[PROMOSI COPAS DI CERITA SAYA DAPAT 1 BINTANG]
Tahun 20XX telah ditemukan sebuah teknologi Virtual-Reality full-dive yang mana memungkinkan pengguna Solid Gear dapat memasuki dunia virtual buatan manusia dan merasakan perbedaan kehidupan virtual dan kenyataan.
Di samping itu, terdapat sebuah game VR full-dive yang begitu populer yang disenangi oleh berbagai kalangan, mau itu muda-mudi maupun yang tua-tua keladi.
Rudeus Laendra, seorang mahasiswa cukup normal dari jurusan tertentu di sebuah universitas. Kehidupan Deus sebagai seorang mahasiswa di landa kesulitan karena keuangan yang dikirimkan oleh pamannya untuk bertahan hidup sangat pas-pasan.
Di saat menghadapi kesulitan hidupnya, Deus mendapat berkah keberuntungan yang luar biasa karena perbuatan baiknya. Sejak saat itu, kehidupan berubah dan menjadi lebih bersemangat dibandingkan sebelumnya
Genre : Action, Fantasy, Game, Magic, Adventure
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Gates, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Pemain Solo dan Sebuah Party
Seusai pertarungan singkatnya melawan Stone Golem, Reus segera membuka internet untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Begitu mengetahuinya, ia menghela nafas berat sambil memegang dahinya.
‘Tak kusangka, ternyata matanya adalah Fatal Zone.’
Fatal Zone, sebuah zona yang mirip seperti Critical Zone tapi lebih mengerikan. Jika Critical Zone diserang bisa memberikan lawan status critical, maka Fatal Zone akan memberikan status fatal. Status ini dapat mengurangi 60 sampai 99 persen total HP mereka atau bahkan memberikan kematian pasti.
Memang benar status ini sungguh keterlaluan, namun tidak semua monster mob—apalagi bos monster—memiliki Fatal Zone. Setiap monster mob punya Critical Zone, tapi tidak dengan Fatal Zone. Selain itu, fatal juga merupakan status langka yang pernah ditemukan—bahkan pemain kelas atas pun jarang melihat fatal.
Status fatal ini masih misteri bagaimana cara mendapatkannya sehingga banyak pemain tak terlalu peduli. Lebih baik mereka mengincar Critical Zone untuk memberikan status critical daripada mencari Fatal Zone yang bahkan letaknya tak banyak diketahui. Namun, letak Fatal Zone pada Stone Golem memang sudah diketahui cukup lama.
Reus menghela nafas lega ketika mengetahui ia memang menyerang di tempat yang tepat. Ia sempat berpikir ‘apakah aku memiliki kekuatan tersembunyi yang overpower seperti tokoh utama pada cerita isekai kebanyakan?’. Bukankah itu tidak mungkin? Game berbeda dari dunia pararel seperti di cerita-cerita tema isekai lainnya.
‘Baiklah, kurasa aku beruntung karena memberikan status fatal pada Stone Golem itu.’
Ia bangkit berdiri dan berjalan memasuki hutan dengan tujuan menuntaskan Quest Penyelamatan Elise dari Nezile. Ia juga penasaran, sebenarnya seberapa sulitnya Quest yang memiliki kesulitan B? Lalu, seperti apa Gnome Bandit itu? Dan juga ia ingin tahu apakah ada semacam harta karun di gua Lafos pada kaki di gunung Mauren.
Sambil berjalan Reus juga membuat beberapa Stun Potion lagi di tangannya. Meski tak terlalu banyak, tapi tetap saja tangannya dapat memuat dua hingga tiga botol Potion sekaligus. Ia juga sempat bertemu monster mob berbentuk buah-buahan yang tentu saja segera ia tebas. Ia mendapatkan drop item yang cukup banyak dan berguna.
---
Pineapple
Material yang menjadi bahan makanan tertentu oleh pemilik skill Cook.
