Aku Bukan Wanita Malam

Tidak perlu menunggu lama, keluarga Brasetyo bisa kapanpun membuat acara pesta pernikahan sang cucu sesingkat mungkin. Dalam kurun waktu beberapa hari, pernikahan telah berdiri dengan megah di gedung terbesar bintang lima tersebut.

Dengan tema dekorasi glamor, dimana setiap dindingnya sudah melekat bunga mawar putih yang segar dan kelap- kelip lampu yang gemerlap serta panggung yang mewah.

Berbagai makanan sudah tersaji di atas meja panjang tersebut. Kursi dan meja tamu untuk per satu keluarga. Lalu kue pernikahan yang menjulang tinggi dengan beberapa susunan.

Para tamu undangan yang terdiri dari relasi, pekerjanya dan orang-orang terpandang lainnya sudah mulai memenuhi kursi. Para tamu yang datang tidak kalah glamour. Mereka tentu memakai baju, perhiasan dan tas branded ke acara pernikahan mewah yang diadakan oleh keluarga Brasetyo.

Sedangkan Aneska begitu ciut menghadapi pernikahannya tersebut, jantungnya semenjak tadi berdetak lebih kencang. Ia begitu gelisah, berharap kehadiran Berta sang ibu datang untuk menguatkannya agar bisa percaya diri di hadapan semua tamu yang tentunya tidak sedikit.

Aneska menatap cermin dengan rasa cemas. Hari ini merupakan hal pertama yang ia alami selama hidupnya, ia sangat membutuhkan sesosok ibunya.

Dengan menggunakan gaun putih yang menjuntai sampai lantai, bagaikan gaun putri raja. Ia begitu cantik, bahkan para pengrias profesional yang di sewa oleh Brasetyo karena paket komplit dari WO, terkagum-kagum dengan kecantikan wajah Aneska.

Dan kemolekan bentuk tubuhnya. Mereka menduga jika Aneska adalah putri dari orang terpandang juga. Dan tidak akan bisa mengira jika Aneska berasal dari tempat kotor.

" Apakah sudah siap?" Tanya seorang pria dari arah pintu yang merupakan sekretaris pribadi Arya yaitu Han.

" Sudah tuan!" Ucap para pengrias pengantin.

" Istri tuan muda sangat cantik! Mereka pasti menduga sendiri jika nona Anes berasal dari kalangan orang atas. Tuan tidak perlu khawatir menjawab pertanyaan dari para relasi. Karena aku rasa tidak akan pernah ada yang menanyakan hal itu jika di lihat dari penampilan nona hari ini! " Batin Han juga ikut kagum melihat penampilan istri Arya.

" Baiklah nona, anda di tunggu oleh tuan muda di altar!" Ucap Han.

" Apakah kamu melihat ibuku?" Tanya Aneska dengan alis menyatu, mencari sang ibu yang tidak terlihat. Ia sangat membutuhkan Berta, hatinya semakin gelisah dan juga jantungnya semakin berdetak lebih kencang ketika Han menyuruhnya untuk tampil di altar.

" Astaga ibu, Apa yang terjadi dengan ibu, mengapa ibu belum datang juga?" Batin Aneska terus menatap ke layar ponselnya. Dimana Aneska sudah menghubungi Bertha beberapa kali, namun tidak ada jawaban satu pun. Membuat Aneska semakin cemas.

" Saya tidak melihatnya, nona... sebaiknya nona segera menemui tuan muda. Acara akan segera di mulai!" Ucap Han kepada Aneska.

" Apakah ibu tidak ingin melihatku di pernikahanku? Apakah ibu tidak ingin menemaniku? Ibu, Aneska sangat membutuhkanmu. Aku berharap ibu datang, aku berharap ibu melihatku menikah. Bukankah ini yang diharapkan ibu, melihatku menikah! " Batin Aneska. Dibantu oleh para perias, Aneska berdiri menuju Altar dengan gaun yang panjang menjuntai.

Sedangkan Arya begitu cemas terhadap tanggapan orang lain terhadap istrinya, dan paling tidak nanti relasi atau media akan menanyakan asal keluarga dari pihak pengantin wanita.

