Tak semua wanita ikhlas untuk dimadu, hanya wanita-wanita terpilih yang bisa menerima hal itu.
Cordelia Almira seorang perawat cantik dan Istri dari Manajer Eksekutif the Star Resort Jerone Rigel Ervinosa. Mereka telah menikah selama 5 tahun, tetapi belum juga dikarunia seorang anak.
Meskipun belum dikaruniai buah hati, hubungan pernikahan mereka tetap harmonis tak ada yang berubah sampai suatu hari hadirlah seorang wanita di tengah-tengah mereka.
Setelah ditinggalkan oleh kedua orang tua serta kakaknya. Kini pernikahan yang awalnya penuh warna pelangi menjadi hitam gelap dan berkabut.
Akankah Elia bisa mempertahankan pernikahanya dan menerima untuk dimadu, atau sebaiknya?
Kalian bisa follow ig author : Novi_Rahajeng
Dan bisa baca karya author yang judulnya Papa Bucin yang posesif.
Karya ini adalah orisinil cerita dari author sendiri. Jadi, dilarang keras plagiat!
Cover by : Novi Rahajeng
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi rahajeng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak mau di madu
Tiba-tiba perut Elia terasa kram setelah berteriak, Ia mencoba menarik nafas dan menghembuskannya perlahan sambil memegang perut yang terasa semakin menegang.
Melihat Elia seperti orang yang ke sakitan, Simon segera berlari menghampiri Elia, begitupun dengan Rigel yang mendorong Simon agar tidak menyentuh Elia. Namun, saat melihat Rigel menyentuhnya, Elia segera memberikan kode dengan tangannya.
"Stopp!! Jangan sentuh Aku!" lirihnya.
"Tapi____ El, Kamu kenapa? Kita ke rumah sakit ya, Aku taku Kamu dan bayi Kita kenapa-kenapa," ucap Rigel.
"Gak perlu! Aku bisa urus sendiri!"
Melihat Elia yang tidak mau di bantu oleh suaminya, Teh Sarni tetangganya langsung datang menghampiri Elia untuk membantunya.
Melihat Elia ingin di bawa masuk ke dalam rumah, Rigel ingin mengikutinya. Namun, di hentikan oleh Simon.
"Lo mau kemana, ha?" tanya Simon dengan tatapan tajam serta menghalangi Rigel untuk menemui Elia.
"Minggir, nggak? Aku mau ngurusin istriku!" pungkasnya.
Simon menyeringai. "Apa Lo buta dan tuli! Mbak Elia udah nyuruh Lo pergi dari sini jadi Silahkan Lo pergi! Urus saja istri mudamu sana!" pekik Simon.
Saat Rigel ingin meninju mulut Simon yang sudah berani berucap kasar dengannya, tiba-tiba Elia sudah menoleh kembali ke arah mereka.
" Stop!! Tolong jangan main kekerasan lagi, sudah cukup! Jangan buat keributan di sini. Yang di katakan Simon benar, Lebih baik Kamu pulang dan urus saja Istri mudamu! Dia pasti sedang cemas karena suaminya belum pulang," tandas Elia sambil memegang perutnya yang masih terasa sakit.
Rigel terkejut saat melihat Elia lebih membela Pria muda ini daripada dirinya. Hatinya benar-benar sakit bagaikan teriris pisau tajam, Ia tidak mengira bahwa Elia yang sabar, pemaaf sekarang menjadi seorang wanita yang begitu tajam ucapannya.
"El, padahal Aku datang kesini berniat untuk meminta maaf serta ingin memulai kembali pernikahan kita, tetapi Kamu justru membela Pria ini. Padahal dia adalah pria suruhan Mama yang membuat pernikahan Kita menjadi seperti ini, El!" pungkas Rigel.
Simon membola sempurna saat mendengar Rigel memfitnah dirinya sebagai perusak pernikahan Elia dan dirinya.
" Lo kalau ngomong di saring dong! Kenal Sama Lo aja kagak! Apalagi sama nyokap Lo! Gak usah main fitnah orang deh, yang buat pernikahan Lo hancur itu Lo sendiri karena udah selingkuh dari Mbak Elia!" bentak Simon yang sudah naik pitam.
Elia terkejut saat melihat Simon semarah itu, tapi Rigel memang sudah keterlaluan memfitnah Simon yang memang tidak kenal dengannya.
" Lebih baik, Kamu pergi, Bang. Daripada di sini hanya memperkeruh suasana saja! Jika Kamu ingin maaf dariku, baiklah Aku akan maafkan, tetapi untuk kembali bersama itu tidak mungkin. Jadi, Aku mohon jangan buat kegaduhan di sini!" pungkasnya lalu masuk ke dalam rumah.
Tubuh Elia sudah semakin lemas, Ia merasa capek sejak tadi berdebat dengan Rigel. Kepalanya terasa nyut-nyutan saat melihat Rigel terus saja membuat keributan.
