Ayla Navara, merupakan seorang aktris ternama di Kota Lexus. Kerap kali mengambil peran jahat, membuatnya mendapat julukan "Queen Of Antagonist".
Meski begitu, ia adalah aktris terbersih sepanjang masa. Tidak pernah terlibat kontroversi membuat citranya selalu berada di puncak.
Namun, suatu hari ia harus terlibat skandal dengan salah seorang putra konglomerat Kota Lexus. Sialnya hari ini skandal terungkap, besoknya pria itu ditemukan tewas di apartemen Ayla.
Kakak pria itu, yang bernama Marvelio Prado berjanji akan membalaskan dendam adiknya. Hingga Ayla harus membayar kesalahan yang tidak diperbuatnya dengan nyawanya sendiri.
Namun, nyatanya Ayla tidak mati. Ia tersadar dalam tubuh seorang gadis cantik berumur 18 tahun, gadis yang samar-samar ia ingat sebagai salah satu tokoh antagonis di dalam novel yang pernah ia baca sewaktu bangku kuliah. Namun, nasib gadis itu buruk.
“Karena kau telah memberikanku kesempatan untuk hidup lagi, maka aku akan mengubah takdirmu!” ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 ~ Benang Merah
...Misi : Mengubah akhir cerita, selamatkan Alice Lawrence....
Setelah beberapa saat layar menghilang dan Yosephine masuk dengan beberapa dokter dan perawat dibelakangnya.
.
.
.
Hari bergulir.
Haven masih marah pada Alice, meski Alice sudah meminta maaf tapi pria itu tetap tidak mengacuhkan sahabatnya.
Alice yang merasa tidak enak hati berusaha menyambung kembali hubungan sepasang kekasih itu. Dengan bantuan Lucy dan Kiara, ia membuat sebuah kejutan manis untuk keduanya. Sebuah makan malam romantis di atap kampus.
Padahal atap kampus adalah tempat yang diperuntukkan bagi acara private. Tapi apa yang tidak bagi seorang Alice. Turun tangan sendiri, ia menghias dan memastikan semuanya tertata sesuai keinginan.
Di tempat lain, Oliv sedang berjalan seorang diri di koridor. Tiba-tiba dari belakang ada yang membekap mulutnya dan membawanya masuk ke salah satu ruangan. Kiara lalu keluar lagi hanya untuk memberi jempol pada Alice, sementara Alice hanya menggeleng melihat tingkah gadis itu.
Rencana pertama berhasil, kini saatnya membuat Haven panik. Kelihaian Lucy akan ditunjukkan dalam hal ini. Selang beberapa lama, terburu-buru ia berlari ke lapangan basket, tempat dimana Haven akan menghabiskan waktu setelah pulang kuliah jika senggang.
"Tuan Haven, hah ... hah ..." Ia bahkan sampai tak bisa bicara lagi karena napasnya yang sesak saat berlari.
"Ada apa?" Haven mengerutkan kening, tidak biasanya Lucy menemuinya.
"O-oliv."
"Oliv kenapa? Apa Alice menindasnya lagi?"
"Ti-tidak, bukan begitu. Oliv diculik."
"Apa? Alice benar-benar keterlaluan."
"Eh, bu-bukan Alice."
'Tapi memang Alice.'
"Intinya, Tuan harus ke atap kampus sekarang!"
Setelah mengatakan itu, Lucy pergi dari sana. Tidak ingin tuan muda itu lebih banyak bertanya lagi.
Dan tanpa menunggu lama Haven pun berlari, bahkan melewati Lucy yang ada di depannya. Lucy lalu mengeluarkan ponsel.
Rencana kedua sukses. Tuan Haven dalam perjalanan.
Alice tersenyum, kedua temannya ini memang bisa diandalkan. Ia tatap langit malam di atas sana, sunyi dan tenang dihiasi ribuan bintang yang saling beradu memancarkan cahaya. Ia pejamkan kedua netra biru safir nya, kemudian membiarkan angin malam menyapa lembut wajahnya.
