Spin off: Antagonis Cantik Tawanan Mafia Kejam
Karena sering terkena skandal dan membuat nama keluarganya selalu terseret, sekarang Jenna harus diawasi oleh seorang bodyguard pilihan Ayahnya agar tidak bisa membuat masalah baru.
Namun, bodyguard pilih Ayahnya adalah pria yang sangat dibenci oleh Jenna. Jenna tidak akan diam saja, ia akan membuat sang bodyguard tidak betah dan mundur dari pekerjaannya.
Tetapi, rencana Jenna menjadi berantakan dan ia malah terjebak dengan perasaan yang seharusnya tidak pernah muncul lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MTMH18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tujuh belas
Brugh!
“Sshh!” Elios meringis pelan, saat tubuhnya menghantam lantai dengan keras.
Jenna mengerjapkan matanya, ia sangat kaget dan langsung menendang Elios sampai pria itu terjatuh. Jenna meringis pelan, karena jarak antara hospital bed dengan lantai cukup tinggi, pasti Elios kesakitan.
“Kenapa Nona Jenna menendang saya?” Tanya pria itu yang sudah berdiri.
Tidak seperti tadi malam, pagi ini tatapan Elios kembali seperti semula… sangat datar dan juga menyebalkan.
Jenna merubah posisinya menjadi duduk, ia menatap tajam pria itu. “Ya karena kau mengagetkanku, jadi jangan menyalahkanku!” Serunya yang membuat Elios menghela napas dengan kasar.
Masih pagi tapi suara Jenna sudah membuat telinganya sakit mendengar teriakan wanita itu, tetapi Elios tidak bisa marah.
Pria itu berjalan ke arah kamar mandi, meninggalkan Jenna yang menatap kepergiannya. Wanita itu memilih untuk berpindah ke tempatnya, karena takut ada yang melihatnya berada di hospital bed yang di tempati oleh Elios.
Baru saja Jenna hendak menidurkan tubuhnya, pintu ruangannya terbuka dan seorang dokter masuk untuk memeriksa keadaannya.
“Jenna?” Kaget Zelin yang hari ini mulai bertugas lagi di rumah sakit milik Clara.
Tidak hanya Zelin yang terkejut, Jenna juga sama. Namun Jenna lebih panik lagi saat pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan sosok Elios yang rambutnya sedikit basah.
“Ka-kalian?” Zelin menganga saat melihat kakak sepupunya keluar dari kamar mandi.
Elios terlihat biasa saja, bahkan pria itu langsung bermain ponsel untuk mengecek email yang sejak tadi malam banyak yang masuk.
“Dokter Zelin baik-baik saja?” Tanya salah satu perawat yang mendampingi Zelin.
Zeline segera mendapatkan kesadarannya, ia langsung menghampiri Jenna yang kini memberikan senyuman menyebalkan.
“Apa yang sebenarnya aku lewatkan? Kenapa kau bisa dekat lagi dengan dia?” Tanya Zelin sambil menunjuk ke arah Elios.
“Dia adalah bodyguard pilih Ayah dan aku tidak bisa memecatnya,” jawab Jenna yang sepertinya tidak bisa men menyembunyikan keberadaan Elios dari orang-orang sekitar.
Zelin tidak bertanya lagi, karena ia harus profesional. Nanti setelah jadwalnya habis, Zelin akan menemui Jenna dan Elios untuk meminta penjelasan yang lebih rinci.
“Clara ke mana?” Tanya Jenna sambil melirik ke arah Elios yang masih fokus dengan ponselnya.
“Sibuk sama suaminya, jadi aku yang menggantikan tugasnya sampai siang nanti,” jawab Zelin yang membuat Jenna tersedak ludahnya, begitupun dengan dua perawat yang berada di dalam sana.
Zelin menyadari ucapannya, ia meringis pelan karena lupa dengan profesinya saat ini… apalagi sekarang Zelin sedang memeriksa keadaan pasien yang merupakan temannya sendiri.
“Kalian bisa keluar lebih dulu, biar saya yang menjelaskannya!” Kata Zelin kepada dua perawat yang selalu bersamanya.
“Baik Dokter Zelin.” Kedua perawat tersebut berlalu keluar, begitupun dengan pintu yang ditutup.
“Jadi yang di restoran waktu itu adalah Kak Elios?” Mata Zelin memicing tajam ke arah Elios yang tampak tidak peduli.
“Dan kau kenapa merahasiakan ini?” Zelin kini menatap Jenna yang hanya menyengir tanpa dosa.
“Aku juga tidak mau memiliki bodyguard pribadi, tapi Ayah terlalu mempercayainya dan sulit bagiku untuk memecatnya,” jawab Jenna dengan berbisik, agar Elios tidak mendengarnya.
Zelin terdiam, ada sesuatu yang masih menjadi pertanyaan di kepalanya. Namun waktunya tidak banyak dan ia harus melihat keadaan pasien yang lain.
