NovelToon NovelToon
Langit Bumi

Langit Bumi

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Perubahan Hidup / Identitas Tersembunyi
Popularitas:488k
Nilai: 4.7
Nama Author: Abil Rahma

Hafidz tak pernah menyangka jika dirinya ternyata tak terlahir dari rahim ibu yang selama ini mengasuhnya. Dia hanya bayi yang ditemukan di semak dan di selamatkan oleh sepasang suami istri yang dia kira orang tua kandungnya, membuatnya syok dengan kenyataan itu.

Sebenarnya dia tak ingin mengetahui siapa orang tua kandungnya, karena dia merasa sudah bahagia hidup bersama orang tua angkatnya saat ini, tapi desakan sang Ibu membuatnya mencari keberadaan keluarga kandungnya.

Mampukah dia menemukan keluarganya?
Bagaimana saat dia tahu jika ternyata keluarganya adalah orang terkaya di ibu kota? Apakah dia berbangga hati atau justru menghindari keluarga tersebut?


"Perbedaan kita terlalu jauh bagikan langit dan bumi," Muhammad Hafidz.


"Maafin gue, gue sebenarnya juga sakit mengatakan itu. Tapi enggak ada pilihan lain, supaya Lo jauhin gue dan enggak peduli sama gue lagi," Sagita Atmawijaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

Air matanya membanjiri pipi, tak kuasa lagi menyaksikan pengkhianatan sang suami, akhirnya memilih untuk naik ke atas ranjang, berpura-pura tidur. Kejadian itu terjadi berulang kali, bahkan Sinta sudah hafal jika sang suami pulang larut malam, dalam keadaan mabuk.

Sakit sungguh sakit yang dia rasakan, kehilangan anak ditambah dengan pengkhianatan sang suami, membuatnya makin meradang.

"Cerita sama Mama, Mama tahu, kamu pasti sedang dalam masalah, kan?" tebakan Mama tepat sekali, tapi Sinta tak ingin sang Mama mengetahui keburukan anak bungsunya.

"Enggak ada Mah, cuma lagi butuh Mama aja. Mas Refald lagi sibuk mengurus perusahaan, jadi jarang di rumah," terpaksa berbohong, supaya Mama tidak khawatir.

Dia hanya bisa bermanja dengan sang Mama, ketika Mama datang ke rumahnya. Tak bisa lagi bermanja dengan sang suami, ralat bukan tak bisa tapi dia malas karena akan selalu mengingat pengkhianatan suaminya.

"Ma, aku sering mimpi, kalau anak ku masih hidup. Selalu saja mimpi yang sama, sudah terjadi berulang kali. Dia sedang tertawa dalam gendongan seorang ibu yang sangat menyayanginya, apakahn itu pertanda kalau Gifa masih hidup ya Ma?"

Mama menghembuskan nafas panjang, "Dokter sendiri kan sudah bilang kalau dia sudah meninggal, masak iya dokter bohong. Terus kalau belum meninggal sekarang dimana?" Mama tak ingin Sinta berharap lebih dengan anak kembarnya.

"Mungkin ibu rindu dengan putranya," sambung Bik Atun yang saat itu sedang mengganti pakaian Gita.

"Bisa jadi Bik," meski ragu Sinta membenarkan ucapan Bik Atun.

Tapi ternyata hari itu menjadi hari terakhirnya bermanja dengan sang Mama, karena setengah jam setelah kepulangan Mama. Sinta mendapatkan telepon dari Papanya, jika Mama kecelakaan. Keadaan Mama kritis, tapi sopirnya justru hanya mengalami luka lecet.

Air mata kembali berderai, sekuat tenaga menuju rumah sakit dimana Mama dirawat. Dunianya kembali hancur lebur ketika sampai di rumah sakit, melihat Sinta menangis dalam pelukan Papa. Melihat putrinya datang, Papa bergantian memeluk Sinta.

"Mama meninggalkan kita semua Nak, ikhlaskan dia ya, di sana Mama pasti bahagia karena bertemu dengan cucunya," ucap Papa, mencoba tegar dihadapan kedua putrinya, meski sebenarnya hancur sama seperti yang Sinta rasakan.

