✅ Cerita ini mengisahkan konflik rumah tangga penuh drama.
✅ Bagi yang belum cukup umur apalagi masih bau kencur, silahkan mundur dengan teratur!
****
Kegetiran senantiasa menyertai perjalanan hidup seorang wanita bernama Mayuri Akhila.
Menyandang status janda di usia yang masih terbilang muda, membawa Yuri ke dalam banyak masalah.
Karena status itu pulalah, dia diusir warga di lingkungan tempat tinggalnya dan dituduh sebagai perempuan penggoda suami orang. Namun, pengusiran itu justru mempertemukan Yuri dengan seorang pria beristri yaitu Pandu Manggala.
Dekat dengan Pandu, membuat Yuri merasa menemukan kenyamanan dan diam-diam menaruh hati terhadap pria yang juga selalu memberi perhatian istimewa terhadapnya tersebut.
Mungkinkah Yuri dan Pandu bisa bersatu?
Haruskah Yuri menjadi seorang pelakor?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunita Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 22. Merasa Diperlakukan Istimewa
Jarum jam sudah bergeser ke kanan dan matahari yang semula sangat terik bersinar, kini sudah mulai meredup, pertanda siang sudah tergantikan oleh datangnya sore.
Waktu menunjukkan pukul empat sore waktu setempat, ketika Pandu sudah menyelesaikan semua pekerjaanya.
"Ahh, senangnya ... semua pekerjaanku akhirnya bisa kelar. Aku harus segera jemput Chia." Pandu tersenyum sumringah dan terlihat sangat bersemangat. Tanpa merasa terbebani oleh kekhawatiran akan keadaan bayinya, dia bisa berkonsentrasi sepenuhnya untuk bekerja. Sehingga, dengan cepat dia bisa membereskan semua tanggung jawabnya hari itu.
Setelah mengalihkan semua sisa operasional tokonya hari itu kepada karyawan kepercayaannya, Pandu segera melajukan mobilnya meninggalkan tempat usaha miliknya tersebut.
"Untung ada Yuri. Aku sangat percaya padanya dalam hal menjaga dan merawat Chia." Sepanjang perjalanan, pikirannya tidak pernah lepas dari Yuri. Entah mengapa, menemukan Yuri kembali bagaikan menemukan sebuah harapan baru.
"Aku akan membelikan sebuah ponsel untuk Yuri. Dengan begitu, aku akan bisa lebih mudah menghubunginya."
Pandu lalu memutar stir, membelokkan mobilnya dan berhenti di sebuah pusat penjualan ponsel terlengkap di kota itu. Disana dia membeli sebuah ponsel pintar yang cukup canggih dengan fitur-fitur kekinian, namun dengan harga yang tidak terlalu mahal.
Merasa cukup puas dengan ponsel pilihannya untuk Yuri, Pandu pun segera keluar dari toko ponsel itu dan langsung menuju rumah kontrakan Yuri.
.
"Bagaimana keadaan Chia, Yuri? Apa dia masih demam?" Pertanyaan itu langsung terlontar dari mulut Pandu, ketika dia sudah sampai di rumah kontrakan Yuri, dan wanita itu terlihat menyambutnya dengan senyum ramah.
"Suhu badan Chia sudah normal, Pak. Dia sudah ceria lagi dan sudah mau makan juga minum susu," sahut Yuri sambil terus tersenyum meyakinkan Pandu agar tidak terlalu khawatir akan keadaan putri kecilnya.
"Aaah, syukurlah!" seru Pandu girang. "Aku ingin menemuinya." Tanpa dipersilahkan masuk oleh Yuri, Pandu menerobos dan melebarkan langkah masuk ke dalam rumah itu.
