Evelyn diadopsi saat bayi oleh seorang pembantu rumah tangga dari seorang tuan kaya raya bernama Horisson.
Evelyn kecil selalu diajak ke tempat kerja oleh sang ibu angkat karena tidak ada orang yang membantu mengurusnya jika di rumah.
Hingga suatu hari disaat Evelyn tumbuh dewasa, tidak disangka itu menarik perhatian tuan Louise anak pertama dari tuan Horisson sendiri.
Bagaimana kah hari-hari Evelyn selanjutnya. Apakah Louise akan serius dengan Evelyn, disaat dirinya terkenal sebagai seorang cassanovaa yang tidak pernah serius dengan pasangannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novi niajohan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Anak pembantu milik tuan muda.
Setelah sarapan pagi dan juga melihat kondisi Evelyn yang sudah mulai membaik dari rasa sedihnya, tuan Horisson dan Louise berniat untuk kembali ke ibu kota karena tuntutan pekerjaan.
"Evelyn, apa kau yakin tidak ingin ikut pulang ke rumah bersama dengan tuan besarmu ini?" tanya tuan Horisson.
Evelyn menggeleng. "Tidak tuan besar, aku sudah dipecat oleh nyonya besar dan sekarang aku bukanlah pembantumu lagi. Jadi aku rasa, aku tidak pantas jika tinggal bersama denganmu lagi tuan."
Tuan Horisson mengangguk samar, semenjak kata dipecat itu dikumandangkan oleh sang istri. Evelyn terlihat trauma dan tidak ingin kembali tinggal bersamanya.
"Ya sudah, kalau begitu tinggallah baik-baik di rumah tuan pamanmu ini. Kalau butuh sesuatu, jangan ragu minta pada Selvi dan Mika," ucap tuan Horisson.
Lalu memerintahkan kepada kedua wanita dewasa itu untuk terus mengawasi dan juga mengurus Evelyn dengan baik.
"Baik tuan besar!" patuh mereka berdua.
"Evelyn tuan besar pulang dulu, jika ada waktu luang, tuan nesar akan mampir kesini lagi," ucap tuan Horisson kemudian memanggil pak Santos untuk menyiapkan mobil.
Sedangkan Louise menatap Evelyn, lalu memberikan sedikit nasihat kepadanya sebelum pergi. "Jangan menangis lagi, ingat terus kata tuan pamanmu ini dan jangan pergi ke luar rumah ini tanpa mengajak kak Selvi dan Mika, nanti kau bisa tersesat."
Evelyn mengangguk dan menyelipkan senyum kecil untuk tuan pamannya itu, sesosok pria yang selalu ia kagumi sewaktu kecil. Yang selalu gadis itu anggap sebagai seorang pangeran dalam cerita dongengnya.
"Ibu sudah menitipkan diriku padamu, lalu bagaimana aku bisa pergi darimu tuan paman. Mulai sekarang aku adalah anak pembantu milik tuan muda Louise Alexander Horisson dan aku akan terus bekerja disini melayani dirimu," ucap Evelyn.
Pernyataan Evelyn membuat Louise termangu, karena perkataan tersebut memiliki banyak arti di dalam kepalanya. "Milikku, melayani?" batin pria itu agak rancu.
Louise menarik senyum, kemudian mengusap puncak kepala Evelyn. "Tidak perlu berlebihan seperti itu gadis manis, yang penting bagi tuan paman sekarang ini adalah kau harus terus semangat menjalani hari-hari."
"Tuan paman juga ingin melihatmu tumbuh seperti gadis remaja lainnya dan jangan lupa belajar yang rajin," nasehat Louise.
Evelyn mengangguk patuh. "Baik tuan paman, hati-hati dijalan."
Louise membalas lambaian tangan Evelyn, sebelum dirinya masuk ke dalam mobil dan ikut bersama dengan sang ayah pergi dari kawasan itu menuju pusat ibu kota.
...***...
Selama diperjalanan menuju pulang ke ibu kota, Louise dan tuan Horisson membincangkan kembali tentang kehidupan Evelyn. Mereka telah sepakat akan menyembunyikan rahasia gadis remaja itu dari siapapun, termasuk nyonya Grace sendiri.
Selain karena takut wanita paruh baya akan menceritakan hal ini kepada orang lain, tuan Horisson juga ingin rahasia ini sebagai bentuk hukuman untuk istrinya.
Karena dengan tidak bercerita mengenai keberadaan Evelyn sekarang ini kepada nyonya Grace, maka wanita itu pun akan selalu merasa bersalah sepanjang hidupnya, karena telah berani mengusir orang tanpa seijin dari suaminya sendiri.
Hal tersebut dilakukan agar bisa memberikan efek jera terhadap nyonya Grace, agar tidak bertindak sewenang-wenang terhadap seorang bawahan.
"Daddy, lalu bagaimana dengan kasus kecelakaan itu? Apa kau masih ingin melanjutkannya?" tanya Louise.
