Berniat memasang alat penangkap ikan, Zena malah menemukan sesosok pria yang pingsan di tepi sungai, lantas ia dan neneknya menolong pemuda tersebut.
Suatu hari pria yang bernama Satya itu ingin membalas kebaikan orang yang telah menyelamatkannya, namun siapa sangka yang dilakukannya malah berujung petaka.
Membawa pada sebuah kesalahpahaman yang mengharuskan Zena dan Satya menikah hari itu juga.
Setelah pernikahan, Satya memperlakukan Zena dengan sangat baik hingga hal itu perlahan membuat sang istri jatuh cinta.
Namun suatu kebenaran membuat Zena harus menelan pil pahit, karena Satya ternyata sudah punya kekasih.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apakah perasaan Zena akan terbalas? atau dia hanya menjadi peran antagonis di kisah cinta suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dara Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari ganti 2
"Ciiit!" Setelah keluar dai badan jalan Satya segera menginjak rem dan mobil pun berhenti, nafas keduanya memburu.
"Astagfirullah," ucap Zena dengan jantung seperti mau melompat dari tempatnya.
"Kucing sialan!" umpat Zena.
"Hati hati Bang jangan melamun makanya!" Tambahnya kesal, Satya hampir saja membawanya ke alam baka.
"Maaf." ucapnya.
Setelah cukup tenang, Satya kembali menjalankan mobilnya.
"Kalau di pikir pikir sikap mama itu sama seperti nenek." Mengeluarkan apa yang ada di benaknya sejak tadi hingga tak terlihat ada kucing yang menyebrang.
"Nenek siapa?" Tiba tiba otaknya kosong.
"Neneknya tukang sate!"
"Ha?"
"Ya nenek kamu lah!" Ketusnya sambil fokus menyetir, kali ini Satya lebih hati hati.
"Oh." Hanya itu kata yang keluar dari mulut Zena menanggapi ucapan sang suami.
"Oh saja?"
"Lha terus aku harus apa Bang? Bilang wow begitu?"
"Terserah!" Menghela napas.
"Fokus saja nyetir Bang! jangan seperti tadi aku belum mau mati, banyak mimpi yang belum ku wujudkan."
"Lagi pula aku belum menemukan orang yang mencintaiku, aku juga belum memiliki keturunan, belum selesai pendidikan bahkan mulai saja belum, belum memiliki rumah, pekerjaan dan banyak lagi yang belum terwujud." Cerocos gadis itu.
Satya hanya diam mendengar celotehan Zena yang seperti suara tawon menurutnya, sungguh menganggu indra pendengaran.
"Nyuruh fokus tapi dia malah dia ngomong terus." Melirik Zena sekilas lalu kembali fokus ke jalan.
Tak lama kemudian mereka sampai di toko tanaman langganan mama Alisha, pasangan suami istri itu langsung masuk dan menanyakan bunga yang di inginkan sang mama pada salah satu pegawai di sana.
"Mba ada kembang janda perawan?" ucap Zena tidak serius membuat si pegawai melongo.
"Maafkan adik saya Mba, dia memang suka bercanda." Satya menimpali seraya mencubit tangan Zena.
Hati Zena berdenyit mendengar Satya mengatakan jika ia adalah adiknya, entah mengapa ia merasa sedikit tidak terima.
"Tidak apa apa pak, Mba nya lucu." Si pegawai tersenyum.
"Kembang Janda bolong ada Mba?" tanya Satya.
"Ada pak, mau yang jenis apa?"
"Memangnya ada jenis apa saja Mba?" sahut Zena.
"Tinggal yang jenis Monstera Dubia, Mini Monstera, Monstera Adansonii dan Monstera Variegata, mau yang mana?"
Satya mengumpat dalam hati mengetahui jika kembang daun bolong bolong tersebut banyak jenisnya sementara dirinya tidak tahu kembang jenis apa milik sang mama.
"Busyet banyak amat! Sudah seperti gorengan saja banyak macam."
"Sudah diam saja!" bisik Satya dengan nada kesal.
"Siap pak suami!" Zena keceplosan lalu membekap mulutnya menggunakan tangan, Satya cuek saja.
"Yang seperti apa ya Mba, saya tidak mengerti."
"Silahkan di lihat saja sendiri pak." Pegawai tersebut mengarahkan Zena dan Satya ke tempat bunga yang di cari.
Keduanya melongo melihat dedaunan yang bolong dengan berbagai jenis, namun yang seperti punya mama Alisha tidak ada, Zena tak melihatnya.
"Wanita memang makhluk aneh, suka memelihara daun daun yang tidak jelas seperti ini" Batin Satya memandangi kembang janda bolong."
Bang, yang seperti punya mama tidak ada." ucap Zena pelan sebelum Satya bertanya.
"Yang benar, coba lihat lagi betul betul."
"Beneran tidak ada."
"Kita beli saja salah satunya, kan sama sama bolong juga." Usul Zena.
"Mama tidak akan mau menerimanya, aku tahu betul sifat mama."
"Lalu bagaimana?"
"Kita cari di tempat lain."
