Arin adalah perempuan sederhana, manis tapi cerdas. Arin saat ini adalah salah satu mahasiswi jurusan tehnik kimia di fakultas tehnik negeri di Bandung. Orang tua Arin hanyalah seorang petani sayuran di lembang.
Gilang adalah anak orang terpandang di kotanya di Bogor, ia juga seorang mahasiswa di tempat yang sama dimana Arin kuliah, hanya Gilang di jurusan elektro fakultas tehnik negeri Bandung.
Mereka berdua berpacaran sampai akhirnya mereka kebablasan.
Arin meminta pertanggung jawaban dari Gilang namun hanya bertepuk sebelah tangan.
Apakah keputusan Arin menjadi single mom sudah tepat? dan seperti apakah sikap Gilang ketika bertemu putrinya nanti?
Yuuk kita ikuti alur ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yance 2631, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Juara 1
Tiba di rumah Arin, Gilang turun mengantar putrinya ke dalam rumah...
"Assalamualaikum, .."sapa Alina., "Waalaikumsalam.. "ujar Arin sambil berjalan ke depan menghampiri mereka berdua.
"Rin, aku pamit ya.. Eneng nggak minum es kok," ujar Gilang. "Iya Lang, makasih... "ujar Arin singkat. Gilang pun lalu kembali ke mobilnya dan pulang ke rumahnya.
Alina pun masuk ke dalam kamar, ia lalu berganti pakaian dan setelah itu ia pun tertidur.
Minggu malam.. Gilang sudah berada di kediaman Arin untuk mengantar Alina ke bandara Soekarno-Hatta. Gilang tampak sedang memasukkan barang-barang Alina ke dalam kopernya, juga buku-buku untuk dibawa ke Korea Selatan. Arin tidak ikut ke bandara karena harus membuat soal materi kuliah untuk mahasiswanya.
"Ambu, Eneng pamit ya.. doain ya eneng selamat dan jadi juara nanti" ujar Alina, Arin pun memeluk putrinya dengan mata berkaca-kaca. "Baik-baik ya nak disana, jaga diri, ambu pasti doakan yang terbaik, passport Eneng mana?" tanya Arin.
"Passport di pegang bu Nita ambu, "ujar Alina. Arin pun mengangguk. Alina mencium punggung tangan Arin dan mencium kedua pipi Arin.
"Eneng sayang ambu" ujar Alina, "Iya Neng ambu juga sayang sekali sama Eneng, hati-hati dijalan ya.. see you.." ujar Arin sambil melepas kepergian putrinya.
"Rin, pergi dulu ya.. "ujar Gilang. "Iya Lang, titip eneng ya, hati-hati di jalan" ujar Arin.
Gilang mengemudikan mobil menuju sekolah Alina di jalan Sumatra. Tampak beberapa guru dan panitia sudah siap untuk berangkat mendampingi Alina, tidak lama kemudian mereka berangkat menuju bandara Soekarno-Hatta tangerang.
Tiba di bandara, Gilang berjalan merangkul bahu Alina sambil membawa barangnya, dan berpesan "Neng, jangan minum es ya.. jaga diri baik-baik, ayah sayang sama eneng" ujar Gilang sambil menunggu Alina dan tim sekolah boarding ke pesawat.
"Iya ayah, eneng juga sayang sama ayah.." ujar Alina sambil memeluk erat tubuh Gilang yang berbadan besar dan tegap ini.
Tanpa sepengetahuan Gilang.. Devi, mantan istri Gilang melihat dan mengawasi interaksi Alina dan Gilang dari jarak yang tidak begitu jauh, "ABG itu apanya si Gilang sih.. peluk peluk segala gitu?" gumam Devi dalam hati.
Devi sendiri akan pergi ke Singapore sendirian dan kebetulan berjumpa di gate yang sama dengan Gilang. Devi pun melihat Alina mencium punggung tangan Gilang.. dan juga melihat atribut sekolah serta guru-guru yang mengantar.
"Hmm, ini siapanya si Gilang ya?", nggak mungkin sih kalau dia anak.. cerai sama gue juga 7-8 tahun lalu, masa udah SMP?" gumam Devi yang kepo berat.
Tak lama Gilang melihat pesawat Korean Airline yang dinaiki Alina take off, Gilang pun berjalan pulang.
Saat itu Devi pun buru-buru mengejar Gilang yang sedang menuju coffee shop, bersama salah satu guru Alina.. "Aak Gilang?" sapa Devi, "Eeh Dev, kok disini?" ujar Gilang dengan nada datar.