Lilin-lilin berjejer, membentuk tanda cinta melingkari sebuah meja bundar berisi berbagai hidangan mewah yang lezat. Benar-benar suasana yang sangat mendukung. Alice yang berdiri di sana sungguh seperti sebuah lukisan yang indah.
Tidak lama datang Kiara dengan Oliv yang ia tuntun, Alice membuka mata. Pemandangan pertama adalah gadis cantik dengan gaun selutut berwarna peach. Tampilannya lembut dengan hiasan wajah yang tak kalah soft.
'Sangat cantik,' batin Alice dan lagi-lagi mengembangkan senyum indahnya.
Oliv terlihat bingung, matanya ditutupi sebuah kain senada dengan gaun yang ia kenakan. "Apa yang kalian inginkan?" Ketakutan terpancar dari nada takut-takut yang ia lontarkan.
"Nanti kamu juga akan tahu, Olivia Bayle." Alice sengaja mengundur, jika diberitahu sekarang bukan kejutan lagi namanya.
"A-alice, a-aku sudah putus dari Haven. Kami tidak punya hubungan apapun sekarang, ja-jadi kamu jangan ganggu aku lagi. Aku mohon!" ujar Oliv terbata-bata, sungguh ia merasa takut saat ini.
Alice tersenyum, tidak menjawab permohonan itu malah berhitung di dalam hati. 'Satu, dua, ti ... ga.'
"Oliv." Terdengar sebuah teriakan yang menggema. Dalam hitungan detik pintu atap telah terbuka, menampilkan seorang pria berkacamata yang sayangnya terlihat tampan.
Amarah yang sejak tadi memuncak entah menguap kemana. Ketika ia lihat seorang gadis manis tengah berdiri dihadapannya dengan penutup mata yang berusaha ia lepas. Di kiri berdiri Alice yang sedang bersedekap, menampilkan senyum ejekan. Di sisi kanan ada Lucy dan Kiara yang sedang cekikikan.
Tatapannya kembali fokus pada gadis manis pemilik hati, gadis yang telah menatapnya setelah berhasil melepas ikatan. Keduanya saling menyelami dalam waktu lama, seakan saling mengagumi ciptaan sang maha kuasa.
"Hmmm... Hmmm..." Deheman keras akhirnya menjadi pemutus tatapan itu.
Mereka mengalihkan pandangan dengan wajah yang sedikit memerah. Senyum ejekan masih setia nangkring di wajah yang menurut Haven sangat menyebalkan itu.
"Aku sudah lakukan ini dengan susah payah, jangan membuat drama! Dan ... maafkan aku."
Dengan langkah tegapnya ia berlalu, namun terhenti persis di samping sang sahabat. "Manfaatkan ini dengan baik. Maaf, mungkin memang aku yang egois. Setelah ini terserah padamu tentang persahabatan kita selanjutnya," bisiknya lirih dan melanjutkan langkah didampingi Lucy dan Kiara.
Setelah merenung, Alice sadar. Ia memang egois menjadikan orang lain sebagai senjata hanya agar dirinya selamat. Semakin jauh ia melangkah, semakin jauh pula alur melenceng. Kini ia akan mengalir, mengikuti alur yang belum ia tahu dan memberontak bila di rasa tidak mau.
Malam ini ia habiskan bersama para kertas, menyapu pensil di atas benda datar nan tipis itu. Namun kegundahan membuat ia tidak fokus. Satu ruangan sekarang penuh dengan bola-bola kertas yang berserakan.
"Huh, aku jadi tidak fokus begini," keluhnya sembari menyandarkan kepala di atas meja kerja.
Niat hati ingin menenangkan pikiran dengan membuat desain malah menjadikan kepalanya semakin ruwet.
