Cinta yang di awali kebencian Leon dengan seorang wanita yang bernama kirani, wanita yang berasal dari golongan orang yang tidak mampu. Sedangkan Leon yang berasal dari keluarga yang sangat kaya raya, akan kah kisah cinta berakhir bahagia… Jika penasaran baca kisah lengkapnya di novel ini ya…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Paksaan dari Thomas.
Terdengar bunyi suara handphone milik Leon, saat ini Leon yang mengendarai mobilnya akan menuju ke apartemennya. Dia enggan untuk kembali ke kediaman alex, rasa kesal masih Leon rasakan mengingat kejadian tadi siang di kantor Thomas.
“Halo…” suara malas Leon terdengar sangat jelas menjawab telpon.
“Leon sepertinya besuk siang kamu harus segera ke kota S, aku harap kamu dan rani bisa segera pergi ke sana. Aku sudah siapkan rumah untuk kalian tinggali berdua di sana.”
Ucapan Thomas terdengar ambigu untuk Leon cerna, dia menjauhkan handphone nya dan menatap sekali lagi nama yang tertera di sana.
“Apa maksud kakak, bukannya aku hanya pergi kesana selama beberapa hari saja. Bagaimana bisa aku tinggal selama satu bulan dan satu rumah dengan rani, yang benar saja kak. Memang segenting apa masalah perusahaan di sana sampai kakak harus menyewakan tempat tinggal untukku dan rani.”
“Kita akan mendirikan perusahaan cabang di sana, dan pembangunannya masih berjalan setengahnya saja karena masalah korupsi yang di lakukan karyawan kepercayaan papa. Aku mohon Leon, kamu pergilah ke sana. Kirani akan menemanimu, dia akan melayanimu selama di sana.”
“Kenapa tidak kakak saja, toh kakak juga sudah akan di jodohkan papa dan mama sama kirani. Jadi tidak masalahkan jika kalian tinggal satu rumah, sedangkan aku masih ada hati yang harus aku jaga kak.”
Leon masih saja bersih keras tidak ingin pergi.
“Aku tahu, tapi untuk kalo ini saja boy. Tolong bantu kakak untuk kali ini saja, jika masalah kakak sudah selesai kakak akan menggantikan kamu meninjau pembangunan di sana.”
Helaan nafas terdengar sangat berat, kali ini Leon tidak bisa berkutik lagi. Dia terpaksa harus menyetujui permintaan Thomas, Leon berdecak sebal dia sengaja melakukannya agar Thomas tahu jika Leon terpaksa manuruti keinginannya.
“Baiklah, tapi kakak harus menepati janji yang kakak ucapkan. Jika urusan kakak sudah selesai segera gantikan aku, mengurusi proyek di sana.”
“Iya… kakak janji, ya sudah kakak matikan duku telponnya ya.”
Leon menghela nafasnya, dia mengacak rambutnya kasar. Rasa kesal Leon dia tumpahkan di dalam mobil sambil berteriak kencang, beruntung suasana terlihat sepi.
“Sebenarnya apa yang kak Thomas lakukan di negara P sampai tidak mau mengerjakan tanggung jawabnya sebagai direktur perusahaan, sedangkan tanggung jawabnya malah harus aku yang lakukan. Aaaaakkk…..” Leon berteriak kencang, dia sangat kesal dengan Thomas.
Leon melajukan mobilnya kembali ke perusahaan, saat turun dia melihat kirani yang berjalan sendiri. Entah dari mana dia, tapi penampilan rani membuat pandangan Leon engan beralih menatap rani.
“Cantik…” batin Leon, dia berjalan mendekati rani.
“Ehem…” Leon berdehem untuk menyadarkan rani jika dia ada di sana, rani menoleh kebelakang melihat Leon yang berdiri menatapnya.
“Selamat sore pak Leon, anda mau ke atas juga.” Sapaan rani terdengar sangat berkarisma, biasanya dia akan berkata kasar saat bertemu dengannya. Tapi kali ini kenapa Leon tidak bisa menjawab ucapan rani, dia merasa specles sendiri.
“Silahkan masuk pak…” terlihat pintu lift sudah terbuka, tampak dua orang karyawan yang sudha masuk kedalam. Sengaja salah satu karyawan menahan tombol agar lift terbut tidak tertutup karena menunggu Leon masuk.
“Sepertinya ada yang saya lupakan.” Leon berbalik dan segera pergi.