“Kak Elios, jangan abaikan pesanku lagi atau aku akan mengacak-acak rumahmu!” Ancam Zelin, sebelum berlalu keluar dari sana.
Elios tidak menjawabnya, bahkan tidak ingin mendengarnya. Sedangkan Jenna menggaruk kepalanya yang tidak gatal, karena Zelin lupa mengatakan kondisinya.
Ceklek!
Zelin kembali dan memberikan cengiran khasnya, “Aku kelupaan, kau bisa pulang setelah pemeriksaan nanti sore.”
Setelah mengatakan itu, Zelin kembali menutup pintu. Jenna menghela napas dengan lega, ia tidak betah berlama-lama di rumah sakit… apalagi satu ruangan dengan pria menyebalkan seperti Elios.
“Apa yang kau lakukan? Aku sangat kelaparan!” Seru Jenna yang tidak menyukai makanan rumah sakit walau terlihat sedikit menggoda.
“Nona Jenna ingin memakan apa?” Tanya Elios tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
Jenna mengepalkan kedua tangannya, “Ingin memakanmu hidup-hidup!” Teriaknya yang berhasil membuat pria itu menatap ke arahnya.
“Baiklah,” ucap Elios yang kini membuka satu persatu kancing kemejanya, membuat Jenna memekik kaget sambil memakinya.
“Kau sangat mesum! Aku membencimu! Dasar pria tua gila!” Teriakan itu menggema di dalam ruangan tersebut.
“Saya masih belum tua,” bisik Elios yang sudah berada di sisinya, membuat wanita itu terperanjat kaget.
“Kau hampir kakek-kakek!” Seru Jenna dengan keras, agar pria itu tidak bisa mendengar debaran jantungnya.
Elios menarik sudut bibir, mata hitamnya mengunci mayat hijau yang terlihat sedikit begetar, karena ketakutan itu.
“Umur saya baru empat puluh tiga tahun, dan tubuh saya juga terlihat masih segar. Di mana letak saya mirip dengan kakek-kakek?” Tanyanya sambil mengusap pipi Jenna dengan gerakan pelan.
Wanita itu merasakan darahnya berdesir, karena baru kali ini Elios menatapnya begitu dalam dan membuatnya tidak bisa berpaling dari mata hitam yang sangat kelam itu.
“Apa saya terlihat sangat tua di mana Nona Jenna?” Suara berat itu membuat pikiran Jenna menjadi kacau.
“Tidak, kau sangat tampan,” ucap wanita itu tanpa sadar.
Elios menarik wajahnya, ia menyeringai puas setelah mendengar jawaban Jenna yang tidak bisa berbohong.
“Eh?” Wanita itu kembali mendapatkan kesadarannya, ia langsung melempar bantal ke wajah menyebalkan Elios.
“Kau curang! Dasar brengsek!” Jenna memberikan jari tengahnya.
“Astaga Jenna!” Suara Chesa membuat Jenna langsung menurunkan jari tengahnya.
“I-Ibu kapan datang?” Tanya Jenna sambil melirik sengit ke arah Elios yang kembali dengan tatapan andalannya, datar dan sult ditebak.
“Sejak kau mengumpati Elios dan tidak sopan kepadanya,” jawab Chesa dengan tatapan tajamnya.
Jenna mengatup mulutnya, ia paling takut kalau sang ibu sudah marah. Lagian kenapa Chesa datang di waktu yang tidak tepat? Jadi, Jenna yang kembali disalahkan, padahal yang memulai duluan adalah Elios.
“Ibu sangat pusing dengan tingkahmu yang semakin tidak tahu aturan, kau harus dihukum!” Kata Chesa yang membuat sang putri menatapnya dengan protes.
“Tapi Ibu, aku sedang sakit dan tubuhku masih lemas. Apa Ibu tega menghukumku yang tidak berdaya ini?” Tanya Jenna dengan suara yang begitu dramatisir.
Chesa memejamkan matanya sejenak, kemarin putrinya nyaris tidak tertolong dan membuatnya ketakutan. Tetapi hari ini tingkah Jenna sudah keterlaluan kepada Elios.
“Ibu, jantungnya sakit!” Kata Jenna dengan tiba-tiba.
Elios langsung menekan tombol nurse call, sedangkan Chesa mencoba menenangkan putrinya yang mungkin kembali mengingat trauma masa kecilnya.
“Jenna tenanglah, Ibu tidak akan menghukummu,” ucap Chesa yang tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.
Sedangkan Jenna merasa bersalah, karena ia sudah membohongi ibunya agar tidak jadi dihukum. Namun Jenna juga merasa bingung, saat melihat mata hitam Elios terlihat memancarkan kekhawatirannya… atau ia salah melihat?
Bersambung.
no kaleng...kaleng.....😁