"Aak dari mana?" tanya Devi, "Dari sana Dev.. "ujar Gilang sambil menunjuk ke arah gate boarding pemberangkatan sebelumnya.
"Aak sehat ?" ujar Devi. "Alhamdulillah sehat.. sorry Dev aku buru-buru nih" ujar Gilang sambil berjalan bersama gurunya Alina.
Devi pun mengangguk.
"Hm, kalau gue malam ini nggak pergi pasti udah gue ikutin tuh si Gilang" gumam Devi, lalu ia pun boarding untuk segera naik pesawatnya.
Alina dan tim sekolah baru saja landing di Incheon International Airport Korea Selatan, Alina yang sudah lancar berbahasa Korea dengan mudah berinteraksi dengan teman teman sebayanya disana. Tiba di hotel Alina dan tim beristirahat sejenak.
Alina selain cantik terlihat sudah rapi dengan atribut sekolahnya, dengan di dampingi oleh guru dan timnya Alina memasuki arena ruangan Olimpiade Matematika.
Alina tidak lupa untuk berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal-soal matematikanya, dan.. Olimpiade Matematika pun di mulai.
Olimpiade Matematika di babak pertama inipun selesai, Alina masuk ke babak berikutnya. Guru dan timnya memberikan pengarahan kepada Alina.
Keesokan harinya, Olimpiade Matematika hari ke 2 di mulai, dengan 'Bismillah' Alina mengerjakan soal-soalnya tanpa keraguan, Alina memang sangat menggemari Matematika.. dia juga mengerjakan soal dengan mood yang bahagia sehingga hasilnya memuaskan.
Dan sampailah akhirnya Alina berhasil masuk babak final. Alina bersyukur tidak mengira ia berhasil melampaui peserta lainnya, dari berbagai negara.
Malam in di kamar hotel, Alina terlihat sedang mengerjakan sholat malam tahajud, witir dan juga membaca Al Qur'an.
"Sudah jam 4 pagi nak, ayo tidur lagi.. kamu harus fresh besok" ujar guru Alina yang satu kamar dengannya. "Siap bu.. "ujar Alina, lalu tidur sebentar menunggu waktu subuh.
Pagi ini Alina sudah siap dengan baju batik andalan sekolahnya, dengan langkah mantap dan 'bismillah' Alina mulai mengerjakan soal matematikanya dengan lancar tanpa kendala.
World Math Olympic atau Olimpiade Matematika Internasional yang di ikuti oleh 17 negara ini pun telah selesai, dan di babak final hanya di ikuti oleh 3 peserta saja termasuk Alina.. yang berasal dari Indonesia.
Waktu pun berjalan, setelah menunggu hampir 3 jam panitia lomba mulai mengumumkan pemenangnya.
ALINA berhasil mendapatkan predikat juara 1 Korean World Math Olympic atau Olimpiade Matematika Dunia.
Lagu Indonesia Raya berkumandang dengan kibaran bendera merah putih di ruangan lomba, Alina sujud syukur dan air mata membasahi pipinya, peluk cium dari guru dan tim dari Indonesia.
Di Bandung, Arin mengucap syukur karena cepat mendapat kabar keberhasilan Alina dari guru dan tim Indonesia, ..
"Ibu Arin yang terhormat.. kami ingin mengabarkan berita yang bahagia, alhamdulillah Alina berhasil meraih juara 1 di Olimpiade Matematika Internasional di Seoul Korea Selatan, mengalahkan 16 negara peserta lainnya, Selamat ya bu Arin"..
begitu isi pesan yang di dapat dari gurunya Alina.
Arin pun cepat mengirim isi pesan itu kepada Gilang, tampak Gilang terkejut.. dan tak henti-hentinya Gilang bersyukur.
Begitulah berita kesuksesan Alina yang membawa nama bangsa cepat tersebar di media online dan televisi.
Pak Bagja dan bu Leni sangat bahagia dan bangga atas prestasi Alina, "Mami beruntung punya cucu Alina.. dia begitu membanggakan kedua orang tuanya, keluarganya bahkan seluruh rakyat Indonesia.." ujar bu Leni.
Pak Bagja pun mengangguk.
Alina , sebagai juara 1 selain mendapatkan medali emas Alina juga mendapatkan hadiah uang sebesar $10000 dan beasiswa untuk belajar di UCLA University of California Los Angeles di amerika serikat.