Sejak kepergian Mama, Sinta menjadi wanita pendiam, dia hanya akan bicara seperlunya saja. Menutup diri dengan siapa pun, bahkan jarang sekali berkumpul dengan keluarga besarnya. Mungkin merasa bersalah atau merasa kesepian karena satu-satunya orang yang bisa mengerti dirinya kini telah tiada. Bahkan dengan adik kembarnya dia juga enggan untuk berbicara, sepertinya Sita juga selalu menjaga jarak, terlihat sejak sang kakak melahirkan mereka jarang sekali bertutur sapa. Tak memiliki kecurigaan apa pun terhadap adik kembarnya itu, ya kecuali yang berhubungan dengan sang suami.

Entah angin dari mana, Renald pulang lebih awal sore ini. Menghampiri Gita yang anteng dalam boks bayinya, mencium pipi gembul bayi imut itu dengan gemas.

"Mau kemana Ma?" kaget melihat sang istri menarik sebuah koper dari walk in closet.

Sinta diam, rasanya sudah tidak nyaman tinggal di rumah ini. Suami yang telah melupakannya dan sang putri, lebih memilih pekerjaan dan selingkuhannya. Sungguh rumah yang dulunya bagaikan istana, kini terasa bak neraka bagi Sinta.

"Mau kemana, Ma?" tanya Renald untuk kedua kalinya, karena tak mendapati jawaban dari sang istri.

Sinta bergeming, sama sekali tak berniat menjawab pertanyaan sang suami. Memilih meraih Gita dan menggendongnya. Semuanya tak luput dari pandangan Renald.

"Kamu dengerin aku enggak!" Renald sudah di puncak kemarahan, karena Sinta terus mengabaikannya.

"Enggak usah pedulikan aku, biarkan kami pergi. Biar kalian bebas melakukan apa pun tanpa gangguan," ucap Sinta tenang, meski hatinya hancur kala mengingat pengkhianatan sang suami.

"Apa maksud kamu? Aku enggak ngerti?" entah pura-pura tidak tahu atau memang tidak tahu apa pun.

Sinta hanya tersenyum kecut. Tak percaya jika suaminya itu tak mengerti maksudnya.

"Aku udah pusing dengan urusan pekerjaan, jangan ditambah beban seperti ini, Sinta!" seru Renald, meluapkan amarah..

"Kamu tahu, gara-gara kamu ceroboh, dan jatuh waktu itu. Perusahaan ku terancam bangkrut, dan itu semua membuatku pusing, tapi kamu malah menambah beban ku saja, dasar tak berguna!" kata-kata Renald membuat ulu hati Sinta kembali teriris, pedih.

Suaminya itu menyalahkan dirinya, dan apa lagi itu, dia beban suaminya? Baru kali ini Sinta mendengar Renald mengucapkan kata-kata yang menyakitkan baginya. Menyeka air mata yang jatuh, lalu meraih koper dan meninggalkan kamar tersebut. Sudah tak tahan berada di rumah bak neraka ini.

Baru saja ke luar dari kamar, ternyata Sita ada di depan pintu kamarnya. Dia hanya menoleh sekilas, malas berhadapan dengan adik yang sudah mengkhianatinya.

"Sita! Jangan biarkan Kakakmu membawa Gita!" Seru Renald dari dalam kamar, sepontan Sita menarik sang Kakak, lalu merebut paksa Gita dari gendongan Sinta, dan berhasil. Membawa masuk bayi itu ke dalam kamarnya, tak lupa mengunci kamar tersebut.

Sinta, menggedor pintu kamar adiknya, tapi tak ada sautan dari dalam, hanya tangisan Gita yang dia dengar. Tak mungkin pergi meninggalkan Gita bersama manusia tak memiliki perasaan itu. Akhirnya dia kembali ke kamar, menangis sejadinya di sana.

Sejak saat itu, Sinta tak peduli dengan keadaan sekitar. Bahkan jarang sekali mengasuh Gita, wanita itu hanya duduk di kamar. Terkadang menangis sendiri tanpa sebab, kadang juga tertawa sendiri, bahkan yang lebih parah marah-marah tak jelas sambil memecahkan semua isi kamar. Membuat Renald mengungsikan istrinya di paviliun belakang.

Terpaksa menyeret sang istri yang meronta ingin dilepaskan, dengan bantuan Sita akhirnya mereka berhasil mengurung Sinta dalam paviliun tersebut.

