Kecelakaan maut yang menimpa sahabat baiknya, membuat Dara Asa Nirwana terpaksa menjalani nikah kontrak dengan Dante Alvarendra pria yang paling ia benci.
Hal itu Dara lakukan demi memenuhi wasiat terakhir almarhumah untuk menjaga putra semata wayang sahabatnya.
Bagaimanakah lika-liku perjalanan lernikahan kontrak antara Dara dan Dante?
Cerita selengkapnya hanya ada di novel Nikah Kontrak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter - 16
Dante menuruni tangga dengan gontai dan rasa kantuk yang luar biasa, setelah semalaman ia begadang karena Dion terus menangis mencari keberadaan ibunya.
Dante tak berusaha menghubungi Dara, ia tak ingin mengganggunya. Keliatannya gadis itu begitu sedih kehilangan mahkota berharganya.
"Ya sebentar," teriak Dante pada tamunya yang menunggu di luar sembari mempercepat langkahnya. "Dion akan makan banyak hari ini," kemarin ia sudah memesan daging untuk putranya.
Dante terkejut saat mendapati ternyata tamu yang datang bukanlah mamang sayur seperti dugaan dan harapannya melainkan pengacara Max dan petugas dari dinas sosial.
"Selamat pagi, Pak Dante," sapa sang pengaca sembari mengulurkan tangan.
"Selamat pagi," ucap Dante dengan canggung, ia menjabat tangan keduanya secara bergantian kemudian mempersilahkan mereka masuk.
Dante yang baru tersadar jika rumahnya berantakan buru-buru merapihkannya. Biasanya ia dan Dara secara bergantian membersihkan rumah sembari menjaga Dion, namun karena sejak kemaren Dion rewel, Dante jadi tidak sempat merapihkan rumah.
Ia menaruh bantal di sofa, kemudian meraih beberapa helai baju dan popok yang bertebaran di ruang tamu. Semalaman suntuk Dante menimang-nimang Dion ke sekeliling rumah, agar bayi itu tenang sehingga barang-barangnya bertebaran dimana-mana.
"Sepertinya kau sibuk sekali," ucap petugas dinas sosial. "Dimana istrimu?" ia menoleh ke kanan dan ke kiri tak melihat ada tanda-tanda kehadiran Dara.
Dante menoleh kearahnya. "Dia sedang flu berat, jadi kami memutuskan agar dia beristirahat di rumahnya sampai sembuh, supaya Dion tidak tertular" dusta Dante mengatakan kebohongan yang sama ia lontarkan kepada ibunya kemarin.
"Tapi tak perlu cemas, dia sudah berobat dan sudah lebih baik," dustanya kembali sembari tersenyum kaku.
"Flu mudah menular ke anak kecil," sahut Pengacara. "Itu keputusan yang tepat."
"Ya semoga istrimu cepat sembuh." Petugas dinas sosial turut mendoakan Dara.
Dante menghembuskan napas pelan, karena keduanya percaya dengan kebohongannya.
Seperti biasanya mereka berkeliling sembari berbincang mengenai perkembangan Dion. Dante begitu bersemangat dan bangga menceritakan putranya kini sudah bisa berjalan beberapa langkah tanpa di pegangi.
Petugas dinas sosial mengangguk sembari mencatat di buku catatannya. "Oh iya, bagaimana hubunganmu dengan istrimu?"
Dante terkejut mendengar pertanyaan itu. "Maksudnya?"
"Ya, apa kalian suka bertengkar atau tidak? Karena pertengkaran orang tua bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak. Jadi kami ingin memastikan Dion mendapatkan orang tua yang rukun."
Dante terdiam, ia tidak mungkin mengatakan jika selama lebih dari sepekan ini mendiaminya. "Emm.." Belum sempat ia menjawab pertanyaan tersebut, sayup-sayup terdengar suara tangis Dion dari kamarnya.
"Itu Dion sudah bangun," ia bergegas menuju lantai dua, diikuti oleh pengacara dan petugas dinas sosial.
"Oh anak Papa sudah bangun rupanya," ucap Dante setelah membuka pintu kamar Dion.
Bocah itu sudah duduk di kasurnya sembari menangis dan mengangkat tangannya.
Dante mengakat putranya dari tempat tidur dan meminta Dion untuk menyapa kedua tamu yang tidak ia harapkan.
Dion hanya memandangi keduanya untuk sesaat, kemudian berbalik memeluk Dante sembari menoleh ke kanan dan ke kiri seolah mencari keberadaan Dara.
Tak melihat dan mendengar suara ibunya, Dion kembali menangis, tapi di saat yang bersamaan seseorang dari luar berteriak memanggil Dante.
"Pak Dantee... Pesanan sayurnyaaa..."