Memakan satu buah penuh akan mengembalikan 20 HP
---
Red Apple
Material yang menjadi bahan makanan tertentu oleh pemilik skill Cook
Memakan satu buah penuh akan mengembalikan 10 HP
---
Yellow Watermelon
Material yang menjadi bahan makanan tertentu oleh pemilik skill Cook
Memakan satu buah penuh akan mengembalikan 50 HP
---
Banana
Material yang menjadi bahan makanan tertentu oleh pemilik skill Cook
Memakan satu buah penuh akan mengembalikan 5 HP dan 20 Energy
---
Apple Seeds
Material berupa biji Apple yang dapat dikembangkan menjadi Apple Tree oleh pemilik skill Botany pada tanah
---
Banana Seeds
Material berupa biji Banana yang dapat dikembangkan menjadi Banana Tree oleh pemilik skill Botany pada tanah
---
Reus memakan satu Banana dan satu Apple untuk memulihkan HP dan Energy yang ia pakai ketika melawan segerombolan monster mob buah tadi. Meski musuhnya tak terlalu berat, ia menggunakan Swing yang diperkuat dengan gerakan-gerakan tambahan. Singkatnya, ia melakukan eksperimen terhadap skill.
“Aku mengerti... setiap gerakan tambahan yang kira-kira bisa menambah kekuatan dan kecepatan serang akan menggandakan serangan skill sampai seberapa kuat dan cepat kita bergerak. Game ini terlalu nyata.”
Reus tersenyum tipis mengetahui hasil eksperimennya selama ini. Ada kemungkinan juga bahwa bukan hanya skill Swing, tapi juga semua skill yang berkaitan dengan serangan langsung dari senjata. Ia mengangguk puas merasa senang ada yang bisa ia kerjakan di dunia ini selain bertarung, mengerjakan Quest, berjalan, dan membuat Potion.
Sepuluh menit berlalu, akhirnya Reus dapat melihat sebuah mulut gua yang terletak di kaki gunung yang menjulang ke atas. Ia terlihat senang karena dirinya telah mencapai tujuannya, namun di saat yang bersamaan ia juga merasa sedikit tak yakin karena melihat penjelasan gua tersebut.
---
Gua Lafos
Tempat bersarangnya para bandit Gnome
Level : 25
---
Ia sekarang berada di level 23. Meski tak berbeda terlalu jauh, tetap saja ia harus melawan segerombolan musuh yang berada dua level di atasnya. Sebaliknya, ia juga merasa senang karena dengan melawan mereka semua levelnya akan meningkat drastis—begitu pula status dan kekuatannya.
Dengan sedikit rasa khawatir dan gugup, Reus mengambil Iron Sword +4 dari punggungnya dan melangkah memasuki gua tersebut.
Begitu memasuki gua Lafos, Reus dihadapkan dengan segerombolan kelalawar hitam dan merah—Bat dan Red Bat—dari langit-langit gua. Untungnya ia berhasil menaklukkan semuanya dengan bantuan beberapa Stun Potion dan HP Potion I. Tentu saja ia juga mengumpat keras karena mendapat serangan tiba-tiba dari jenis musuh yang paling ia benci.
Selain sergapan tak terduga dari gerombolan Bat dan Red Bat, Reus juga beberapa kali terkena jebakan sederhana seperti Rope Trap yang menariknya hingga menggantung terbalik di atas langit-langit, Hole Trap—jebakan yang berupa sebuah lubang besar yang ditutupi oleh tanah ringan atau daun—dan masih ada lainnya. Ia berteriak kesal karena begitu banyak jebakan yang ia telan mentah-mentah.
“Lihat saja... tunggu saja kalian, bandit-bandit Gnome. Aku pasti akan menghabisi kalian karena membuatku marah.”
Diliputi oleh kemarahan, Reus melupakan perbedaan level dirinya dan gua Lafos sehingga ingin menghabisi para Gnome Bandit yang kemungkinan besar memasang berbagai jebakan di gua ini. Meski kewaspadaan Reus sangat tinggi, entah mengapa ia tidak bisa mendeteksi jebakan. Aneh, bukan?
***
Mirage, seorang pemain berkelas High Mage, ras Elf, dan bergender perempuan. Karakternya berwujud seorang perempuan Elf setinggi 150-an sentimeter, berambut kuning pirang bergaya kuncir dua, bermata ungu, dan berpenampilan seperti penyihir tulen. Pakaian jubah besar berwarna hitam keunguan, topi hitam bergaris ungu, disertai sebuah sapu jerami yang ia miliki merupakan penampilan mencoloknya.