"Menurutmu?" tanya tuan Horisson balik.
"Daddy, sahabatmu itu butuh keadilan. Mungkin arwah mereka belum tenang sampai sekarang ini," balas Louise.
"Kau benar Louise, tapi memecahkan sebuah kasus itu sangatlah sulit, apalagi itu adalah sebuah kasus lama dan Daddy juga tidak tahu darimana kita memulainya dan ada satu kesulitan lagi, kita juga tidak tahu apakah sisa-sisa bukti disaat kejadian itu masih ada atau tidak," balas tuan Horisson mengungkapkan kesulitannya.
Louise berpikir sejenak. "Daddy, kita harus mencari bukti rekaman CCTV di jalan terlebih dahulu, serta CCTV depan ruko saat Evelyn ditemukan. Mungkin dari situ kita bisa menemukan sedikit demi sedikit bukti yang ada," ucapnya.
Tuan Horisson mengangguk samar. "Kau benar, Daddy akan meminta kepolisian setempat untuk mengijinkan kita membuka rekaman CCTV jalan raya 16 tahun silam," balasnya.
"Daddy kau terlihat lelah. Bagaimana kalau kasus ini limpahkan padaku dan aku berjanji akan memberikanmu hasilnya dalam waktu dekat," ucap Louise.
Tuan Horisson menarik senyum. "Baiklah, kalau kau berkata begitu. Jika memang ada kesulitan saat memecahkan kasus tersebut, jangan ragu bilang pada Daddy."
"Baik Dad," patuh Louise. Kemudian berkata pada pak Santos. "Pak kita langsung saja ke perusahaan!" titahnya.
"Baik tuan muda," patuh pak Santos.
...----------------...
Mansion Horisson.
Nyonya Grace menghubungi ponsel suaminya dan Louise secara bergantian, demi mengetahui kondisi terbaru dari pencarian mereka terhadap Evelyn.
Namun sayang, tidak ada satu dari mereka pun yang sudi menjawab panggilan tersebut. Hingga wanita paruh baya itu menjadi gelisah tak menentu.
"Ayolah sayang, angkat ponsel kalian!" gerutu nyonya Grace tak tenang.
Selain merasa bersalah, karena telah berani mengusir anak tanpa seijin suaminya itu. Nyonya Grace juga takut, bagaimana jika Opa Bernadi sampai tahu, kalau ia pernah berlaku kasar kepada cucunya selama tinggal didalam rumahnya itu.
"Apa yang harus aku lakukan? Jika tuan besar Bernadi sampai tahu kalau aku membuang cucunya, maka habislah aku. Bisa-bisa aku dikubur hidup-hidup olehnya," gumamnya panik sekali.
Wanita itu bahkan memerintahkan orang-orang kepercayaannya untuk terjun langsung, demi membantu suaminya mencari keberadaan Evelyn.
Mengingat Opa Bernadi termasuk salah satu orang berkuasa di negara ini, karena tambang batu berharganya yang melimpah ruah dan tidak sedikit juga orang-orang disekitarnya itu, ingin menjadi bagian dari keluarga Opa Bernadi.
Selain bisa hidup mewah hingga beberapa generasi, mereka yang bisa masuk ke dalam keluarga Bernadi, sudah pasti akan mewarisi harta berharga yang tak ternilai harganya.
Dan jika khalayak ramai sampai mengetahui kalau cucu juragan batu berharga itu masih hidup, maka berapa banyak orang yang akan menghujat nyonya Grace karena tindakan bodohnya itu.
...----------------...
Mansion Anderson.
Sementara itu ditempat yang berbeda, tuan Anderson begitu murka, saat mengetahui kebenaran tentang Louise dari anak buah kepercayaannya.
Jika calon menantunya itu adalah seorang pria tidak baik, karena sering bermain dengan wanita selama mengeyam pendidikannya di luar negeri.
Hal tersebut disertakan beberapa bukti oleh sang anak buah, seperti foto-foto yang ia dapat dari tempat satu kuliahnya Louise.
Dimana pria itu sering sekali mengajak teman wanitanya keluar masuk club malam, bahkan pernah melakukan check in di sebuah kamar hotel dekat tempat kuliahnya itu.
"Dasar pria badjingan, pemain wanita rendahan! Pantas saja lelaki itu selalu saja mengulur waktu pernikahannya, ternyata dia tidak pernah serius menikah dengan putriku!" geram tuan Anderson sambil melempar apapun benda disekitarnya.
"Iya tuan besar, kabar dari teman satu kuliahnya dulu, hampir semua wanita kampus pernah bermalam dengannya," ucap sang anak buah memberitahu.
Tuan Anderson menghembus nafasnya kasar dan berniat pergi ke rumah tuan Horisson sekarang juga, untuk membatalkan rencana pernikahan putrinya dengan Louise secara langsung.
.
.
Bersambung.