Teh Sarni tetangga Elia dengan sabar memapah Elia untuk masuk ke dalam rumah. Ia merasa Iba melihat kondisi Elia saat ini, baru saja di tinggal pergi keluarganya, kini sudah menjadi janda dalam keadaan hamil.
Teh sarni membantu Elia untuk duduk bersandar di sofa serta meluruskan kakinya. Elia mulai mengambil nafas dan membuangnya perlahan, Ia berusaha merilekskan diri agar perutnya juga ikut lebih rileks.
Teh Sarni juga mengambilkan Elia air minum agar Ia jauh lebih rileks lagi.
"Makasih ya, Teh," ucap Elia yang di balas dengan senyuman ikhlas oleh Teh Sarni.
"Iya, sama-sama. Lagian, Kamu harus lebih bisa menjaga emosi. Apalagi dalam kondisi hamil muda begini, pikirannya di tenangkan ya," tutur Teh Sarni.
Simon juga ikut masuk ke rumah sambil membawa kantong plastik berisi batagor untuk Elia. Awalnya Simon datang karena melihat story Elia yang ngidam ingin makan batagor. Jadi, dia berinisiatif untuk membelinya mengingat Elia tinggal sendiri. Namun, Ia justru bertengkar dengan mantan suami Elia.
"Itu apa, Mon?" tanya Elia.
"Batagor untuk mb, tapi mungkin sudah dingin," pungkas Simon dengan wajah bersalah karena batagornya jadi dingin akibat bertengkar dengan Rigel.
Elia tersenyum melihat wajah Simon yang terlihat lucu. "Yaudah taruh saja!" ucap Elia.
"Apa mau Aku belikan yang baru, mbak?" tawar simon yang di jawab dengan gelengan oleh Elia.
Simon justru garuk-garuk kepala karena salah tingkah di tatap oleh Teh sarni dan Elia. Melihat wajah Simon yang terluka, Elia meminta bantuan Teh Sarni untuk mengobati lukanya karena perut Elia masih kram. Awalnya Simon menolak, tetapi Elia memaksa. Jadi, terpaksa Simon hanya bisa paguh seperti anak kucing.
"Au ... sttt ... sakit, Teh. Pelan-pelan atuh," ucap Simon sambil memegang lukanya.
"Masak anak cowok hanya di obatin gitu aja sakit! Kalau takut sakit, jangan berkelahi atuh, jang," ledek teh sarni.
Simon hanya bisa memercingkan wajahnya menahan rasa perih luka yang terkena dengan obat. Sedangkan Elia merasa bersalah sekaligus lucu melihat ekspresi Simon.
" Maaf ya, Mon. Gara-gara masalahku, Kamu jadi ikut terluka seperti ini!"ujar Elia.
" Gapapa kok, mbak. Lagian Aku juga ikut kesal banget sama tuh lakik! Aku hanya gak habis pikir aja sama tuh laki, mungkin urat malunya sudah putus kali ya__ bisa-bisanya dia datang kesini untuk menganggu ketenangan Mbak, padahal dah punya istri baru juga! Andai Kak Jingga dan Kak Runi di sini, mungkin mereka juga bakalan ikut marah! "cetus Simon.
Elia hanya bisa tersenyum melihat Simon yang begitu banyak bicara." Tapi, Kamu jangan kasih tau Runi sama Jingga ya. Aku gak mau mereka ikut khawatir, "pungkasnya dan di jawab sebuah anggukan oleh Simon.
Teh Sarni hanya bisa menjadi pendengar karena tidak mengerti apa-apa. Sebenarnya Teh Sarni sudah ingin pamit pulang setelah mengobati Luka Simon, tetapi Elia memintanya untuk tinggal menemani mereka karena takut nanti akan ada yang salah faham.
Setelah itu, Simon pamit pulang karena hari juga sudah mulai sore.
"Makasih ya, Teh karena sudah membantu dan menemani Elia," ucapnya.
"Iya, sama-sama, yang sabar ya, Neng. .. Kalau butuh apa-apa, Neng dateng saja ke rumah," ujar Teh Sarni dan di angguki oleh Elia.
Setelah semua pergi, air mata yang sudah Ia bendung dari tadi akhirnya menetes juga. Di balik rasa tenang dan tersenyumnya, Elia menyimpan luka dan rasa sedih begitu dalam. Namun, Ia tidak ingin ada yang melihat dirinya yang lemah seperti ini.
Elia juga hanya wanita biasa yang rapuh dan juga lemah saat terkena masalah, Ia juga tidak ingin menjadi janda dalam kondisi hamil. Namun, Ia juga 'tak mau dimadu dan menjalani rumah tangga yang cintanya terbagi.
...****************...
Jangan lupa like, komen, vote dan hadiahnya ya...
kesempatanmu gak akan datang lagi rigel
Thor sama dengan cerita ' lainya
lagu lama
setiap dalam kasus cerai harus ada laki " lain