NovelToon NovelToon
Jodoh Masa Kecil

Jodoh Masa Kecil

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Dosen / Perjodohan / Patahhati / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah
Popularitas:299.8k
Nilai: 5
Nama Author: N. Mudhayati

Gendhis... Gadis manis yang tinggal di perkampungan puncak Sumbing itu terjerat cinta karena tradisi perjodohan dini. Perjodohan itu disepakati oleh keluarga mereka saat usianya delapan bulan dalam kandungan ibunya.
Gadis yang terlahir dari keluarga sederhana itu, dijodohkan dengan Lintang, anak dari keluarga kaya yang tersohor karena kedermawanannya
Saat usia mereka menginjak dewasa, muncullah benih cinta di antara keduanya. Namun sayang, ketika benih itu sudah mulai mekar ternyata Lintang yang sejak kecil bermimpi dan berhasil menjadi seorang TNI itu menghianati cintanya. Gendhis harus merelakan Lintang menikahi wanita lain yang ternyata sudah mengandung buah cintanya dengan Lintang
Seperti apakah perjuangan cinta Gendhis dalam menemukan cinta sejatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Mudhayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

What's? Kita Pacaran???

Selamat datang di asrama Akmil.

Ini hari pertama Lintang di asrama. Semua tampak sempurna seperti yang ia idamkan selama ini. Ya... di sini lah cita-cita hidupnya akan di mulai.

Ia mulai memasuki ruangan di mana dia akan tinggal untuk waktu yang cukup lama. Ia melihat seorang laki-laki seusianya sedang merapikan pakaian ke dalam lemari. Sepertinya dia adalah teman satu kamar Lintang.

Mereka bersalaman.

"Hai..." Sapa laki-laki itu.

"Hai... kamu di kamar ini juga?" Tanya Lintang.

"Iya. Kenalin... gue Arnold, dari Jakarta." Dia memperkenalkan diri.

"Aku Lintang, dari Magelang aja." Lintang pun memperkenalkan dirinya.

"Oh... untunglah gue sekamar sama orang pribumi?" Kata Arnold.

"Maksudnya...?" Lintang tak mengerti maksud ucapan Arnold.

"Sorry, Bro... maksudnya. Gue seneng aja bisa sekamar sama calon taruna dari Magelang. Gue kan dari Jakarta, otomatis nggak tahu soal Magelang. Nah kalo kita sekamar, sewaktu-waktu ada libur dan gue pengen jalan-jalan nggak perlu repot cari tour guide kalo pengen keliling Magelang." Jelas Arnold.

"Oh... gitu... siap! Mudah-mudahan kita bisa jadi rekan yang solid." Ucap Lintang.

Mereka pun berpelukan seraya menjadi simbol awal persahabatan. Sambil merapikan pakaian dan menunggu kegiatan dimulai, keduanya pun asyik mengobrol. Rupanya kedua laki-laki itu memiliki chemistry yang sama, sehingga tak butuh waktu lama mereka sudah tampak akrab.

*****

Malam pun tiba. Karena ini hari pertama sampai di asrama, jadi belum ada kegiatan. Besok pagi-pagi sekali barulah kehidupan sebenarnya di dunia pendidikan militer akan dimulai.

Lintang segera meraih ponselnya. Di panggillah nama dari kontak whatsapp nya,

"Kesayangan"... berdering...

Tak butuh waktu lama, segera terdengar suara yang selalu ia rindukan.

"Assalamu'alaikum... Mas Lintang... apa kabar?" Sapa Gendhis.

"Waalaikumsalam... baik, Dis... Baru juga tadi pagi kita pisah, tapi rasanya udah kaya setahun aja." Suara Lintang terdengar sayu.

Gendhis hanya tersenyum.

"Malah disenyumin aja, bilang dong... kalau aku kangen gitu..." Lintang merajuk.

"Iya... iya..." Kata Gendhis.

"Iya apa?" Lintang balik bertanya.

"Iyaaaa... iyaaaa... ya.. iya kangen lah, masak iya apa." Ahirnya Gendhis tak malu mengakui.