High Mage sendiri adalah sebuah kelas tingkat Silver-Class—tingkatan di atas Bronze-Class—yang menggunakan sihir sebagai serangan utama. Umumnya semua kelas yang mengandalkan sihir sebagai senjata memiliki status Int dan Luc tinggi, tentu hal ini juga berlaku pada High Mage.
“Mira, kau yakin ingin mengambil Quest ini? Reward-nya tak diketahui loh.”
“Tentu saja. Lagipula, tugas kita hanya membantu seseorang yang sudah lebih dulu mengambil Quest ini. Meski Reward-nya tak diketahui, Quest yang berletak pada gua Lafos di gunung Mauren itu cocok sebagai tempat untuk mencoba kekuatan baruku. Bukan begitu, Ed?”
“Yah, gua Lafos memang memiliki monster mob berlevel rendah, tapi jangan menggunakan sihir berskala luas dan besar kalau tidak mau ikut mati tertimpa batuan.”
“Dengerin tuh kata-kata Edmund, soalnya kamu biasanya bertindak sendiri walaupun seorang High Mage.”
“Fira juga?”
“Bukan hanya Edmund dan Fira, tapi aku dan Kuro juga beranggapan begitu.”
“Violet jahat!”
“Memang begitu kenyataannya.”
“Terserah!”
Menjadi bahan ejekan dari teman-teman party-nya, Mirage menjejakkan kakinya melangkah lebih kuat sambil menggembungkan pipinya. Violet dan lainnya tertawa kecil melihat tingkah Mirage yang terlihat imut ketika marah. Mereka berlima adalah satu party.
Edmund, seorang pemain manusia dengan rambut hitam pendek dan mata merah, memiliki kelas Dual Swordsman—sebuah kelas tingkat Silver-Class yang memungkinkan pemiliknya menggunakan dua pedang sekaligus ketika bertarung. Status yang unggul dari kelas ini adalah Vit dan Dex-nya.
Selanjutnya ada Kuro, pemain yang juga mengambil ras manusia, berambut dan bermata hitam, berkelas Samurai—kelas yang mengandalkan pedang satu tangan berbilah satu yang cukup panjang. Tubuhnya di lindungi zirah merah terang layaknya para samurai Jepang pada zaman Edo. Status unggulan dari Samurai adalah Str dan Vit-nya.
Fira, salah satu dari tiga pemain perempuan di dalam party tersebut. Ia berpenampilan seorang Dwarf pendek, berambut cokelat pendek, dan berkelas Blacksmith—salah satu kelas produksi yang sering kali dihindari oleh kebanyakan pemain dan NPC. Ia bersenjatakan sebuah kapak satu tangan bermata dua yang ia tempa sendiri. Status unggulan dari kelas Blacksmith adalah Str dan Luc-nya.
Yang terakhir ada Violet, perempuan terakhir di antara mereka berlima. Berparas cantik, berambut ungu gelap dan mata ungu terang, memiliki sepasang sayap putih di punggungnya, dan bersenjatakan sepasang pistol perak yang terletak pada pinggangnya. Ia merupakan salah satu dari pemain yang memilih ras Celestial dan mendapatkan kelas tingkat Special-Class—Gunner. Gunner memiliki status unggulan yakni Dex dan Luc-nya.
“Violet, berapa lama lagi kita harus berjalan?”
“Menurut pengamatanku dari langit tadi sekitar 15 menit lagi.”
“Lama!”
“Oi Mira, jangan berteriak!”
Begitu peringatan Edmund terucap, belum ada sepuluh detik mereka berlima sudah dikepung oleh ratusan monster mob berbentuk buah-buahan dan hewan kecil lainnya seperti kelinci, rakun, rubah, dan beberapa lainnya.
Merasa terganggu karena jumlahnya, mereka membentuk formasi melingkar dan menyiapkan senjatanya masing-masing. Mirage tersenyum masam melihat jumlah musuh mereka ini, sedangkan yang lain mengumpat dalam hati.