Entah jawaban apa yang harus Arya ucapkan. Sedangkan Arya tidak dapat mengharapkan Brasetyo yang tidak malu atas asal usul dari pengantin wanita yang di pilihkannya.

" Ya ampun semua relasiku datang, dan juga media begitu ramai. Aku tidak menyangka kakek akan mengadakan resepsi pernikahanku begitu megah. Bahkan semuanya di undang! Ah, bagaimana jika mereka semua tau! Lebih baik aku lari daripada menanggung malu. Tapi apa aku tega melihat kakekku kambuh, bahkan jika benar- benar aku nekat lari, mungkin aku juga tidak akan melihat kakek lagi di hidupku." Batin Arya resah, cemas dan gugup melihat betapa ramainya tamu undangan dan media yang datang di acara pernikahannya.

Aneska mulai melangkahkan kakinya ke Altar, dimana saat langkah kaki pertama menyentuh Altar membuat semua orang menjadi takjub dengan kecantikan pengantin wanita.

Bahkan Arya yang sedang memikirkan hal lain di sadarkan oleh pengguna gaun putih yang berjalan menuju dirinya, di tambah keterkejutan para tamu yang sedang terkagum-kagum terhadap pengantin wanita yang berjalan layaknya seorang putri raja.Sedangkan Brasetyo tersenyum melihat Aneska.

" Dia akan tau, pilihanku tidak sembarangan! Tunggu, kamu akan berterima kasih kepada kakek, Arya! " Batin Brasetyo.

Aneska sendiri semakin tegang melihat betapa banyaknya para tamu undangan, di tambah dengan suaminya yang tidak menghendakinya. Tepat di hadapannya Aneska melihat Arya sesosok yang begitu dingin dan menyebalkan.

Entah apa yang akan di lakukan jika dirinya membuat kesalahan hari ini. Aneska mencengkram gaunnya dengan kuat di kedua tangannya.

" Apakah dia akan mempermalukanku di hadapan semua orang? Jantungku? jangan berdetak cepat! Kali ini, tolong berkompromi denganku. Jika tidak, kamu tidak akan bisa berdetak kembali. Bicara apa aku ini, apa aku harus mati di tangannya, jika sampai aku mempermalukannya? " Batin Aneska gugup.

Rasanya kaki tersebut tidak ingin melangkah lebih maju lagi, Aneska merasa tidak pantas berada di samping Arya. Dimana semua orang akan melihat perbedaan jauh jika ia tepat berada di samping Arya.

Namun, kakinya tak bisa terhenti, bagaimanapun ia wajib berdiri layaknya pengantin pada umumnya di samping pengantin pria. Lalu berusaha menebarkan senyum kebahagiaan walaupun Aneska tidak tau apa yang akan terjadi kepada dirinya selanjutnya.

Disisi lain Arya tidak bisa melepaskan pandangannya terhadap wanita yang bergerak ke arahnya, sangat berbeda. Seolah Arya mengakui jika Aneska benar-benar cantik hari ini. Bahkan paggilan wanita malam yang melekat kepada dirinya seketika menghilang.

Ia tidak mampu menerjemahkan apa yang terjadi kepada dirinya sendiri. Yang jelas, Arya masih terus menatapnya. Ia menikmati senyum yang terpancar di wajah Aneska. Seakan memikat dirinya untuk membalas senyumnya. Entah mengapa bibir yang biasanya hanya tersenyum miring saat ini benar-benar mengembang.

Tak terasa Arya menjulurkan tangannya sendiri, untuk menggapai tangan lembut yang akan di rangkulnya, ketika sang mc memberi perintah dan Arya mengikuti begitu saja. Di tambah tepukan dari para tamu undangan yang kagum dengan kedua pasangan tersebut. Mereka seakan ikut bahagia karena kecocokan sang pengantin yang cantik dan juga tampan.

Beberapa acara di lewati dengan lancar, bahkan entah mengapa Arya dan Aneska akhirnya menikmati prosesi pernikahannya sendiri. Namun di pertengahan kegiatan resepsi pernikahan, Arya akhirnya menyadari keanehan kepada dirinya sendiri.

Ketika sesosok wanita baru datang dan memasuki ruangan resepsi. Arya menatapnya sambil melepaskan genggaman tangan Aneska.