Berkisah tentang seorang aktris cantik bernama Intan Rahardian berusia 20 tahun. Dalam dunia hiburan namanya sedang melambung tinggi. Namun di balik kesuksesan karirnya, dia sedang diterpa masalah, menghadapi perjodohan dari kedua orang tua. Intan berusaha mencari cara agar bisa terbebas dari perjodohan itu. Dia tak ingin menikah di usia muda, apalagi di saat karirnya sedang melejit. Namun cara yang dilakukan malah mendatangkan masalah besar.
Di hari pertunangannya, aktris cantik itu berusaha melarikan diri dari dalam sebuah hotel bintang lima, yang sudah dipenuhi begitu banyak tamu undangan. Dia di kejar oleh keluarganya, juga keluarga calon suaminya. Di saat hampir tertangkap, tanpa berpikir panjang dia langsung mencium seorang pria, yang datang sebagai tamu penting di depan semua orang temasuk calon suaminya. Dan apa yang dilakukan wanita cantik itu, pada akhirnya menjebak dirinya sendiri dalam sebuah hubungan yang sangat rumit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Pewaris Tunggal.
Intan tersenyum miring menatap Chelsea yang hanya terdiam menerima penolakan Richard. Betapa kecewanya wanita itu, melihat kedekatan antara Richard dan Intan. Apalagi Intan langsung memeluk lengan pria dingin itu melangkah memasuki villa. Sebagai seorang Ayah, Santo dapat merasakan suasana hati putri semata wayangnya. Namun dia tak bisa melakukan apapun untuk menyenangkan hati Chelsea.
"Mas, kamu merasa ada yang salah nggak sama wanita itu?" tanya Intan setelah berada di lantai atas.
"Nggak,, memangnya kenapa?" jawab Richard tanpa ekspresi.
"Aku melihat dari sudut pandangku sebagai seorang wanita, dia tuh sepertinya punya perasaan sama kamu."
"Sudahlah,, saya tidak punya waktu untuk membahas hal itu. Cepat sana bersiap-siap! Kita harus kembali sore ini juga," seri Richard dan segera berlalu menuju kamarnya.
Richard yang sudah keluar dari dalam kamar kembali di hadang oleh Pak Santo. Pria paruh baya itu tidak pernah menyerah untuk mendekati pria berpengaruh itu. Semua dia lakukan demi mengikuti keinginan putrinya.
"Nak Richard,, ini kan sodah sangat sore. Lebih baik besok saja baru kita sama-sama kembali ke kota. Apalagi cuaca agak mendung."
"Sebenarnya saya juga berniat kembalinya besok. Tapi ada hal penting yang mau dibicarakan sama keluarga. Jadi saya harus pulang sore ini juga," jawab Richard, sembari menatap ke arah Intan yang sudah siap berangkat.
Gadis cantik itu kembali terpesona dengan penampilan Richard yang jauh berbeda dari biasanya. Pria dingin itu semakin terlihat menarik mengenakan pakaian biasa namun begitu mewah. Sementara Richard sendiri sudah tak lagi fokus dengan Pak Santo. Tatapannya terus tertuju pada Intan, saat pria paruh baya itu sedang membicarakan hal mengenai putrinya.
"Minggu depan Chelsea sudah aktif kerja di perusahaan Om. Kalian akan sering bertemu dalam penanganan proyek yang sudah kita tandatangani bersama," ujar Pak Santo tapi tidak ditanggapi oleh Richard. Dia masih saja menatap Intan tanpa malu di perhatikan Pak Santo.
Bucin tingkat Dewa 😅😅😅
"Om,, saya pergi dulu ya. Takut keburu malam dalam perjalanan," uajar Richard dan segera menghampiri Intan, sebelum Pak Santo sempat bersuara.
Mereka pergi meninggalkan villa tepat pukul 05.30 sore. Sementara rombongan mereka yang lain sudah duluan pergi setengah jam lalu. Intan yang semakin tak tahan melihat ketampanan sang pujaan hati mulai merapat, menyandarkan kepala di pundak Richard sambil memeluk erat lengannya.
"Tan, saya nggak bisa gerak kalau kaya gini," ujar Richard sedikit mengurangi laju mobilnya.
"Oh iya ya Mas. Abisnya kamu terlalu menarik berpenampilan seperti ini. Aku sampai nggak mau jauh dari kamu." Intan mengusap pipi Richard yang ditumbuhi bulu turun sampai ke bagian leher, sebelum kembali pada posisi semula.
**Godaan maut Intan sungguh luar biasa**☺☺
Sentuhan jari-jari gadis manis itu, seketika memancing si beruang kutub. Dalam sekejap barang pusakanya bereaksi, menegang dan mulai mengeras seperti batang kayu. Segera dia merapatkan kedua pahanya, berusaha menyembunyikan penampakan benda tumpul yang sudah tegak berdiri. Namun tindakannya itu malah membuatnya kesulitan bernafas.
"Kita berhenti dulu sebentar. Saya mau buang air kecil." Buru-buru Richard keluar dari dalam mobil, melangkah masuk ke dalam semak-semak di samping jalan.
Intan yang sudah trauma dengan kejadian kemarin malam, ikut keluar dan menyusulnya. Dia berlari dan tidak sengaja menabrak Richard yang sedang melepaskan air seni.
