NovelToon NovelToon
KUTUKAN MAUT PADMINI

KUTUKAN MAUT PADMINI

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Tumbal / Iblis / Balas Dendam
Popularitas:106.3k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Padmini, mahasiswi kedokteran – dipaksa menikah oleh sang Bibi, di hadapan raga tak bernyawa kedua orang tuanya, dengan dalih amanah terakhir sebelum ayah dan ibunya meninggal dunia.

Banyak kejanggalan yang hinggap dihati Padmini, tapi demi menghargai orang tuanya, ia setuju menikah dengan pria berprofesi sebagai Mantri di puskesmas. Dia pun terpaksa melepaskan cintanya pergi begitu saja.

Apa yang sebenarnya terjadi?
Benarkah orang tua Padmini memberikan amanah demikian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19 : Lebih baik cari Dukun sakti

Tok!

Tok!

“Bik, aku pulang! Buka pintunya Bik!”

“Padmini?” Sundari merapat ke suaminya, memeluk erat lengan pria yang terlihat sangat terkejut.

Sumi mengelus lengan tak tertutup baju milik sepupunya, bulu tangannya berdiri. “Apa betul itu dia? Atau cuma halusinasi kita saja?”

“Bik, tolong buka pintunya. Aku kedinginan, disini gelap, bajuku tak cukup tebal menahan terpaan angin!” suaranya terdengar memelas, diiringi isakan tangis.

Brak! Brak! Brak!

“Bang.” Sundari bergidik ngeri, bahkan tubuhnya menggigil. Baru kali ini dia mengalami hal horor sampai rasanya sulit menelan air liur.

Suara jendela kaca seperti digebrak hingga bergetar, bukan cuma bagian depan. Jendela samping, belakang pun dipukul-pukul.

Wandi termangu tidak berani mendekat ke arah pintu maupun jendela.

Bunyi cakaran pada daun pintu terdengar ngilu sekaligus menyeramkan. Seperti kuku tajam binatang buas menggaruk pohon.

Para penghuni rumah hasil jarahan, ketakutan. Mereka berdiri saling menempel, memandang liar mengikuti suara di luar sana.

Namun tidak lagi terdengar suara Padmini, seolah ini benar-benar tidak nyata. Nyatanya memang bukan dirinya, cuma makhluk halus dijadikan perantara dan dia yang berucap.

Beberapa menit berlalu, mereka bisa bernapas lega kala suasana kembali sepi.

“Betulan tadi Padmini?” bisik Sundari, matanya masih bergerak liar seolah bersiaga sewaktu-waktu bahaya mengancam.

Bambang mendengus. “Mana mungkin. Dia sudah mati, kalaupun selamat palingan jadi sosok cacat tak dapat berjalan.”

“Lembah pembuangan Jin sangatlah dalam. Bahkan tak ada orang yang dapat mengukurnya. Jika dilihat dari atas pun tak tampak dasarnya. Mustahil Padmini masih hidup,” timpal Wandi.

“Sebaiknya kita gelar tilam diruang tamu saja, tidur bersama-sama disana,” usul Sumi. Dia takut terjadi apa-apa dengan dirinya dan juga suami, anak, serta sang menantu.

‘Suara itu sangat mirip Padmini. Namun tak mungkin dia – apa aku harus mencari orang pintar? Aku tak mau kehilangan apa yang sudah kumiliki. Enak saja!’ batin Sumi merutuk.

Sisa malam yang tinggal sedikit lagi terlihat tenteram dan aman. Tak ada lagi suara menyeramkan, jeritan para warga.

Keluarga Sumi tidur diruang terbuka. Mereka mulai merasakan apa itu namanya khawatir, takut.

***

Para warga kampung Hulu masih terus berjaga-jaga. Tak ada yang berani masuk ke dalam rumah, mereka memadati jalanan serta teras rumah masing-masing.

