Kanayah memeluk lututnya serta mengigit lengannya. Gadis itu tengah menahan tangisnya. Terlihat sebuah alat tes kehamilan dengan dua garis merah ia genggam dengan gemetaran. Kanayah hamil, dan lebih parahnya lagi benih dalam rahimnya itu adalah milik Jacob Garadha, putra sulung dari Keluarga Garadha yang saat ini telah memiliki tunangangan.
Kanayah menangisi dirinya yang begitu memiliki nasib mengenaskan. Hidup sebagai yatim piatu, dengan memiliki kelebihan wajah cantik bak dewi serta tubuh indah nyatanya tidak membuat hidup Kanayah beruntung. Karena kecantikannya itu Kanayah harus mengalami diskriminasi oleh warga desa dan difitnah sebagai penggoda hingga diusir dari desanya.
berharap di kota akan menemukan kebahagiaan namun nyatanya Kanayah justru harus merelakan harta wanitanya yang berharga di renggut paksa oleh Jacob Garadha.
Lalu akankah Jacob Garadha mau bertanggung jawab akan kehamilan Kanayah?
Dan bisakah hidup Kanayah berubah serta hidup bahagia? simak kisahnya di novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Duyung Indahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
"Eugh... "
Kanaya terbangun dari tidur nyenyaknya. Wanita hamil itu segera membenarkan letak hijab yang menutupi kepalanya semalaman. Ia memang sengaja tak melepas hijabnya karena masih merasa sungkan pada Jacob.
Usai memastikan hijabnya telah kembali rapi, Kanaya menatap sisi kasurnya yang ternyata kosong bahkan saat tangan Kanaya terulur sisi kasur itu terasa dingin menandakan jika semalaman hanya ada dirinya saja yang ada di kasur tersebut.
"Kemana dia pergi?"gumam Kanaya.
Dia yang tadi fokus pada sisi kasur mulai beralih mengedarkan pandangannya menelisik isi kamar itu, sampai akhirnya netra Kanaya terpatri pada sofa panjang dimana Jacob tengah tertidur dengan melipat tangannya di atas dada. Kanaya menatap jam dinding yang ada disana dimana jarum pendek masih mengarah pada pukul tiga dini hari.
"Masih pukul tiga ternyata, kasihan dia pasti sangat kedinginan.
Kanaya turun dari kasur lalu mengambil selimut dan satu buah bantal. Setelah itu, Kanaya melangkah mendekati Jacob. Kanaua mengangkat sedikit kepala pria itu untuk meletakkan bantal dibawahnya kemudian membalut tubuh Jacob dengan selimut tebal yang ia bawa.
"Terima kasih sudah mau bertanggung jawab, "ujarnya lalu berbalik untuk kembali ke kasur.
Grep
sebuah tangan milik Jacob menahan pergerakan tangan Kanaya. Gadis itu melirik pergelangan tangannya yang sedang digenggam erat oleh Jacob.
"Alexsa... Alexsa, maafkan Aku, "gumam Jacob dalam tidurnya.
Deg
Mendengar Jacob menggumamkan wanita lain dalam tidurnya yang Kanaya tahu itu adalah nama tunangan Jacob membuat perasaannya tidak karuan. Kanaya berbalik menatap wajah suaminya yang terlelap. Butiran peluh terlihat pada kening pria itu.
"Dia sangat mencintai wanita itu,"gumam Kanaya, perlahan Kanaya menghapus butiran peluh di kening pria itu.
Wanita itu masih berdiri disana karena cekalan tangan Jacob masih kuat pada pergelangan tangannya sampai beberapa menit kemudian cekalan Jacob mulai melemah dan melepaskan tangan Kanaya dengan sendirinya.
Setelah memastikan tangannya tak lagi di genggam oleh Jacob. Kanaya melangkah kembali ke kasur dan merebahkan tubuhnya lagi karena hari masih terlalu dini untuk memulai aktivitas.
***
"Pagi Ndri, ada yang bisa Aku bantu gak? "tanya Kanaya saat setelah sampai di dapur.
"Eh ada Nona Muda, seharusnya Nona Muda ini tidak masuk ke dapur loh, "ledek Indri dengan senyuman lebarnya.
"Ih apa-apaan sih Ndri, gak usah kayak gitu lah ndri. Aku serius ini ada yang bisa dibantu gak sama Aku? "
Indri terkekeh melihat raut kesal sahabatnya yang telah berubah statusnya menjadi menantu Garadha itu, tidak ada satupun rasa iri di hati Indri, ia justru turut bahagia karena akhirnya anak yang ada di dalam kandungan Kanaya itu bisa diakui oleh keluarga Garadha.
"Benaran gak ada Naya, mendingan Kamu ke kamar lagi siapa tahu Tuan Muda Jacob membutuhkan bantuan kamu. Kan itu tugas utama Kamu sekarang Nay "ujar Indri.
Kanaya membenarkan ucapan Indri. Karena itu akhirnya Kanaya memutuskan untuk kembali ke kamar dan membantu Jacob.
"Kanaya! "panggil seseorang dari arah lain.
Kanaya yang hendak memasuki kamar urung dilakukannya, padahal pintu tersebut sudah ia buka namun karena sosok yang memanggilnya itu melangkah mendekati dia Kanaya berdiam menanti Mark.
"Ada apa Tuan Muda kedua? "tanya Kanaya sopan.
"Ih apaan sih Nay, kan Aku sudah bilang jangan panggil Tuan Muda lagian sekarang kamu kan sudah jadi anggota keluarga Garadha, "celetuk Mark sendu saat mengingat status Kanaya yang kini menjadi kakak iparnya itu.
"Iya maaf, tetapi apa Aku masih harus panggil Kak Mark? "
Mark yang tadi sendu kini tersenyum lebar saat mendengar nama panggilan yang dulu Kanaya berikan padanya.
"Iya gak papa, itu jauh jauh lebih baik jika memanggilku dengan kalimat Kak Mark, "saut Mark riang.
"Hem baiklah, Kak Mark."
Sementara di dalam kamarnya Jacob yang baru saja keluar kamar mandi melihat pintu kamarnya sedikit terbuka melangkah ke arah pintu untuk menutupnya.
Namun saat ia memegang gagang pintu, Jacob melihat siluet tubuh Kanaya bermaksud mengajaknya masuk.
"Ken..."
Perasaan tidak senang menyeruak dalam diri Jacob saat mendengar tawa Kanaya yang tengah berbincang dengan Mark. Sebagai sosok suami yang pernah mendengar secara langsung pengakuan cinta Mark pada Kanaya tentu saja Jacob tidak senang melihat itu.
Jacob membuka pintu kamarnya lebar dan keluar untuk menyuruh Kanaya masuk ke dalam kamar.
"Kanaya! masuk, "titah Jacob dengan suara keras.
Sangking kerasnya suara Jacob, Kanaya yang tengah membelakangi Jacob terlonjak karena terkejut. Kanaya mengelus dadanya yang masih terkejut itu.
"Naya kamu gak papa? "tanya Mark khawatir.
Sikap Mark yang mengkhawatirkan Kanaya bahkan dengan tak ragu melakukannya di depan Jacob membuat pria itu semakin kesal saja. Jacob melangkah mendekati Kanaya, meraih tangan wanita hamil itu dan membawanya masuk ke dalam kamar. Sebelum menutup pintu kamar, Jacob lebih dulu memperingati Mark.
"Bersikaplah selayaknya adik ipar, Mark "tegas Jacob lalu menutup pintu kamarnya dengan keras.
Sementara Mark yang mendapati peringatan dari kakaknya itu mengepal karena kesal.
***
TBC