Bagaimana rasanya ketika suami yang Aurel selalu banggakan karena cintanya yang begitu besar kepadanya tiba-tiba pulang membawa seoarang wanita yang sedang hamil dan mengatakan akan melangsungkan pernikahan dengannya? Apakah setelah ia dimadu rumah yang ia jaga akan tetap utuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Dua Puluh Satu
Sudah seharian ini Erven tidak pulang ke rumahnya, karena seminggu ini ia akan pulang ke rumah barunya yang kini sudah di tempati Jihan yang resmi kembali menjadi istri sahnya.
Sebenarnya Erven merasa bersalah kepada istri pertamanya, tapi ia sendiri sungguh tidak bisa menceraikan Jihan, ia masih memiliki hak untuk rujuk dengan Jihan, akhirnya ia memilih menikah lagi dengan Jihan tanpa memberitahu Aurel.
"Mas, aku mau jalan-jalan tahu, seharian ini bosen banget enggak ke kantor," ucap Jihan memeluk Erven dari belakang. Kini bahkan Jihan tidak pura-pura lagi memakai kerudungnya seperti saat ia melakukannya demi mendapatkan restu dari istri pertama Erven, secara terang-terangan Jihan kembali membuka hijabnya.
"Sudah malam loh ini, memangnya kamu mau kemana?" tanya Erven membalikkan tubuhnya dan membalas pelukan Jihan lebih erat.
"Aku mau ke restoran yang buka dua puluh empat jam itu, yang di dekat pantai,"
"Jauh loh itu, butuh waktu dua jam buat kesana, nanti yang ada kita pulangnya disini sampe pagi," beritahu Erven halus agar Jihan tidak tersinggung dengan penolakannya.
"Kita bisa menginap di sana mas, ya boleh yaa, please," bujuk Jihan menatap suaminya dengan tatapan memohon, Jihan tau jika Erven tidak akan pernah mampu menolak semua keinginannya.
"Kamu yakin, besok kita harus kerja loh?" tanya Erven memastikan.
Jihan mengangguk yakin, sudah sangat lama ia menginginkan mengunjungi restoran yang sangat terkenal itu, letaknya yang berada di tepi pantai membuat restoran itu semakin terkenal sampai keluar negeri, apalagi jika sudah malam, secara otomatis berbagai lampu dengan banyak warna menyala di sepanjang jalan menuju ke restoran itu.
Erven mengangguk, walaupun tubuhnya sedikit lelah dan meminta istirahat, ia tetap akan berusaha menyenangkan Jihan, jika dulu semuanya ia beri untuk Aurel kini apapun untuk Jihan, Erven akan mengusahakannya jikapun harus mengorbankan waktu istirahatnya setelah seharian bekerja.
"Makasih, mas," teriak Jihan semakin mengeratkan pelukannya sampai ia menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri saking senangnya.
"Ya sudah sekarang kita siap-siap ya, agar kalau sampai di sana tidak terlalu malam!"
Jihan menganggukkan kepalanya antusias, lalu melepaskan pelukannya dan mencium pipi sebelah kanan Kaivan sebelum ia berlari menaiki tangga untuk menyiapkan keperluannya menginap di restoran impiannya.
Erven hanya menggeleng-geleng kecil melihat tingkah istrinya, inilah yang sangat ia sukai dari diri Jihan, sifat ceria yang dibawanya selalu berhasil membuat dirinya terhibur, tingkahnya selalu membuat dirinya tertawa, Jihan tidak pernah gagal dalam membuat dirinya terhibur, aura positif yang dibawanya juga berhasil membuat orang di sekelilingnya merasakan nyaman jika berada di sisinya.
"Mas, kamu juga harus naik loh buat siap-siap," teriak Jihan dari atas.
Lagi-lagi Erven menggeleng dengan tingkah istrinya itu yang sangat suka sekali berteriak, Erven baru mengetahui yang satu ini setelah Jihan berada di rumahnya yang baru siap dihuni ini.
Dengan langkah santai, Erven berjalan menaiki tangga, tidak ingin lagi membuat istrinya kembali berteriak dan pasti akan berujung marah jika tidak segera dilakukan olehnya.
"Mas pakai baju ini aja ya, biar serasi sama aku!" Jihan membawa baju yang sedang pegang ke hafalan Erven dan menyamakannya dengan baju yang sedang ia pakai.
"Boleh, apapun buat istri kesayangan mas," goda Erven seraya mencubit pelanggan hidung Jihan.