Si ibu yang kehilangan anaknya, terlihat lemas tak bertenaga, kelehan menangis sampai suaranya serak.

“Bila nanti langit telah terang, kita pasti mencari lagi putramu,” hibur seseorang yang ikut duduk di halaman rumah.

Tak lama kemudian, terdengar Ayam jantan berkokok menyambut pagi hari.

Helaan napas lega terdengar serempak, seolah mereka selamat dari maut mengerikan.

“Para wanita yang memiliki anak, masuklah ke dalam rumah! Kasihan bayi kalian digigit Nyamuk,” titah pria paruh baya.

“Apa mungkin ini pertanda Kutukan Maut Padmini telah bekerja?” bisik Mirna, dia adalah gadis yang pernah meludahi, menyeret Padmini. Dia kekasihnya Sarman.

“Hust! Pantang menyebut nama Sundal murahan itu! Bisa jadi karena dia lah kampung kita kena tulah akibat perbuatan bejatnya!” Wati, tunangannya Rido menghardik sang teman.

“Betul juga ya, ibarat kata … kampung Hulu sudah ternodai, dan para makhluk halus tak terima. Apalagi wilayah kita ini berbatasan dengan Lembah Pembuangan Jin,” Mirna pun kembali menghujat Padmini.

“Tolong! Tolong!” Pria yang semalam terkencing-kencing di celana, berlari seraya memegang senter yang cahayanya bergoyang.

“Ada apa? Kenapa kau berlari macam orang dikejar hantu?!”

Dia berhenti sejenak guna mengatur napas. “Bukan cuma dikejar, tapi di serang! Anak gadisku semalam kerasukan, badannya sampai terbang diatas dipan. Istriku pingsan dan akupun semaput.”

“Betulkah itu? Kami pun di nampaki makhluk halus yang baru seumur hidup ini kulihat!” ibu-ibu mengusap lengannya. Kelopak matanya menghitam akibat kurang tidur.

“Betul. Kuntilanak biru, baju putih kumal penuh bercak darah kering mencapai tanah, wajahnya sungguh menyeramkan, dia datang mengobrak-abrik rumahku. Tolong putriku, dia tidak mau bangun!”

“Apa tak sebaiknya kita lebih gigih lagi mencari pak ustadz Daud? Cuma dia yang bisa menyelamatkan kampung ini dari teror hantu.” pria berkalungkan sarung di pundak memberikan usul.

Semua orang terdiam, pikiran mereka berkecamuk, antara setuju dan enggan.

“Jangan dia! Lebih baik cari Dukun sakti saja! Kurasa para hantu itu mengamuk karena ulah pasangan zina dan juga dibela oleh orang yang mengaku-ngaku paham agama!” Rido yang sedari semalam bersembunyi di antara kerumunan warga, tiba-tiba berdiri lalu bersuara.

“Dimana ada Dukun sakti itu?”

“Nanti kita cari informasi ke kampung-kampung sebelah. Yang pasti jangan ustadz abal-abal pintar bersilat lidah!” rutuk Rido.

Para warga yang pemikirannya pendek, semakin terjerumus lebih dalam lagi ke lembah kesesatan. Mereka tidak peduli jalan dan proses bersekutu dengan ilmu hitam, asal aman dari teror mengerikan.

Langit pun mulai terang, para warga berjenis kelamin laki-laki, baik masih remaja, dewasa hingga tua – berbondong-bondong mencari keberadaan anak kecil yang semalam di gondol Wewe.

Tanpa membawa obor, diganti menggenggam parang, bambu, kayu, bahkan arit – barisan pria itu kembali ke rerimbunan pohon bambu.

“Itu dia!” teriak salah satu pemuda.

Batita mengenakan kaos singlet dan celana selutut, terduduk di bawah pohon bambu. Tidak menangis, bermain air ludahnya sendiri. Kedua tangannya yang berjari berlemak, mengais-ngais tanah. Mulutnya kotor berwarna kehitaman.

