Kanaya Cempaka, seorang gadis yang sering menjadi target buli dan selalu dihina parasnya yang tidak cantik, culun, hitam, penuh jerawat dan jangan lupa kacamata tebal yang dipakainya menambah kesan kejelekan Kanaya yang hakiki.
Jonathan Dharsono, pria tampan yang sangat membenci Kanaya. Hampir setiap hari Jonathan menghina dan membuli Kanaya dengan kejamnya.
Akibat hinaan dan bullyan yang diterima Kanaya, membuat Kanaya bertekad untuk merubah takdirnya dengan cara merubah penampilannya.
Bagaimanakah reaksi Jonathan saat bertemu kembali dengan Kanaya yang sudah berubah menjadi sangat cantik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saatnya Balas Dendam
🍁
🍁
🍁
🍁
🍁
Kanaya sungguh sangat bingung, dia bisa melihat ketulusan dimata Jonathan tapi tetap saja Kanaya ingin membalaskan dendamnya dulu baru dia akan memaafkan Jonathan.
Kanaya terlihat memikirkan sesuatu, hingga akhirnya senyumannya pun mengembang di wajah cantiknya itu.
"Saatnya balas dendam, tunggu pembalasan dendam dari aku Kak Jo kalau dulu aku sangat sakit hati mendapatkan perlakuan kejam darimu, sekarang kamu juga harus merasakan sakit hati itu melebihi dari sakit hati yang sudah kamu berikan kepadaku," gumam Kanaya dengan senyumannya.
***
Keesokan harinya....
Semuanya sudah berkumpul di meja makan, Kanaya menuruni anak tangga dengan senyumannya yang mengembang.
"Pagi semuanya!"
"Pagi, wah kamu ceria sekali Ay...ada apa nih?" sahut Gina.
"Sepertinya ada yang terjadi tadi malam," goda Wati.
"Ih apaan sih Bibi, tidak ada yang terjadi kok."
Semuanya tersenyum melihat wajah Kanaya yang berubah menjadi merah itu.
"Aya, kamu dan Gina ikut mobil Mamang saja."
"Tidak Mang, kebetulan ini masih pagi Aya sama Gina naik bus saja seperti biasa, iya kan Gin?"
"Aku mah terserah kamu saja," sahut Gina.
"Ya sudah, kalau begitu Mamang pergi duluan."
"Iya Mang."
Kanaya dam Gina pun pamit kepada Wati, disaat Kanaya membuka gerbang ternyata Jonathan pun baru saja mengeluarkan mobilnya.
Sejak kejadian tadi malam, Jonathan memutuskan untuk menginap di rumah Pamannya. Kedua mata itu saling bertemu dan Kanaya langsung memalingkan wajahnya.
"Loh, kok Kak Jo ada disini?" tanya Gina.
"Iya Gin, ini rumah Pamanku."
"Iyakah? sungguh kebetulan sekali ya."
"Kalian mau berangkat ke Pabrik?" tanya Jonathan.
"Iya Kak Jo," sahut Gina.
"Bagaimana kalau bareng saja, kebetulan pagi ini aku juga mau ke Pabrik bertemu dengan Rama."
"Tidak usah, ayo Gin kita naik bus saja!" ajak Kanaya dengan menarik tangan Gina.
Kanaya berjalan bersama Gina menuju halte dan ternyata busnya sudah pergi.
"Yaahhh...kok busnya sudah pergi sih," kesal Kanaya.
Jonathan yang memang dari tadi memelankan mobilnya terlihat menyunggingkan senyumannya.
"Terima kasih Ya Alloh, engkau sudah memberikanku kesempatan untuk bisa bersama Kanaya," gumamnya.
Jonathan pun menghentikan mobilnya di depan Kanaya dan Gina.
"Sudah ayo bareng sama aku saja, nanti telat loh masa karyawan teladan telat sih," goda Jonathan.
Kanaya hanya cemberut dan Gina pun tidak bisa berkata apa-apa lagi, keputusan ada ditangan Kanaya. Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya tanpa bicara sedikit pun Kanaya membuka pintu belakang mobil Jonathan dan duduk disana bersama Gina.
Jonathan ingin bicara tapi dia takut Kanaya akan keluar lagi dari mobilnya. Jadi Jonathan memilih diam, walaupun Kanaya duduk di belakang tapi setidaknya ada kemajuan kalau Kanaya mau naik ke dalam mobilnya.