"Terus gimana sama mbak Aurel, udah bukan kesayangan mas lagi dong?" tanya Jihan menaik turunkan alisnya.
"Mas sudah bilang loh buat jangan bawa-bawa nama Aurel kalau kita sedang berdua," ujar Erven mengingatkan Jihan yang memang sering kali bercanda membawa-bawa nama istrinya, mungkin memang berniat bercanda, tapi Erven tidak suka jika Jihan sudah membanding-bandingkan dirinya dengan Aurel seakan-akan dunia Erven hanya berhenti pada Jihan saja.
Erven sering kali merasa bersalah jika Jihan sudah memancing dirinya untuk membanding-bandingkan Jihan dan Aurel, Erven tidak pernah merasa nyaman jika harus membandingkan keduanya.
"Maaf, aku tidak bermaksud untuk membuat mas membandingkan aku dengan mbak Aurel," lirih Jihan menundukkan kepalanya merasa bersalah.
Erven langsung memeluk Jihan, "Tidak perlu minta maaf, mas tahu kamu tidak sengaja, sekarang kita lanjut siap-siap lagi, oke?"
Jihan mengangguk, lalu melepaskan pelukannya, "mas langsung ganti baju lalu pakai ini, ya!" Aurel menyerahkan baju yang sedang di pegangnya kepada Erven.
"Siap nyonya," balas Erven dengan tangan di dahi seperti gerakkan hormat seperti saat upacara.
Erven langsung membuka kemeja kantornya dan menggantinya dengan baju yang serasi dengan Jihan, bahkan istrinya pun menyiapkan celana jeans agar serasi dengan apa yang dipakai dirinya.
"Tuh kan mas, kita serasi banget loh," heboh Jihan seraya memposisikan dirinya dan Erven di depan cermin full body untuk melihat penampilan mereka malam ini.
"Kamu sudah bawa baju ganti, kan?" tanya Erven yang diangguki Jihan, tentu saja Jihan tidak akan lupa membawa pakaian ganti untuknya dan juga Erven, dari restoran itu, Jihan berniat untuk langsung ke kantor agar tidak datang terlalu telat.
"Kita besok mau langsung ke kantor kan, mas?" tanya Jihan memeluk lengan Erven yang tidak membawa tas berisi keperluan mereka.
"Mau langsung ke kantor aja? Gak mau pulang ke rumah dulu?" tanya Erven menundukkan wajahnya agar dapat melihat wajah Jihan yang juga sedang mendongak.
"Langsung ke kantor saja mas, aku sudah membawa baju untuk ke kantor besok,"
Erven mengangguk, ia langsung mengunci pintu di rumah dan membawa kuncinya, mungkin mulai besok ia akan mencarikan pembantu untuk membersihkan rumahnya dengan Jihan, tidak mungkin Jihan yang harus bersih-bersih karena Jihan sendiri harus berangkat kerja di pagi hari dan pulang dalam keadaan tubuh lelah, jadinya Erven berfikir jika rumah itu membutuhkan seorang ART minimal dua untuk bersih-bersih setiap harinya.
"Aku bawa snack sama minuman, mau mau gak?" tanya Jihan mengulurkan tangannya untuk mengambil keresek berisi snack dan minuman.
"Kamu belum makan malam kan ya? Kamu aja dulu, kamu butuh isi sesuatu untuk mengusir perut sampai kita sampai di sana," tolak Erven, ia lebih mengkhawatirkan Jihan yang memang belum makan malam, memang Jihan jika sekalinya tidak mau makan malam, dia tidak akan mau sekali pun kita membujuknya seribu satu cara.
Jihan mengangguk lalu mulai membuka satu snack kesukannya dan mulai menyiapkannya ke dalam mulutnya, ia juga sengaja menyuapi Erven yang sedang fokus menyetir.
"Kenyang deh mas, bikin aku jadi ngantuk" Jihan mengusap-usap perutnya yang rata, padahal ia hanya makan satu bungkus tapi perutnya sudah terasa kenyang.
"Kamu tidur aja dulu, nanti setelah sampai mas bangunin!" perintah Erven yang mulai menyalakan mobilnya.
Jihan mengangguk patuh, lalu mulai mencari posisi nyaman untuk tidur, lalu mulai memejamkan matanya.
_________________________________________
Menurut kalian Jihan itu sifatnya gimana? Emang baik orangnya? atau sifat baiknya cuman topeng sih guys? Komen di bawah yaaa!
bye bye aja lah