"Kenapa tidak dibawa ke dokter saja Pak?" tanya Bik Atun ketika melihat Tuannya baru dari paviliun yang letaknya di belakang rumah.

"Enggak ada biaya Bik, perusahaan sedang dalam kondisi memprihatinkan," jawab sang Tuan rumah seakan tanpa beban.

Tentu saja Bik Atun tercengang mendengar ucapan Tuannya. Tapi apa yang bisa dia lakukan, tentu saja tak ada. Hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Nyonyanya.

"Bik Atun jangan bilang masalah ini sama Papa, bilang aja kalau Sinta depresi tapi enggak mau diajak ke dokter," Renald memperingati.

Meski ragu Bik Atun pun mengiyakan perkataan sang majikan. Dan benar saja, dua hari kemudian Bapak Hartanto datang, dia terkejut melihat putrinya berada di rumah belakang, penampilan yang acak-acakan dan betapa terkejutnya dia saat mendekat, Sinta justru seakan ingin melahapnya hidup-hidup, berteriak, melempar benda apa pun di dekatnya, membuat pria itu mundur teratur.

"Biarkan Sinta sementara di sana, Papa enggak mau reputasi perusahaan yang selama ini Papa bangun anjlok gara-gara salah satu anaknya stres," ucap Hartanto pada Renald, ternyata keduanya sama-sama gila harta.

Tentu saja Renald serasa mendapat angin segar, tadinya takut, karena sudah mengurung anaknya tanpa seijin dirinya.

"Papa enggak habis pikir sama Sinta, jelas-jelas anaknya sudah meninggal, tapi dia tidak pernah percaya, mikirin anak yang sudah mati aja sampai stres gitu." Papa menggelengkan kepa tak habis pikir.

Ternyata Papa mendapatkan cerita karangan itu dari Sita, yang tadi sengaja datang ke rumahnya.

Sinta selalu seperti itu setiap ada yang mendekat, melempar semua benda disekitarnya, kecuali Bik Atun yang sering kali menggendong Gita menemui sang Mama, kalau menceritakan hal-hal absurd.

Bersambung.....

🍁🍁🍁

1
Reksa Nanta
sebenarnya ini sekolahnya Ziva atau Revan ?
Reksa Nanta
BUMN tidak menjual saham
Reksa Nanta
tunggu sampai Ziva dewasa
Reksa Nanta
KKN dan Praktek Kerja Lapangan itu dua hal yang berbeda.
Reksa Nanta
anak yang merundung anak lain kebanyakan adalah anak yang sering dirundung oleh orang tuanya sendiri.
Reksa Nanta
Adrian masih bebas berkeliaran padahal Sita sudah mendekam di penjara .
Reksa Nanta
apartemen atau kost elite ?
Reksa Nanta
sebenarnya nama sopir yang mengantar Sita membuang bayi itu namanya Karno atau Tio ?

karena di bab awal seingatku nama sopirnya Tio, dan setelah itu disuruh kerja ke Padang.
Reksa Nanta
bukankah pak Karno mau menikah dengan bik Atun ? kok sudah punya anak ?
Reksa Nanta
di rumah sakit jiwa sudah pasti ada psikolog yang menangani. tapi jika mamanya sudah hilang semangat, proses penyembuhan depresinya memang akan sulit
Reksa Nanta
si Renaldi pasti sekongkol dengan tantenya Hafidz.
Reksa Nanta
apa iya belum ada google translate ?
Reksa Nanta
ingin segera memastikan tapi selalu tarik ulur keadaan.
Reksa Nanta
putri seorang konglomerat dibiarkan membawa mobil sendiri tanpa pengawalan ? ini agak aneh.
Reksa Nanta
kenapa kamu Gita ?
Cesar Manuel Ris Costa
kakak atau kakek thor?
Reksa Nanta
biasanya kamar para pekerja ada di bagian belakang rumah utama.
Reksa Nanta
ternyata kembarannya perempuan to
Reksa Nanta
tinggal memikirkan biaya hidupnya. biaya hidup di ibukota tinggi.
Reksa Nanta
sebaiknya dicari. takutnya dia punya adik kandung perempuan lalu terjebak pernikahan sedarah.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!