"Bagaimana Mba?" tanya pegawai tersebut melihat pasutri tersebut bisik bisik berdiskusi.
"Oh, ada yang lain lagi tidak Mba?" Kata Satya seraya matanya melihat kesana kemari seakan tau bentuk tanaman yang di cari.
"Tidak ada Pak, tinggal ini saja."
"Oh tidak jadi Mba, terima kasih," ucap Satya menarik Zena keluar dari toko tersebut.
"Bapaknya cari yang jenis apa?" Pegawai tersebut mengikuti langkah Satya dan Zena, sepertinya ia belum menyerah sebelum pelanggan membeli bunganya.
"Saya juga tidak tau Mba."
Pegawai tersebut menghentikan langkahnya, ia jadi bingung pada dua pasangan yang masuk ke dalam toko. Sedari tadi mencurigakan bisik bisik, lirik sana sini namu tidak jadi beli.
"Apa mereka perampok?" bisik hati si pegawai, mulai waspada.
Satya dan Zena sudah berada dalam mobil dan bersiap pergi.
"Bang sebaiknya tanya saja dulu."
"Tanya apa lagi, dia bilang tidak ada." Menyalakan mesin mobil.
"Bagaimana kita mau mencarinya kalau jenisnya saja tidak tahu."
"Caranya?" Mobil mulai berjalan meninggalkan toko bunga.
"Siapa tau di kenal mama, coba abang tanya."
Satya menepuk jidat, baru ingat kalo toko tanaman tersebut langganan sang mama. Mereka segera putar balik ke toko tadi, untung belum jauh.
Beberapa menit kemudian...
"Mba kenal wanita ini?" Satya menunjukkan foto mama Alisha pada pegawai tadi seperti mencari orang yang hilang.
"Oh, ini bu Alisha Syailendra. Beliau langganan toko kami."
"Anda siapanya ya?" Selidik si pegawai.
"Saya anaknya Mba."
"Oh anaknya bu Alisha, ada apa ya pak?" Pegawai tersebut paham.
"Em.. Mama saya ada beli bunga disini?"
"Ada pak, seminggu yang lalu."
"Kalau boleh tau bunga itu jenis apa yamg di beli mama saya?"
"Beliau beli jenis monstera obliqua pak."
"Terima kasih infonya Mba, kami pergi dulu."
*****
Satya dan Zena berkeliling kota J mencari tanaman yang seperti milik mama Alisha namun nasib baik sedang tidak berpihak pada meraka, sudah banyak toko tananaman yang mereka masuki namun hasilnya sama, kalau tidak ada, sedang kosong atau habis.
Hingga mereka mendapatkan info dari salah satu toko yang mereka singgahi ada sebuah toko tanaman yang menjual bunga tersebut lengkap dengan berbagai jenis namun toko tersebut berada di pinggir kota J.
Satya langsung tancap gas ke lokasi yang lumayan jauh meski hari sudah mulai sore dan mendung menggelayut di langit, mereka tak terlalu mengkhawatirkan itu, toh juga di dalam mobil pikir mereka.
Satya yang tadi siang sudah berencana menemui Eva kekasih tercintanya langsung lupa setelah dimarahi sang mama, pikirannya berganti menjadi tanaman, tanaman dan tanaman. Untung ia belum membuat janji kalau tidak kecewalah pujaan hatinya tersebut.
Satya sengaja tidak memberi tahu kedatangannya karena ia ingin memberikan surprise namun semua gagal karena Zena membuat ulah.
Pria itu melirik sekilas dengan sebal pada wanita yang duduk di sampingnya karena sudah mengacaukan rencananya sementara yang dilirik malah menghadap jendela melihat apapun yang mobil mereka lalui.
Setelah satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah tempat yang asri namun tak ada toko tanaman yang seperti dikata pegawai salah satu toko tadi, yang ada hanyalah warung makan dan beberapa warung lainnya.
Satya & Zena turun lalu bertanya pada salah satu warung sekalian membeli air mineral, tenggorokan mereka kering sedari tadi belum minum.
"Maaf pak, saya dapat info katanya di daerah sini ada toko tanaman yang jual kembang janda bolong yang jenisnya lengkap dimana ya pak?" tanya Satya sembari membayar belanjaannya.
"Itu pak kan ada jalan setapak, lurus saja," ujar bapak sambil menunjuk ke arah jalan yang di maksud semetara Zena menyimak saja.
"Susah sekali cari tanaman saja!" keluhnya dalam hati.
"Oh, dekat ya Pak?"
"Jalan kaki cuma lima menit." Sahutnya.
"Terima kasih pak, kalau begitu kami pergi dulu" Pamit Satya yang diangguki oleh si bapak.
"Saya titip mobil saya ya pak?" Satya berbalik.
"Oh iya pak, tenang saja disini aman!"
"Terima kasih pak," ucap Satya lagi.
Setelah Satya mengambil dompet di dalam mobil, pasutri tersebut kemudian pergi ke tempat yang sudah di beritahukan.
"Bang, Abang tidak takut di tipu?"
Bersambung....
ada" ajah...