Menyerah, ia bangkit dari posisi itu dan keluar dari sana. Ia butuh sesuatu yang lebih menenangkan.
Berjalan seorang diri dengan menenteng sebuah kantong kresek. Entah kemana tujuan gadis itu.
Dan setelah beberapa lama berjalan, terlihat beberapa ekor kucing yang menyapa. Gadis itu langsung berjongkok dan memberi elusan lembut pada kucing jalanan itu.
"Hey, mau makan ya? Ini aku bawa banyak." Kemudian mengeluarkan isi kantong kresek yang ternyata adalah makanan kucing.
Ya, ini adalah rumah bagi kucing jalanan. Entah siapa yang buat, tapi Alice merasa berterima kasih di dalam hati. Letaknya tidak jauh dari butik, membuat Alice yang sedang berlari sore tidak sengaja menemukannya.
Puas bermain, ia beralih pada sebuah papan tulis berukuran besar. Tempat ia bertukar pesan dengan seseorang yang tidak ia kenal. Tampak papan itu penuh dengan coretan, namun sekali lihat ia sudah mengenali tulisan seseorang itu.
To : Lala
...Jangan terlalu stress, nanti cepat mati!...
Sebuah pesan frontal yang membuat Alice terkekeh. Orang ini memang punya mulut pedas, tapi anehnya Alice merasa nyaman bertukar pikiran dengan orang aneh ini.
Setelah menulis sebuah balasan, gadis itu kembali berkutat pada kucing-kucing yang masih asyik dengan makanannya. Berbicara seorang diri, sembari tersenyum seperti orang tidak waras.
Hampir satu jam lamanya ia di sana. Setelah dirasa hati gundahnya mulai terobati, baru ia pergi dan beranjak dengan langkah pelan. Beberapa menit kemudian datang seorang pria dengan hoodie hitam tebalnya. Sama seperti Alice, ia juga menenteng sebuah kantong kresek.
"Oh, aku terlambat. Sudah ada yang memberi kalian makan ya?" tanyanya sembari membelai kucing-kucing yang acuh tak acuh karena sudah makan hingga kenyang.
Perhatiannya beralih pada papan tulis. Dan seperti Alice, ia bisa mengenali tulisan gadis itu dalam sekali lihat. Mereka memang sepakat membalas pesan di satu titik, agar lebih mudah dicari.
To : Dri
...Karena kau mendoakan aku mati. Jika nanti aku mati, orang pertama yang ku cari adalah kau. Siap-siap lah!...
Pria itu jauh terkekeh, ia lepas topi hoodienya dan terlihat pahatan dewasa yang tampan menghiasi wajahnya. Orang itu adalah Edric.
Entah ia tahu atau tidak siapa gadis yang ia kirimi pesan, tapi ia terlihat senang saat membaca pesan gadis itu. Tapi mengingat ia yang asal ceplos bahwa gadis itu akan cepat mati, sepertinya ia tidak tahu itu adalah Alice. Dan benang merah telah terikat sebagai penghubung diantara keduanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tbc
🌼🌼🌼🌼🌼
Hallo semuanya. Sebelumnya terima kasih telah membaca karya ini sampai di bab yang ke-21. Saya senang sekali karena ada yang nungguin update dari Alice dan Babang Ed🤗🤗🤗. Tapi maaf ya, karya ini belum bisa crazy up. Soalnya kalau pagi dan siang hari saya ada kegiatan, dan biasanya nulis malam kecuali hari libur.
Oh, iya untuk yang berkomentar, saya ada baca komentar kalian semua kok. Maaf ya kalau tidak semuanya saya balas, jujur saja saya orangnya itu intovert. Jadi saat ingin membalas komentar kalian pun, saya bingung harus bilang apa😅.
Sampai jumpa di bab 22👋👋👋.
Salam setaman cinta dari Alice💙💙💙
🌼🌼🌼🌼🌼
tembak tembak tembak
🤣🤣🤣