Tentu saja Alina sangat bahagia dengan apa yang dicapainya, karena memang impiannya untuk kuliah ke luar negeri akan terwujud.
Sebelum pulang ke Indonesia, Alina, guru dan tim berwisata keliling kota Seoul.. hingga akhirnya mereka sudah berada lagi di Incheon International Airport, setelah menunggu boarding akhirnya mereka take off menuju bandara internasional Soekarno-Hatta tangerang Indonesia.
Gilang sejak sore sudah berada di bandara Soekarno-Hatta untuk menjemput Alina, tampak Gilang saat ini sedang duduk di sebuah coffee shop.. "Mm, nggak sabar rasanya gue pingin ketemu Alina, alhamdulillah ya Allah" gumamnya dalam hati.
Lalu terdengar.. 'ting tung ting tong' pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA.712 telah landing di bandara Soekarno-Hatta tangerang, mendengar itu Gilang langsung berdiri berjalan menuju pintu kedatangan terminal 3..
"Ayaaaaah .. " terdengar suara Alina memanggilnya, lalu terlihat putrinya berlari, Gilang dengan cepat memeluk Alina, "Anak ayah alhamdulillah.. Selamat nak, selamat ya sayang ayah bangga sekali, kamu cintanya ayah" ujar Gilang sambil mencium pipi Alina.
"Selamat ya pak Gilang, nanti Alina akan di undang mentri pendidikan untuk penerimaan beasiswa SMAnya, tapi itu terserah Alina sendiri" ujar guru Alina.
"Iya terima kasih bu, "ujar Gilang. "Alina mau pulang ke Bandung? atau masih di Jakarta?" tanya gurunya, "Saya pulang ke eyang dulu bu disini di Jakarta" ujar Alina. Guru Alina pun mengangguk.
Setelah berbincang hangat sebentar dengan guru Alina dan tim, Gilang pun pamit pergi.
Tampak raut muka bahagia terpancar dari Gilang, "Mau ayah gendong nggak?" canda Gilang, "iiiih apaan sih ayah, enengkan sudah besar masa di gendong?" ujar Alina, "iya deh, tapi kamu kan capek nak.. "ujar Gilang sambil mendorong koper dan barang lainnya, sedangkan Alina hanya membawa tas ransel kecil.
Gilang dan Alina sudah dalam perjalanan di tol menuju rumah eyangnya. Alina tampak tertidur karena capek hingga tiba di kediaman pak Bagja,
Gilang tidak tega membangunkan putrinya jadi Gilang memutuskan untuk menggendongnya seperti masa kecilnya dulu.. dengan sabar di Alina di tidurkan di kamar tamu yang di dekor dengan tema kesukaan Alina di rumah eyang Bagja dan eyang Leni.
"Eh Lang, udah pulang? Alina mana?" tanya bu Leni yang baru terbangun. "Sudah, baru aja.. cucu mami ada di kamar tamu dia ketiduran tadi di mobil, sepatunya belum di buka" ujar Gilang.
"Capek anak ini Lang.." ujar bu Leni, "Mm iya mam, dia belajar maksimal mam, Arin mengajarnya disiplin banget, alhamdulillah hasilnya sekarang ini, dia world champion mam!, aku ke atas dulu mam, ngantuk.." ujar Gilang.
"Ya sudah, mami disini aja sama Alina temani dia..." ujar bu Leni, lalu rebahan di samping Alina.
Bu Leni tampak memandangi wajah Alina saat tidur, "Persis seperti Gina.. cantik.. pintar" gumam bu Leni, lalu mencoba memejamkan mata.
Terdengar sayup suara adzan subuh, Alina terbangun dan menyadari dirinya ada di kamar yang asing, oh iya ini di rumah eyang, "Eyang.. eyang.. "Alina melihat eyang Leni masih tertidur.
"Eyang.. bangun.." ujar Alina memanggil eyangnya. "Eyang sudah bangun kok.. "ujar bu Leni.
"Eneng mau sholat subuh, eneng mau mandi eyang.." ujar Alina. "Iya, iya.. mandi kamar eyang saja, ini baju gantinya, itu handuknya" ujar bu Leni yang sudah menyiapkan keperluan Alina cucunya dari semalam.
"Terima kasih eyang,.. " ujar Alina sambil memeluknya sebentar, lalu berjalan mengikuti bu Leni.
*************