"Oh ia pesananku," ujar Dante, dengan reflek ia menyerahkan putranya pada petugas dinas sosial.
"Tolong pegang anakku sebentar," ia menunjuk ke arah meja. "Itu susunya!" ia pun berlari menuruni tangga menuju pintu depan.
Petugas dinas sosial tak percaya Dante menyuruhnya mengasuh bayi, namun keduanya berusaha menenangkan Dion dengan memberikannya dot susu.
***
Beberapa menit berlalu, Dante tak kunjung kembali karena rupanya ia bukan hanya mengambil pesanan dagingnya melainkan, Angel kembali datang.
Dante berusaha mengusir wanita dengan segala cara. "Aku mohon pergilah Angel, didalam sedang ada pengacara Max dan dinas sosial," ucap Dante dengan suara berbisik, sesekali ia menoleh ke dalam berharap mereka tidak turun.
"Kau mau membohongiku lagi? Agar bisa bermesraan dengan istri palsumu?"
"Lihat itu!" Dante menunjuk pada mobil dinas yang terparkir di rumahnya. "Dara bahkan tidak ada dirumah dari kemarin."
"Wanita singa itu tidak ada dirumah?" tanyanya riang. Dante mengangguk.
"Kalau begitu aku akan kembali setelah tamumu pergi." Angel memberikan kecupan manis dipipi Dante sebelum akhirnya gadis itu pergi dari rumahnya.
Begitu Dante berbalik, ia melihat pengacara dan petugas dinas sosial sudah ada di belakangnya menatapnya dengen serius.
"A-aku bisa menjelaskan ini semua," ucap Dante sembari meraih Dion dari gendongan petugas dinas sosial.
"Kami tidak butuh penjelasan, semuanya sudah sangat jelas. Kau dan istrimu hanya kawin kontrak." Ia mengulurkan surat perjanjian kontrak pernikahan antara Dante dengan Dara yang ia temukan di kamar Dara.
"Maaf kami tidak bermaksud lancang masuk ke kamar Dara," ujar pengacara Max. "Tapi Dion menangis dan menunjuk-nunjuk pintu kamar itu."
Dion menujuk kamar Dara sebab ingin mencari keberadaan ibunya. Awalnya sang pengacara membuka pintu kamar Dara hanya ingin menunjukan pada Dion bahwa di sana tidak ada apa-apa, tapi kemudian mereka justru menemukan surat perjanjian itu yang kemarin Dara campakan di atas meja riasnya yang berdekatan dengan pintu penghubung kamar Dion.
Dante menghela napas beratnya, sembari mengusap wajah. "Sebetulnya ini tidak seperti..."
"Maaf Pak Dante, sebetulnya Saya memiliki banyak bukti kejanggalan hubungan Anda dengan Istri Anda." Petugas Dinas sosial menyodorkan foto-foto Dante saat pulang larut malam dengan keadaan mabuk bersama Angel, dan foto-foto kencan Dara bersama Axel.
"Semua bukti-bukti ini akan kami segera proses untuk mengambil langkah selanjutnya mengenai keputusan adopsi Dion." Petugas Dinas sosial itu pun pamit pergi dari kediaman Dante.
Setelah dia pergi, sang pengacara mengajak Dante untuk berbicara di ruang tamu. "Bukankah sejak awal sudah aku peringatkan?" wajahnya terlihat putus asa, karena bagaimana pun clientnya mendiang Max dan Yulia sangat berharap jika Dion bisa di asuh oleh kalian.
"Aku tahu sejak awal kalian memang nikah kontrak, kalian sama sekali tidak mengharapkan pernikahan ini. Tapi sungguh, harapanku sangat besar sekali. Dengan seiring berjalannya waktu dan kebersamaan kalian dengan Dion, kalian bisa membatalkan kontrak pernikahan itu."
"Kontrak pernikahan? Apa maksudnya?"
Alice dan Bobi yang baru saja tiba, sangat terkejut mendengar ucapan sang pengacara.
"Siapa yang menikah kontrak?" tanya Bobi menatap Dante dengan tatapan tajam.
justru karena kalian udah lama gak punya anak sehingga kalian gak tahu prakteknya dan hanya tahu teorinya aja gitu
pengalaman itulah yang lebih penting dan teori itu gak sama dengan praktek di kenyataannya lhooo
jadi jangan sok keminter atau sok tahu segalanya deeeh
awalnya aja udah gak baik jadi saya kok ikutan sanksi jika Dion akan baik-baik aja di rumahnya Albert dan Cindy yaaak
heeeeeem 🤔🤔🤔🤔
baru beberapa saat yang lalu kamu mengeluh tentang otot pinggangmu eeeeh di depan Dara sok kuat seeeh🤣🤣🤣🏃🏃🏃
pantas aja koper yang akan dibawa Dion banyak banget