“Dasar cowok aneh.” Gerutu rani melihat kepergian Leon.
Leon berjalan masuk ke dalam kafe, dia segera duduk tanpa memasan apapun. Datang seorang pelayan menghampiri Leon, dia tahu jika Leon adalah anak pemilik perusahaan.
“Selamat sore pak Leon, anda mau pesan apa biar saya ambilkan.” Mendengar suara seorang pria di depannya, segera Leon menatapnya.
“Oh iya, buatkan saya satu americano dingin. Mungkin saya butuh itu untuk sekarang.”
“Ada yang lain pak…”
“Tidak cukup itu saja.”
Pelayan tersebut segera pergi dan akan segera,membuatkan pesanan Leon, sedangkan Leon masih memenangkan dirinya dari rasa gugupnya melihat kirani.
“Berengsek, gue kenapa sih lihat cewek udik berpakaian formal layaknya pekerja kantoran malah gue nggak bisa ngomong dna diam di depan dia. Sialan…”
Leon terlihat menggepalkan tangannya menyalurkan kekesalannya saat ini, tak lama pesanan Leon datang. Dengan sopan pelayan tersebut meletakkan satu cup gelas ke depan meja Leon.
“Terima kasih.” Leon menggambil minuman miliknya dan menyerahkan satu lembar uang merah ke pelayan tersebut,
“Sebentar saya ambil kembaliannya pak.”
“Tidak perlu..” Leon segera berdiri dan keluar dari kafe, pelayan itupun tersenyum senang menerima uang tip yang Leon berikan.
“Sering sering ya pak Leon datang ke sini, bisa aman nih pengeluaran ku sebulan.” Batin pelayan tersebut sambil menuju ke meja kasir.
Leon berjalan ke arah lift, dia yakin jika rani telah ke atas. Langkah Leon terasa ringan, dia meminum kopi yang terlihat segar di tangan kanannya.
Berdiri di depan lift membuat Leon menjadi perhatian para karyawannya, dia sangat tampan dan berwibawa.
“Selamat sore pak…” sapa ramah salah satu karyawan bersama Leon akan ke atas.
“Sore…”
Pintu lift terbuka, leonpun segera masuk kedalam. Leon mempersilahkan karyawan tersebut menekan tombol terlebih dahulu, karena lantai yang akan Leon tuju ternyata sama dengan karyawan tersebut.
Saat pintu lift terbuka, Leon dapat melihat rani yang berdiri di depan menatap Leon garang. Leon yang baru saja meminum kopinya refleks tersedak minumannya sendiri karena rasa terkejutnya, dia berniat menghindar malah bertemu dan saling bertatap muka.
“Saya sudah menunggu anda dari tadi pak Leon yang terhormat, bisakah kita bicara sebentar.” Suara rani terdengar sedikit menekan dan tampak marah, Leon dapat merasakannya.
“Bisa… bisa.. ayo.” Mendengar jawaban Leon entah kenapa karyawan yang tadi bersamanya tertawa geli, Leon seperti sedang berhadapan dengan istrinya yang tengah marah.
“Mereka seperti suami dan istri, pak Leon juga terlihat lucu, kayak suami yang takut banget sama istrinya.” Batin karyawan tersebut sambil berlalu pergi.
Leon masuk kedalam ruangannya, rani pun berjalan di belakang Leon. “Masuklah,” Leon berkata sambil membuka pintu di ruang kerjanya.
“Ada apa kamu mencariku, apa ada hal yang harus kamu bicarakan.” Leon duduk di kursi kebesarannya, sedangkan rani duduk di depan punya dengan bersekat meja kerja Leon.
“Kata thomas, maksudku pak Thomas kita besuk akan pergi ke kota S. Jadi aku harap kamu segera bersiap, karena kita akan berangkat pagi sekali.”
Leon tersenyum mengejek saat mendengar rani yang sudah berani memanggil nama Thomas, Leon berfikir memang sudah terjadi sesuatu di antara mereka berdua.
“Oke…” jawab Leon singkat tanpa mengatakan apapun lagi.
“Baiklah itu saja, saya akan segera pergi untuk mengatakan ke pak Thomas.”
“Jadi kamu ke sini karena suruhan kak Thomas.”
“Iya anda benar.”
Leon tersenyum samar, dia tidak menyangka Thomas menjadi perantara pertemuan Leon dan rani.