"Nah... ahirnya, aku denger juga ucapan itu dari kamu. Apa harus nunggu aku jauh dari kamu dulu, baru aku bisa denger ucapan kangen dari mulut tunanganku sendiri?" Tanya Lintang.

"Mas Lintang, ada-ada aja... Oh, iya Mas. Gimana hari pertama di asrama?" Gendhis ingin tahu.

"Yaaa... seneng lah... apa lagi kamu tahu, ini semua adalah impianku sejak kecil. Oh iya, aku sekamar dengan taruna dari Jakarta. Namanya Arnold. Anaknya asyik banget, baik..." Kata Lintang.

"Oh, ya? Syukurlah, Mas. Mudah-mudahan kalian jadi sahabat baik. Jaga kesehatan yaaa... Jaga hatimu juga untuk ku..." Kata Gendhis.

"Itu pasti... kamu juga, jaga diri baik-baik. Ya sudah, aku dah lega denger suara kamu. Dan mungkin mulai besok, kita akan jarang berkomunikasi. Kamu istirahat yaaa..." Kata Lintang.

"Iya Mas. Selamat malam..."

"Yaaa... selamat malam."

Keduanya pun mengahiri percakapan mereka malam itu.

*****

Di Sekolah...

Hari pertama Gendhis masuk di kelas XI. Setelah liburan kenaikan kelas, ini merupakan pertama kalinya Gendhis pergi ke sekolah. Dengan semangat baru, juga suasana baru. Di mana dia harus mulai membiasakan dirinya tanpa Lintang. Baik di rumah, maupun di sekolah seperti saat ini.

Karena hari pertama belum ada kegiatan belajar di sekolah, Gendhis memilih untuk mengunjungi ke perpus untuk membaca buku.

"Hay... Dis..." Riko mengejutkan Gendhis yang tengah asyik membaca novel.

"Mas Riko? Nggak masuk kelas?" Gendhis bertanya.

"Belum ada pelajaran, ya udah aku ke perpus aja." Jawab Riko.

"Oh..." Gendhis pun tak berkata apapun.

Riko tiba-tiba duduk di kursi satu meja dengan Gendhis, agar ia bisa leluasa memandang wajah gadis itu. Ternyata Riko diam-diam mengikuti Gendhis ke ruang perpus. Ia merasa lebih leluasa mendekati Gendhis sekarang, tanpa ada gangguan dari Lintang.

Dari pintu perpus, Riko melihat Trio Centil berjalan masuk ke ruang perpus.

"Tuhan... baru juga mulai, sudah dateng pengacau. Mau apa mereka ke sini? Ini Satu-satunya tempat yang tak pernah mereka datangi di sekolah. Aku yakin banget, mereka dateng ke sini bukan untuk baca buku." Ucap Riko dalam hati.

Trio Centil itu menoleh ke kanan dan ke kiri seolah tengah mencari mangsa. Saat melihat Riko yang sedang duduk berhadapan dengan Gendhis, mereka ibarat singa hendak menerkam mangsanya. Mereka berjalan mendekati Gendhis.

Saking asyiknya baca buku, Gendhis tak menyadari kalau tiga gadis Centil itu sudah berdiri di sampingnya.

"Heh... gadis kampung. Ngapain kamu di sini?" Ucap Shevin dengan nada tinggi.

Gendhis melirik ke arah kanan dan memastikan pemilik suara itu sudah pasti Shevin.

"Lagi baca... Emang Kakak nggak liat?" Ucap Gendhis santai sambil menatap bukunya kembali.

Seketika ucapan itu membuat Shelly naik darah dan berkata,

"Hey kamu... kalau ditanya jawab yang sopan!"

Gendhis menutup bukunya. Ia baru sadar kenapa tiga cewek itu seperti sedang kebakaran jenggot, ternyata sumbernya adalah Riko yang sedang pura-pura membaca buku di depannya.

"Sopan kata Kakak? Kalau Kakak pengen orang lain menghargai kalian, maka lebih dulu kalian juga harus bisa menghargai orang lain." Kara Gendhis.

"Kamu pikir kamu siapa? Sok ceramahin kita. Harusnya kamu ngaca... Oh... aku tahu! Sekarang kamu coba cari kesempatan buat deketin cowok lain, karena tunanganmu itu sekarang udah nggak di sini lagi. Iya kan?" Kata Shevin.