"Intan,, kamu apa-apaan sih?? Saya tuh lagi buang air kecil. Kok kamu malah ikut??" Richard seketika panik, berusaha menyembunyikan benda pusakanya yang belum sempat dimasukkan.
"Aku takut Mas. Jalannya sepi banget. Bagaimana kalau aku di culik?"
"Ya sudah. Kalau gitu kamu jangan ngintip ya!" seru Richard sembari memasukan kembali barangnya yang masih tergantung di depan celana setelah membasuh nya dengan air mineral yang dibawanya.
**Barang apa kira-kira?😄😄😄😄**
"Ayo kita pergi!" Richard pun berbalik melangkah pergi sembari menggenggam pergelangan tangan Intan.
Dia kembali melajukan mobilnya, menyusuri jalanan di kelilingi pepohonan dan semak belukar.
Tak ada satu kata pun yang terucap dari mulut Richard. Dia sepertinya masih tegang dibuat Intan. Sementara wanita centil di sampingnya, malah sedang tersenyum licik menatapnya.
"Ngapain kamu senyum-senyum seperti itu?" tanya Richard saat menyadari reaksi Intan.
"Aku hanya penasaran saja sama kamu," jawab Intan sambil meletakkan sebelah tangannya di atas paha Richard.
"Penasaran tentang apa?"
"Gini Mas, aku tuh pernah nonton acara seorang Dokter, yang saat itu membahas tentang ukuran itunya pria. Kata Dokter itu, ukuran bisa dipastikan dari bentuk badan. Jadi aku agak penasaran dengan punya kamu."
**Fikiran Intan mulai travelling, seperti halnya dengan Author** 🤔🤔🤔😁😁
"Intan,, apa yang kamu bicarakan? Dan kamu tidak boleh mengetahui hal itu sebelum Melihatnya sendiri." Jawaban Richard seketika membuat Intan liar jalan pikiran wanita centil itu.
"Makasud kamu apa Mas? Jadi aku bisa melihatnya?" tanyanya tanpa ada dosa.
"Mengapa kamu seperti ini? Apa kamu akan bersikap sama pada semua pria?" Richard malah kesal mendengar pertanyaan Intan.
"Enak saja kamu. Kamu pikir aku wanita apaan??" Intan pun dibuat kesal dengan pertanyaan spontan dari pria dingin itu.
Setelah itu tak ada lagi pembicaraan antara mereka, sampai tiba di kediaman Intan. Setelah keluar dari dalam mobil, Intan langsung melangkah pergi tanpa mau berbicara dengan Richard yang hanya terdiam menatapnya dari dalam mobil.
"Aku pulang Ma, Pa,"
"Sayang,, kamu nggak apa-apa kan Nak?? Papa sedang mencari pengacara untuk mengurus masalah kamu kemarin malam. Tapi kamu nggak terluka kan? Ada yang lecet nggak?" Wulan segera menatap putrinya dari ujung kaki hingga kepala dengan penuh kecemasan.
"Nggak Ma. Aku baik-baik saja. Aku langsung ke kamar ya Ma. Capek, mau istirahat." Intan yang hilang semangat dibuat Richard, langsung berlalu menuju lantai atas.
"Iya sayang. Tapi jangan lupa makan malam ya!"
"Aku sudah makan Ma. Mau tidur saja."
Richard yang begitu lelah mengendarai mobil selama hampir dua jam, memilih untuk segera pulang ke rumah. Kedatangannya sudah di sambut oleh Nyonya Amara dan anggota keluarga yang lain. Barang bawaannya di bawah masuk oleh salah satu asisten rumah tangga. Sementara dia langsung bergabung di ruang keluarga.
"Hal penting apa yang mau dibicarakan Oma?" tanya Richard setelah duduk di samping Oma nya.
"Begini sayang, usia kamu sekarang sudah memasuki 27 tahun. Jadi kamu akan di angkat menjadi Direktur di perusahaan kita yang bergerak di industri hiburan seperti wasiat Opa. Tapi ada syaratnya."
"Syarat apa Oma?" tanya Richard.
"Kamu harus menikah. Karena dalam wasiat Opa, selain usiamu 27 tahun, kamu juga harus memiliki pendamping hidup untuk menjadi Direktur perusahaan." Nyonya Amara mulai menjelaskan sesuatu yang belum pernah di ketahui Richard.
"Kalau gitu biar Papi saja dulu yang menjadi Direktur," jawab Richard, yang membuat Ibu tiri juga kedua saudari tirinya tersenyum licik.
"Iya Ma, biar aku saja dulu." Michael pun tidak keberatan.
"Tidak bisa. Nama kamu tidak ada di dalam surat wasiat Papa kamu. Perusahaan yang sedang kamu pegang sekarang ini, pada akhirnya akan menjadi milik Richard. Dia yang menjadi pewaris tunggal. Kamu hanya membantunya saja selagi kamu masih bisa." Jawaban Nyonya Amara tak dapat dibantah oleh siapapun. Termasuk Putranya Michael, yang sudah terlanjur di keluarkan dari hak waris, karena telah berani melawan kedua orang tuanya, demi janda beranak dua yang telah menjadi istrinya selama beberapa tahun berlalu.
ko ilang dri radar....buku bcaan online ku mak..