Tiba di ruang tamu, Pandu tersenyum lebar. Dia melihat Chia duduk anteng di sofa ruang tamu dan tengah asyik memainkan beberapa buah mainan silikon berbentuk binatang yang selalu dibawanya. Benda-benda itulah yang selalu dipakai mainan oleh Chia dan tak jarang mainan itu akan digigitnya. Maklum saja, bayi seusia Chia memang akan selalu memasukkan apa saja yang berhasil diambil oleh tangan kecilnya, ke dalam mulut. Ditambah lagi, dua gigi bagian depan bayi itu juga sudah mulai tumbuh, yang membuatnya sangat tertarik untuk menggigit apa saja yang ada di genggamannya.
"Halloo, Baby Cantik ... " Pandu langsung meraih tubuh mungil bayinya dan membawanya duduk di pangkuannya.
"Apa kamu senang bersama Yuri hari ini?" Pandu mengecup gemas pipi imut putri kecilnya. Bayi kecil itu memang belum bisa berbicara apalagi menyahuti pertanyaan Pandu. Namun, dari rona wajahnya, tampak keceriaan. Semua itu membuat Pandu semakin yakin kalau putrinya sangat senang bersama pengasuh kesayangannya itu.
"Terima kasih banyak, Yuri. Aku selalu percaya kalau kamu pasti bisa menjaga putriku dengan penuh kasih sayang." Pandu menoleh ke arah Yuri yang ikut duduk di salah satu kursi lain di sebelah Pandu.
"Jangan berterima kasih, Pak. Ini bukan apa-apa." Yuri tersipu malu dan menundukkan wajahnya.
"Oh ya, Pak Pandu kan baru pulang dari bekerja. Pak Pandu pasti belum makan, kan? Bagaimana kalau saya siapkan makanan untuk bapak?" Yuri berusaha mengalihkan serta memberi sedikit perhatian kepada pria yang sudah banyak membantunya itu.
"Tidak usah, Yuri. Aku tidak ingin merepotkan kamu. Seharian ini, kamu sibuk menjaga Chia. Kamu pasti lelah ... dan sebaiknya kamu beristirahat. Nanti sekalian pulang, aku bisa membeli makanan di jalan." Pandu menolak secara halus.
"Sama sekali tidak repot, Pak. Lagipula, saya akan sangat senang kalau Pak Pandu mau makan masakan saya," balas Yuri tetap membujuk.
"Baiklah kalau begitu." Pandu mengangguk. Sejujurnya dia memang merasa lapar karena sedari siang dia belum sempat makan apapun. Terlalu sibuk dengan pekerjaaanya, membuat dia melewatkan waktu makan siangnya.
"Tunggu disini dan tolong jaga Chia sebentar ya, Pak!" Yuri beranjak dari tempat duduknya hendak menuju dapur.
"Sebentar, Yuri!" cegat Pandu dan Yuri kembali membalikkan badannya menoleh ke arah Pandu.
"Aku punya sesuatu untuk kamu." Pandu menyerahkan kotak ponsel baru yang dia belikan khusus untuk Yuri.
"Apa ini, Pak?" Yuri membulatkan matanya. Meski dari gambar pada kotak itu saja dia sudah tahu apa isi di dalamnya, tetapi dia tetap bertanya dan seolah tidak percaya kalau Pandu memberinya sebuah ponsel baru.
"Aku membelikanmu sebuah ponsel. Nomorku juga sudah tersimpan disini dan setiap saat, kita akan bisa saling berhubungan dengan ponsel ini," terang Pandu sesaat setelah kotak itu berpindah ke tangan Yuri.
"Tapi, Pak ... ponsel ini pasti sangat mahal dan saya rasa, saya tidak membutuhkan benda seperti ini. Selama ini pun saya tidak pernah memiliki ponsel," ucap Yuri jujur dan polos.
"Justru karena itu, Yuri! Kemungkinan setelah ini aku akan sering menitipkan Chia disini. Dan pastinya, aku harus bisa menghubungi kamu setiap waktu," terang Pandu menjelaskan tujuannya membelikan ponsel itu untuk Yuri.