Gendhis hendak menuruti emosinya ketika mendengar perkataan Shevin.

"Aku, nggak ngerti ya maksud ucapan Kak Shevin apa..."

"Sini biar aku jelasin..." Kata Shevin.

"Kamu... ngapain berduaan sama Riko di sini, kalau bukan untuk deketin dia? Dasar cewek gatel." Lanjut Shevin.

Riko yang sedari tadi hanya terdiam, ahirnya angkat bicara setelah mendengar namanya di sebut.

"Shevin... jaga mulut kamu! Harusnya kamu yang ngaca, berhenti deketin dan ngikutin aku. Kamu tahu kenapa? Karena aku dan Gendhis... sekarang... kita..." Kata Riko putus-putus.

"Kita... pacaran! Ayo, Dis... kita keluar." Kata Riko tanpa berdosa sedikitpun. Meletakkan buku yang ia baca di atas meja, lalu menarik tangan Gendhis keluar dari ruang perpus.

"Whats... pacaran? Apa aku nggak salah denger?" Kata Lany dan Shelly.

Wajah Shevin memerah, bola matanya melotot seolah ingin keluar setelah mendengar ucapan Riko.

"Rikooooo...!!! Bulshit... nyebelin banget sih kamu!" Shevin berteriak mengumpat Riko yang berjalan keluar memegang tangan Gendhis.

Semua mata tertuju pada ketiga gadis centil itu, membuat suasana di perpus menjadi ricuh.

"Apa? Apa kalian lihat-lihat?" Pengunjung perpus yang menyaksikan kejadian itupun serentak jadi sasaran kemarahan Shevin.

Tak ada yang berani menjawab perkataan Shevin. Mereka lebih memilih membaca buku mereka kembali ketimbang meladeni nenek lampir itu. Hanya petugas perpus yang berusaha menenangkan suasana.

"Harap tenang! Ini perpus, bukan kantin..." Kata petugas perpus.

Ketiga gadis itu ahirnya keluar dari perpus. Di luar perpus, Shevin masih mengomel.

"Eh... guys... aku nggak rela ya, sampai matipun aku nggak akan rela kalau Riko putus dari aku dan lebih memilih cewek kampung itu."

"Iya, Shev... tenang dulu..." Lany berusaha menenangkan sahabatnya.

"Tenang gimana maksud kamu? Jadi, aku harus diem, duduk manis, melihat mereka jalan berdua? Gitu maksud kamu?" Tanya Shevin emosi.

"Ya bukan gitu juga maksud Lany, Shev..." Shelly ikut menenangkan.

"Oh... kamu juga belain gadis kampung itu? Heran aku! Kalian itu sebenernya temen aku apa dia sih?" Shevin sewot.

"Ya jelas lah... kita temen kamu. Cuma... kita mesti cari cara yang bagus buat jauhin Riko sama gadis kampung itu." Ksta Shelly.

"Ya terus apa?" Shevin tak sabar.

"Ya kita mesti fikir dulu, jangan gegabah." Kata Shelly.

"Bener tuh, Shev kata Shelly... sekarang mending kita ngadem dulu di kantin, sambil cari cara gimana bisa jauhin gadis kampung itu dari Riko." Lany menambahkan.

Setelah mendengarkan ucapan kedua sahabatnya itu, ahirnya Shevin bisa lebih tenan dan pergi meninggalkan gedung perpustakaan.

*****

"Lepasin, Mas Riko... apa-apaan ini? Aku nggak mau ya, jadi lebih banyak lagi yang salah faham. Apa maksudnya tadi Mas Riko bilang sama mereka kalau kita pacaran?" Gendhis marah saat Riko menarik paksa tangannya keluar dari ruang perpus menuju taman belakang perpus.

Riko ahirnya melepaskan tangan Gendhis.

"Maafin aku, Dis... aku cuma nggak mau mereka bicara semaunya, apa lagi jelek-jelekin kamu. Aku pikir dengan bicara seperti itu, setidaknya bisa membuat mereka berhenti gangguin kamu." Kata Riko.