Dengan senyuman yang mengembang, Jonathan pun mulai melajukan mobilnya menuju Pabrik. Tidak membutuhkan waktu lama, mobil Jonathan pun sampai di depan Pabrik dan bersamaan dengan kedatangan mobil Rama.
"Jo..."
"Hallo Bro!"
Kanaya dan Gina pun keluar dari dalam mobil Jonathan membuat Rama mengerutkan keningnya.
"Loh Nay, kok kamu bisa satu mobil dengan Jo?" tanya Rama.
"Tadi kebetulan ketemu di jalan, soalnya bus yang biasa aku tumpangi tadi keburu pergi," sahut Kanaya.
"Oh begitu."
"Kalau begitu kita masuk duluan," seru Kanaya.
Kanaya dan Gina pun masuk ke dalam Pabrik, Gina bekerja di bagian produksi bersama Kanaya karena Gina sama-sama hanya lulusan SMA.
"Gin, kamu bekerja disini nanti kalau ada yang macam-macam sama kamu, kamu bilang aja sama aku."
"Siap Ay."
Puri dan Susi hanya mendelikan matanya ke arah Kanaya dan Gina, Kanaya menujueja kerjanya dan memulai pekerjaannya. Sementara itu, Rama dan Jo pun masuk ke dalam Pabrik.
Rama dan Jo serempak melihat ke arah Kanaya, kedua pria tampan itu sama-sama menyunggingkan senyumannya tapi tidak ada yang tahu satu sama lain.
Disaat Rama sudah berjalan duluan di depan, Kanaya mengangkat wajahnya dan menoleh ternyata dari kejauhan Jonathan sedang melihatnya. Jonathan melambaikan tangannya kemudian mengedipkan sebelah matanya membuat Kanaya membelalakan matanya.
"Apaan sih?" gumam Kanaya.
Kanaya kembali fokus dengan pekerjaannya dan Jonathan pun melanjutkan langkahnya menuju ruangan Rama.
Jonathan sudah bertekad akan terus mendekati Kanaya, kalau keras dibalas keras tidak akan ada hasilnya tapi kalau keras dibalas dengan kelembutan dan kesabaran, Jonathan yakin Kanaya akan luluh juga.
***
Waktu pun berjalan dengan cepat, satu bulan sudah Jonathan ada di Jakarta dan saat ini dia pun sudah bekerja di perusahaannya.
Rama mendekati Kanaya yang saat ini sedang fokus bekerja.
"Nay..."
"Pak Rama, ada apa Pak?"
"Nay, aku sudah menunggu satu bulan dan kamu belum memberikan jawaban atas permintaanku waktu itu."
Kanaya terdiam, benar saja Kanaya lupa akan ungkapan cinta Rama dan dia belum menjawabnya sampai saat ini.
"Ya sudah, nanti malam Pak Rama bisa datang ke rumah Mamang Sopandi, aku akan memberikan jawabannya."
"Baiklah, nanti malam aku datang ke rumah," sahut Rama dengan senyumannya.
Rama pun akhirnya pergi meninggalkan Kanaya dengan hati yang berbunga-bunga, dia yakin kalau Kanaya akan menerimanya.
Malam pun tiba...
"Teh, Teh Aya!" teriak Sisi.
"Iya ada apa Sisi?"
"Tuh, diluar ada Pak Rama," ketus Sisi.
"Oh iya, terima kasih Si."
Kanaya pun segera berlari turun ke bawah, Sisi hanya bisa cemberut. "Kenapa sih semua orang suka sama Teh Aya? padahal aku juga tak kalah cantik sama Teh Aya," gerutu Sisi.
Kanaya menuju teras rumah dan ternyata Rama sudah menunggu di kursi yang ada di teras rumah Mamangnya itu.
"A, maaf ya ngobrolnya disini saja soalnya kalau di dalam aku ga enak sama Bibi dan Mamang."
"Iya ga apa-apa."
Sesaat terjadi keheningan, tidak ada yang berbicara.
"Jadi apa jawabannya, Nay?" tanya Rama.
Rama menatap Kanaya dengan penuh harap, sedangkan Kanaya masih terlihat menundukan kepalanya. Hingga tidak lama kemudian, Kanaya pun mengangkat wajahnya dan tersenyum ke arah Rama.
"Iya A, aku terima."
"Hah...apa? coba ulangi lagi."
"Aku terima."
"Serius Nay?"