“Nak!” Si ibu berlari dan langsung berjongkok menggendong buah hatinya. Diciumnya seluruh wajah sang putra, dalam hati bersyukur sebab masih bisa mendekap permata hatinya.

Bunyi kentongan terdengar kencang nan panjang, pertanda si pemukul membutuhkan pertolongan.

Setelah batita tadi dalam gendongan sang ibu, para warga kembali melangkah tergesa-gesa mendekati sumber suara alat sederhana yang digunakan seperti alarm tanda bahaya.

Ternyata lokasinya tidak jauh dari pos ronda. Beberapa sandal tak lagi berpasangan, terlempar di sepanjang jalan. Ada juga kain sarung teronggok dalam parit kering.

“Ihsan! Tolong dia pingsan di sana!” Pemuda berpeci masih terus memukul bambu, dia berdiri di tepi parit.

Derap langkah kaki terdengar terburu-buru. Empat orang masuk ke dalam parit sedalam satu hampir satu meter. Menolong sosok tidak sadarkan diri.

Kondisi pemuda yang semalam ketakutan didatangi Kuntilanak biru, sangat memprihatinkan. Wajahnya pucat, bibir kering.

“Tarik kaos dan celana kolornya!” titah bapak-bapak.

Begitu baju atasan longgar ditarik, terlihat dada si pemuda membiru kehitaman, terdapat tapak tangan.

Lalu tali kolor pun dibuka, dan celana panjang sebatas lutut itu mulai diturunkan.

Akh!

Si pria yang membuka tadi terjengkang ke belakang, memekik keras.

Alangkah terkejutnya para warga sampai beberapa dari mereka lari tunggang-langgang.

“Gila! Ini gila! Kita bisa mati satu persatu kalau tetap diam tanpa mencari bantuan atau apapun itu! Aku tak mau mati sia-sia. Akhh!”

“Kenapa? Ada apa dengan Ihsan?!”

.

.

Bersambung.

1
ora
Wah ... bakal sangat subur tu halamannya🤢😅
ora
Nggak kebayang sebau apa🤣
ora
😭🤣🤣🤣bangkai nggak tuh🤧
Sulis Wati
hueekkk, ga kebayang wkwkwkwkw
mana di kamar pengantin juga ada🤣🤣
Yanti Farida
ya ampun untung baca sekarang bukan pas lgi makan tapi ini jga enek perut bayanginnya🤭
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
rasain kalian emang enak diare berjamaah jd nikmatilah 😏😏
Eli Rahma
lautan eek...🤣🤣🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
tambang emas🤣🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
berhamburan tai🤣🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
🤣🤣🤣siap siap tujuh hari tujuh malam tuh bau syedap
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
🤣🤣🤣🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
cerek itu kaya teko gitu ya
Secret Admire
Istri durhaka kamu Sundari, suami minta tolong lagi sakit perut disuruh ngesot... hiks ... astaghfirullah ...
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝⧗⃟ᷢʷˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
hahaha.. plot twist banget ini Thor, bukannya di serang makhluk halus, malah berak massal pestanya si sundari🤣🤣🤣🤣
Secret Admire
😄😄benar benar penuh teriakan ya Sundari, bukan teriakan pujian tapi 😄 teriakan mules, sakit perut, berebut WC, masih banyak lagi kan teriakan yang membuat pesta ramai😄
Secret Admire
😄😄😄 diluar prediksi BMKG 😄😄😄
Wanita Aries
Habislah kau sumi dikeroyok warga 🤣🤣🤣🤣 jadi mambu tele rumah yg ditinggalin
Mawar Hitam
Ki Dalamgkah yang meminta jawaban
Ayudya
asyeeeeekkkkk pesta yg meria dengan bau kotoran 🤣🤣🤣🤣🤣
imau
para warga desa tetangga kah ini yang dtg pakai Obor?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!