Kisah bermula dari seorang mahasiswa yang tiba tiba batal menikah, penyebab batal, tunangannya memilih membatalkan pernikahan karena mencintai pria lain dan sudah berselingkuh lama dengan pria itu.
Walau hatinya hancur, sang mahasiswa mengijinkan tunangannya pergi dan tentu saja tunangan nya langsung pergi dengan laki laki barunya tanpa mengetahui kalau sebenarnya dia salah memilih dan salah mengambil keputusan.
Alasannya karena sang mahasiswa yang di hina bukanlah mahasiswa dan pemilik kafe biasa, dia memiliki rahasia yang tidak pernah terbayangkan siapapun di belakang layar.
Genre : Urban, fiksi, komedi, drama, healing, psikologi, ceo.
100% fiksi ya, murni hasil pemikiran author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Hari minggu, di depan hangar 12 yang berada di bandara, Liam, Luna dan Laura turun dari taksi online yang membawa mereka dari kafe. Setelah menurunkan barang barang mereka, Luna dan Laura sedikit bingung, keduanya menoleh melihat ke arah terminal yang sebenarnya jauh dari tempat mereka turun, keduanya menoleh melihat Liam yang tenang tenang saja,
“Kok di sini Liam ?” tanya Luna.
“Iya, bukannya terminal nya di sana ?” tanya Laura.
“Nanti kalian tahu, yuk,” jawab Liam sambil menarik dua buah koper ke dalam hangar.
Keduanya mengikuti Liam dengan penuh tanda tanya. Ketika masuk ke dalam hangar dan melewatinya kemudian keluar dari sisi lainnya, mata keduanya membulat karena melihat sebuah pesawat jet ringan yang nampak mewah dan mahal dengan kapasitas penumpang 10 orang, dengan tulisan “DVC” besar di badan pesawat nya. Seorang wanita yang memakai celana jeans, kemeja putih tipis, topi budar besar dan kacamata hitam berjalan turun dari pesawat sambil memegang topinya, dia langsung menghampiri Liam,
“Akhirnya datang, kita sudah dari tadi,” sapa sang wanita.
“Maaf kak Monica, tadi taksi online nya agak lama,” balas Liam.
Monica melihat Luna dan Laura di belakang Liam yang nampak bingung dan menatap dirinya dengan tajam, kemudian dia mendekatkan wajahnya ke telinga Liam,
“Itu mereka ? Luna dan Laura ?” tanya Monica berbisik.
“Yap, benar,” jawab Liam singkat.
Monica memegang pundak Liam kemudian berjalan ke belakang dan berhenti tepat di depan Luna dan Laura. Keduanya langsung melihat Monica dari atas ke bawah dan keatas lagi, di depan mereka berdiri seorang wanita yang sangat cantik, berambut panjang sebahu, bertubuh seksi dan ketika melepas kacamata nya, mereka bisa melihat mata biru seperti laut yang menatap mereka seakan akan langsung melihat ke dalam jiwa mereka.
Monica tersenyum kemudian merentangkan tangannya dan memeluk Luna, setelah itu dia memeluk Laura, kemudian dia berdiri di depan keduanya,
“Halo, salam kenal, namaku Monica Parker, aku adalah sekertaris Liam dan CSO di Dynamic Vision Corporation,” ujar Monica memperkenalkan diri dan menjulurkan tangannya dengan wajah tersenyum lebar.
“Sa...salam kenal, aku Luna, aku sudah dengar cerita tentang kakak dari Liam,” ujar Luna menjabat tangan Monica.
“Um...aku Laura,” tambah Laura menjabat tangan Monica.
“Yuk naik, kita sudah mau berangkat,” ajak Monica.
“Kak Isabel ikut ga ?” tanya Liam.
“Dia ga bisa ikut, ada pesta penyambutan dokter baru di rumah sakit malam ini, dia harus hadir bersama Billy dan sebagai kepala rumah sakit tidak boleh absen kan,” jawab Monica.
“Oh gitu, jadi yang ikut kak Monica, kak Matthew, Kimberly dan Michael ?” tanya Liam.
“Yup, mereka sudah di dalam, Kimberly dan Michael sangat senang sekali, Matthew menjaga mereka,” jawab Monica.
“Wah syukur deh kalo gitu,” balas Liam.
Monica menoleh melihat Luna dan Laura yang mematung di belakang Liam, kemudian dia tersenyum,
“Yuk naik, kalau ga nanti ga berangkat berangkat,” ajak Monica.
“Iya yuk,” ajak Liam yang menoleh ke belakang.
“I...iya,” balas Luna dan Laura bersamaan.
Mereka pun menaiki tangga kemudian masuk ke dalam pesawat. Bagian dalam pesawat tidak terlihat sempit, di kanan ada dua buah kursi berderet, sebuah meja di tengahnya dan dua buah kursi berderet lagi yang berhadapan dengan kursi sebelumnya. Di sebelah kiri ada sebuah meja kecil namun mewah untuk menaruh makanan dan di bagian bawahnya ada kulkas mini yang berisi minuman. Di belakang meja, ada empat kursi saling berhadapan dengan meja di tengah. Seluruh lantai pesawat di lapisi karpet yang nyaman dan empuk.