Kanaya menganggukan kepalanya dengan senyum dipaksakan. Berbeda dengan Rama yang terlihat sangat bahagia, Rama meraih tangan Kanaya dan menciumnya berulang-ulang membuat Kanaya merasa tidak enak hati.
"Terima kasih Nay, sumpah malam ini aku sangat bahagia."
Kanaya lagi-lagi hanya menunjukan senyum yang dipaksakan, entah kenapa hatinya merasa bersalah karena sudah menerima vintanya Rama padahal dihatinya sama sekali tidak ada perasaan cinta untuk Rama, tapi kalau tidak diterima kasihan juga karena Rama sudah terlalu baik kepada Kanaya.
Setelah beberapa saat berbincang-bincang, akhirnya Rama memutuskan untuk pulang. Rama pulang dengan membawa kebahagiaan yang sangat luar biasa, ternyata penantiannya selama ini tidak sia-sia.
"Maafkan aku, A," batin Kanaya.
Sepeninggalnya Rama, Kanaya masih terduduk di kursi yang ada di teras. Kanaya tampak melamun, entah apa yang sedang dia pikirkan.
"Kanaya...."
Kanaya langsung tersentak saat mendengar ada seseorang yang memanggil namanya, dan Kanaya lebih terkejut lagi saat melihat Jonathan sudah ada di hadapannya dengan membawa buket bunga.
"Kak Jo, ngapain kamu kesini?"
"Maaf, aku sudah lancang masuk tanpa izin tapi tadi aku sudah beberapa kali mengucap salam tapi kamu tidak menjawabnya malah sibuk melamun. Memangnya apa yang sedang kamu lamunkan?"
"Bukan urusanmu," ketus Kanaya.
Jonathan tersenyum dan memberikan buket bunga yang cantik itu kepada Kanaya. "Ini bunga untukmu."
Kanaya melihat buket bunga itu lalu bergantian melihat wajah Jonathan yang saat ini sedang tersenyum manis kepadanya.
"Untuk apa pakai bawa bunga segala?"
"Untuk kamulah, kan kalau datang ke rumah calon pacar harus bawa bunga biar dia mau menerimanya."
"Cih, percaya diri sekali anda."
"Jelaslah, karena aku orangnya sangat percaya diri dan aku yakin kalau kamu mau memaafkanku dan menerima aku sebagai pacar kamu," seru Jonathan.
Kanaya menatap Jonathan dan berpikir sejenak, "Pacar, dia ingin menjadi pacarku? baiklah kalau ini keinginanmu, aku akan balaskan dendamku dengan cara mempermainkan perasaanmu biar kamu tahu bagaimana rasanya sakit hati," batin Kanaya dengan senyumannya.
Jonathan melihat Kanaya yang tersenyum merasa kalau kali ini Kanaya akan memaafkannya. Dengan cepat Kanaya mengambil buket bunga dari tangan Jonathan membuat Jonathan terkejut sekaligus bahagia.
"Oke, kali ini aku maafkan kamu lagipula aku sudah capek terus dibayang-bayangi masalalu."
"Serius Nay? kamu maafin aku?"
"Iya."
Jonathan ingin memegang tangan Kanaya tapi dengan cepat Kanaya menarik tangannya. "Aku memang sudah memaafkanmu, tapi bukan berarti kamu boleh seenaknya pegang-pegang aku."
"Oh iya maaf-maaf, saking senangnya aku jadi khilaf," sahut Jonathan dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ya sudah, ini sudah malam sebaiknya sekarang kamu pulang soalnya aku sudah ngantuk," ketus Kanaya.
"Oh iya maaf, kalau begitu aku pulang dulu selamat istirahat semoga kamu mimpi indah."
"Hmm..."
Jonathan pun melangkahkan kakinya dan masuk ke dalam mobilnya kemudian Jonathan mulai melajukan mobilnya meninggalkan rumah itu.
Setelah dirasa Jonathan sudah pergi, Kanaya pun melangkahkan kakinya menuju tempat sampah lalu Kanaya membuang buket bunga itu ke tempat sampah.
"Saatnya balas dendam dimulai," gumam Kanaya dengan senyumannya.
🍁
🍁
🍁
🍁
🍁
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
andaikan ibunya Kanaya tau ramuan herbal misal daun beluntas untuk ngilangin bau bdan setidaknya gak parah - parah amat , biasanya di desa ada tanaman itu