"Mas Riko sadar? Dengan bicara seperti itu... bukannya akan menyelesaikan masalah, justru mereka akan semakin mengganggu ku... Belum lagi kalau ada yang denger lalu mereka salah faham? Mereka akan bicara apa lagi tentang ku? Gendhis menghianati tunangannya setelah tunangannya lulus dari sekolah. Apa seperti itu yang Mas Riko inginkan?" Kata Gendhis sedikit marah.

"Maafin aku, Dis... aku nggak bermaksud..." Riko tak bisa melanjutkan perkataannya.

"Sudahlah Mas... toh semua sudah terjadi. Aku harap setelah kejadian ini nggak akan ada masalah yang lebih serius lagi. Permisi..." Gendhis berlalu meninggalkan Riko di taman belakang perpus.

"Dis... Dis... Gendhis..." Riko memanggilnya namun tak dihiraukan.

Riko pun semakin kehabisan cara, bagaimana menaklukkan hati gadis satu ini. Banyak cara sudah ia tempuh, namun selalu saja ada halangannya. Ia putuskan untuk tidak akan menyerah sampai di situ. Selama Gendhis belum dipersunting di pelaminan, selama itulah ia akan berjuang untuk mendapatkan hatinya.

*****

1
Nur Mashitoh
Riko cocoknya jd sahabat
Hairun Nisa
Kalau Lintang n Arnold masih Taruna, berarti Gaby yg sudah jadi Dokter... usianya jauh lebih tua donk ya?
Gandis juga baru lulus SMA kok bisa langsung jadi guru?
Nur Mashitoh
Tah jodohmu yg nolongin Dhis
Nur Mashitoh
kasihan Gendhis..beruntunglah nanti yg dpt jodoh Gendhis
Nur Mashitoh
Gala jodohnya Gendhis nih..sama² hatinya suci
Nur Mashitoh
pantaslah klo Lintang ga berjodoh dgn Gendhis yg sholeha karna Lintang punya sisi liar yg terpendam
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻
Ruzita Ismail
Luar biasa
⚘Senja
alur critanya mirip sinetron india "Anandi". ini menurutku ya kakak.
Afida Punya Hayat
bagus, ceritanya menarik
Sandisalbiah
penyesalan itu emang dari dulu selalu gak patuh dgn peraturan krn dia selalu datang terlambat dan sayangnya sampe sekarang gak ada yg bisa menegurnya buat sadar... hadehh.. lintang.. terima nasib aja deh...
Sandisalbiah
nah lo... sakit gak tuh... kamu yg menabur angin lintang, maka kamu yg akan menuai baday... tinggal nunggu karma buat si geby...
Sandisalbiah
karma mulai mereyap mendekat kehidupan lintang.. hemmm... selamat menikmati.... hubungan yg diawali dgn yg salah dan kebohongan juga hanya berlandaskan nafsu yaaa.. endingnya begini... rumah tangganya kacau...
Sandisalbiah
simalakama gini mah....
Sandisalbiah
nah.. makan yg kenyang hasil karya mu lintang... biar warga tau semua kebobrok kan mu... enak aja mau ngikat Ghendis, gak rela Ghendis diambil cowok aini... situ waras.... dasar kang selingkuh...
Sandisalbiah
thor.. enaknya si lintang ini kita ceburin ke kawah merapi yuk... udah egois, songong pula... pengen tak pites itu org...
N. Mudhayati: 😆😆😆 setuju bangeeet kakak.... 👍👍
total 1 replies
Sandisalbiah
pengecut berkedok pahlawan bertopeng kamu Lintang.. banci yg berkaris atas dukungan Lintang tp kamu bagai kacang lupa akan kulinya... jd gak sabar pengen lihat karma apa yg akan kamu terima karena tega menyakiti gadis yg tulus seperti Ghendis
Sandisalbiah
gak gampang buat nyembuhin luka hati pak dosen... se enggak nya perlu waktu dan kesabaran... semangat pak Gala... obatin dulu luka hati Ghendis baru rengkuh hatinya...
enokaxis_
bagus
Noer Anisa Noerma
lanjuuutttttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!