Liam menoleh ke belakang melihat Luna dan Laura yang mematung berdiri di depan pintu, dia berbalik kemudian berjalan menghampiri keduanya dan menarik tangan keduanya mengajak mereka masuk. Monica berjalan ke tempat suaminya duduk kemudian berbicara sesuatu padanya, Matthew menoleh kemudian berdiri, wajahnya terlihat dewasa dan tampan, tubuhnya terlihat tegap dan kekar, berkepala botak dan memakai pakaian hawai di barengi celana tiga perempat. Dia langsung menghampiri Liam,
“Apa kabar Liam ?” tanya Matthew sambil menjulurkan tangannya dan tersenyum.
“Baik kak, oh ya kenalin, ini Luna dan ini Laura,” jawab Liam sambil memperkenalkan Luna dan Laura yang berada di belakangnya.
“Halo, saya Matthew Preston, saya suami Monica, salam kenal ya,” ujar Matthew.
“Um...nama ku Luna....salam kenal,” balas Luna sambil menjabat tangan Matthew.
“Aku Laura, salam kenal kak,” balas Laura sambil menjabat tangan Matthew.
Tiba tiba Matthew menoleh melihat Liam dan merangkul nya, wajahnya mendekat ke telinga Liam,
“Hebat kamu Liam, dua dua nya cantik dan identik, untung bajunya beda kalau ga aku ga bisa bedain,” ujar Matthew berbisik.
“Ah hebat apanya sih kak,” balas Liam dengan wajah memerah.
“Aku sudah dengar semua dari Monica, aku senang melihat kamu sudah move on,” ujar Matthew.
“Terima kasih kak, belum sembuh seratus persen sih,” ujar Liam.
“Kalau itu pelan pelan, yang penting kamu sudah bertemu yang sejati, aku bisa lihat dari mata mereka, keduanya benar benar melihat mu, bukan apa yang kamu punya,” ujar Matthew.
“Iya, aku tahu kalau itu,” balas Liam.
“Oi apa sih bisik bisik ?” tanya Monica tiba tiba.
“Haha pembicaraan khusus laki laki,” jawab Matthew sambil melihat Monica dan mengusap kepalanya.
“Om Liam,”
Seorang gadis cilik berusia sekitar 8 tahun langsung menghampiri Liam, gadis cilik itu memiliki karakteristik sama seperti ibunya, bermata biru, cantik dan berambut pirang. Liam langsung menggendongnya,
“Apa kabar Kim ?” tanya Liam.
“Hehe baik om,” jawab Kimberly.
“Gendong om,”
Liam melihat ke bawah, dia melihat seorang bocah laki laki yang kira kira berusia 5 tahun, berparas tampan, bermata biru dan berambut pirang, sedang mengangat tangannya ke atas. Liam menunduk dan mengangkat nya dengan satu tangan, sedangkan Kimbely memeluk leher Liam dan duduk di lengan Liam.
“Wah Mike udah besar ya,” ujar Liam.
“Udah dong om hehe,” balas Michael.
Liam menoleh dan berbalik sambil menggendong keduanya melihat Luna dan Laura di belakangnya yang sedang tersenyum melihat Kimberly dan Michael. Kedua anak itu nampak bingung, mereka menoleh melihat Luna kemudian melihat Laura,
“Om Liam, kok muka dua tante ini sama ?” tanya Kimberly polos.
“Hehe karena kita kembar, nama tante Luna, nama kamu siapa ?” tanya Luna sambil mengangkat tangannya mengajak bersalaman.
“Kimberly Preston, tante,” jawab Kimberly walau wajahnya masih nampak bingung dan menjulurkan tangan memegang tangan Luna.
“Kalau yang ini ?” tanya Luna kepada Michael.
“Michael (menoleh melihat Luna kemudian Laura) tante ada dua,” tunjuk Michael ke hidung Luna.
“Hehe iya, tante yang satunya namanya Laura, kalau tante Luna,” ujar Luna memperkenalkan Laura.
“Halo, salam kenal ya,” Laura memegang tangan Michael yang sedang menunjuk wajah Luna.
“Ayo duduk, sebentar lagi kita berangkat,” ujar Monica.
“I...iya kak,” balas Luna dan Laura.
Liam menurunkan Kimberly dan Michael, mereka langsung berlari duduk di seberang papa dan mama mereka, Monica berjalan kemudian duduk di sebelah Matthew. Liam mengajak Luna dan Laura duduk di kursi yang berada tepat di depan meja makan.
“Kalian berdua di ujung deh,” ujar Liam.
“Ok hehe,” balas keduanya.
Luna langsung masuk ke ujung dekat jendela sedangkan Laura duduk di seberang Luna, Liam duduk di sebelah Luna. Dua orang pramugari dan seorang pramugara masuk ke dalam pesawat, kemudian pintu di tutup dan mereka siap berangkat.
αყσ ƚɾιρʅҽ ʅ ʅαɳʝυƚƙαɳ...
ʂҽɱαɳɠαƚ υρ ɳყα ƚԋσɾ