"Kalau itu tujuannya ... baiklah, Pak. Saya terima ponsel ini." Yuri tersenyum memandangi ponsel baru di tangannya. Dia kini bisa paham tujuan Pandu memberinya ponsel itu.
"Hei ... kau bilang akan masak buatku, bukan?" Pandu berseru. Semua itu sukses membuyarkan kekaguman Yuri yang untuk sejenak bengong, memperhatikan ponsel baru di tangannya.
"Aaah, iya ... tunggu sebentar ya, Pak." Yuri tersipu malu tanpa bisa menyembunyikan senyum senang yang tiba-tiba menghiasi bibirnya. Bergegas dia melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mengalihkan semua perasaan bahagia yang dia rasakan, akan perhatian istimewa Pandu untuk dirinya.
Ketika sudah di dapur pun, tanpa sadar senyum itu terus terulas di bibir Yuri.
"Aku harus masak yang enak untuk Pak Pandu. Dia sudah begitu baik dan perhatian terhadapku, aku juga harus memberinya sesuatu yang istimewa," gumam Yuri merasa bersemangat.
Yuri lalu meraih sebuah kantong pelatik berisi beberapa jenis bahan makanan yang tadi pagi dibelinya dari tukang sayur.
"Hmm ... cuma ada tempe dan sayuran." Yuri menggelengkan kepalanya. "Tidak masalah. Aku akan mengolahnya menjadi makanan yang sangat lezat."
Dengan penuh percaya diri, Yuri mulai mengolah bahan makanan yang ada. Dia cukup piawai memasak, sehingga walau dari bahan makanan sederhana, dia bisa menciptakan masakan yang penuh cita rasa.
"Pak Pandu, silahkan makan dulu!" panggil Yuri ketika dia sudah menyelesaikan masakannya.
"Aromanya sangat wangi dan menggugah selera. Aku yakin ini pasti sangat enak," puji Pandu setelah dia sampai di meja makan.
"Dicoba dulu, Pak. Semoga saja ini enak. Maafkan saya tidak masak daging. Tadi pagi saya hanya membeli tempe dan sayuran," ujar Yuri seraya mengambil alih Chia dari gendongan Pandu dan memberi kesempatan untuk pria itu menikmati makanannya dengan tenang.
Pandu hanya tersenyum tipis dan segera duduk di kursi meja makan dengan seporsi makanan yang sudah dihidangkan Yuri di hadapannya.
Tanpa ragu, Pandu segera menyendok makanan itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Hmmm ... ini enak sekali, Yuri. Aku akui kamu memang sangat jago dalam hal memasak. Masakanmu selalu lezat dan membuatku merasa semakin lapar." Pandu kembali memuji. Untuk urusan makanan, lidahnya memang tidak bisa berbohong dan selama ini semua masakan Yuri sangat dia sukai sesuai seleranya.
"Jangan memuji saya terus, Pak. Nanti saya besar kepala loh!" sergah Yuri.
"Aku tidak sedang memuji, tapi ini fakta. Masakanmu memang sangat enak. Walau hanya tempe dan sayuran, rasanya tetap enak mengalahkan masakan chef resto bintang lima."
"Pak Pandu terlalu berlebihan." Yuri kembali menundukkan wajahnya dan semakin tersipu.
Pandu tetap hanya tersenyum dan dengan lahap menghabiskan makanannya. Yang disajikan Yuri untuknya, benar-benar terasa istimewa. Bahkan semua itu belum pernah dia rasakan bersama Tamara, istrinya.
kamu terlalu Sisca 😂😂😂
dahlah ... selamat buat pandu dan Yuri.
chia udah besar ketemu sama mama tamara ya nak. apapun ibu mu, dia tetap ibumu 😑😑🤭🤭
kasihan melihat Tamara, semoga dia akan bahagia bersama kehidupan yang lain. selamat jalan Tamara 🥲🤧