ga usah banyak omong, sparing aja, kalau lu menang malam ini bukan cuman gua traktir aja deh, tapi makanan dan tempatnya bebas kamu yang pilih"ucap Lira
"heh, serius?? janjinya, jangan nyesel kalau aku minta ditraktir segudang ayamm!!, janji ya ga boong"ucap Kai nyengir.
"Iyaaa"tegas Lira, Kai segera mengambil ancang-ancang, "jangan nangis yaa kalau kena pukul"ucap Kai mengejek Lira.
Kael hanya duduk dan menyaksikan, Kai menoleh pada Kael "perhatikan ini Kael, anggap ini sebagai suatu pelajaran"ucap Kai.
"Lihatlah gurumu ini bertarung dan menunjukkan kemampuannya"tegas Kai sombong.
Kael memperhatikan dengan seksama, pertarungan sparing antara Lira dan Kai secara antusias.
"udah ga usah banyak basa basi"ucap Lira segera bergerak maju, "di medan perang ga ada waktu berdialog loh Kai"ucap Lira mengejeknya.
Kai mengeluarkan belatinya, dan Lira menggunakan tangan kosong.
sparing dimulai!