Dihina dan direndahkan oleh keluarga kekasihnya sendiri, Candra Wijaya benar-benar putus asa. Kekasihnya itu bahkan berselingkuh di depan matanya dan hanya memanfaatkannya saja selama ini.
Siapa sangka, orang yang direndahkan sedemikian rupa itu ternyata adalah pewaris tunggal dari salah satu orang terkaya di negara Indonesia. Sempat diasingkan ke tempat terpencil, Candra akhirnya kembali ke tempat di mana seharusnya ia berada.
Fakta mengejutkan pun akhirnya terkuak, masa lalu kedua orang tuanya dan mengapa dirinya harus diasingkan membuat Candra Wijaya terpukul. Kembalinya sang pewaris ternyata bukan akhir dari segalanya. Ia harus mencari keberadaan ibu kandungnya dan melindungi wanita yang ia cintai dari manusia serakah yang ingin menguasai warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Harta, Tahta dan Wanita "Kembalinya sang Pewaris. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Kamu pacaran sama Candra?" tanya Viona, rasa panas seketika memenuhi dada. Tebakannya benar ternyata, wanita yang dimaksud oleh Candra adalah Erlin, asisten pribadi Rosalinda.
"Belum, karena aku belum menjawab pernyataan cinta Candra. Emangnya kamu pikir aku semurahan itu. Ditembak sama cowok langsung aku terima gitu aja."
"Lebih baik kamu tolak dia, Mbak Erlin."
"Kenapa aku harus nolak dia?"
"Ya, karena dia gak cocok buat kamu, Mbak."
"Terus, cewek yang cocok buat dia, kamu, begitu?" jawab Erlin dengan wajah meledek, lalu tertawa nyaring. "Hahaha ... jangan mimpi, Viona. Selera Candra itu bukan kamu lagi. Berkhayal boleh, tapi jangan ketinggian. Astaga!"
Viona naik pitam, merasa diejek dan direndahkan. Telapak tangannya seketika melayang ke udara lalu hendak mendarat di wajah Erlin. Namun, wanita itu seketika menahan gerakan tangannya saat mendengar suara seorang pria berteriak dari kejauhan.
"Apa yang kamu lakukan, Viona?" seru Bram, berdiri di ujung koridor, lalu melangkah mendekati mereka.
Viona sontak menurunkan pergelangan tangannya, menoleh ke arah sumber suara dengan perasaan kesal. "Sial, si Bram juga ngebela ini cewek?" gumamnya dengan pelan.
"Jangan kurang ajar kamu, Viona. Kamu lupa Mbak Erlin ini siapa? Kamu mau dipecat sama Nyonya Rosalinda?" tanya Bram dengan tegas, berdiri tepat di samping Erlin.
Viona mendengus kesal, menatap wajah Bram sejenak lalu mengalihkan pandangan mata kepada Erlin. "Kamu kasih apa Bram hingga dia membela kamu seperti ini, hah?" bentaknya penuh emosi.
"Cukup, Viona. Kalau kamu gak mau berhenti, saya pecat kamu sekarang juga!" ancam Bram masih dengan nada suara yang sama.
Viona memejamkan mata sejenak seraya memalingkan wajah ke arah samping. "Dasar brengsek," umpatnya dengan suara pelan, sebelum akhirnya melangkah meninggalkan Bram bersama Erlin.
"Sumpah demi apapun, aku nggak pernah sebenci ini sama orang lain. Liat aja, Erlin. Aku akan balas penghinaan ini," batin Viona penuh dendam.
Bram menatap kepergian Viona dengan helaan napas panjang, lalu beralih menatap wajah Erlin. "Maaf atas sikap kasar Viona, Mbak Erlin. Saya sebagai Manager di pabrik ini merasa gagal mendidik anak buah saya," ucapnya, sedikit membungkuk sebagai permohonan maaf.
"Bagus deh kalau kamu sadar, tapi ngomong-ngomong, bukannya kalian pacaran, ya?" tanya Erlin tersenyum menyeringai, menatap punggung Viona yang mulai menjauh dari mereka.
"Saya udah putus sama cewek matre itu, Mbak. Dia terang-terangan bilang sama saya kalau saya gak ada apa-apanya dibandingkan sama Pak Candra. Dengan tidak tahu malunya dia mengatakan akan mengejar Pak Candra lagi."
Erlin mengangguk-anggukkan kepala dengan wajah datar. "Hmm ... jadi seperti itu. Dasar wanita tak tau malu," decaknya.
"Apa Anda mau ke ruangan Pak Candra? Mau saya antar?"
Bukannya menjawab pertanyaan Bram, yang dilakukan oleh Erlin adalah menatap pria itu dari ujung kaki hingga ujung rambut dengan kening dikerutkan. Akhirnya ia paham mengapa sikap Bram berubah 180°. Kemungkinannya adalah, Bram sudah mengetahui siapa Candra sebenarnya.
"Hmm ... sepertinya Bram udah tau siapa Candra. Itu sebabnya sikapnya berubah 180°. Aku jadi penasaran sama Ayahnya yang konon katanya mengenal dekat Tuan Askara Wijaya. Apa aku temani Candra buat ketemu sama orang itu aja, ya?" batin Erlin, tatapan matanya membuat Bram gugup dan salah tingkah.
"Jangan liatin saya kayak gitu, Mbak Erlin. Saya jadi grogi tau," ucap Bram, seraya menggaruk kepalanya sendiri yang sebenarnya tidak terasa gatal, seraya tersenyum cengengesan.
Erlin memalingkan wajah ke arah samping, menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbalik lalu melangkah meninggalkan Bram tanpa sepatah kata pun lagi.
"Apa mungkin Mbak Erlin menyukaiku? Kalau nggak, buat apa dia ngeliatin aku sampe kayak gitu? Hmm ... aku emang ganteng, cewek mana yang gak klepek-klepek sama cowok seganteng aku?" gumam Bram, dengan penuh rasa percaya diri.
***
Erlin kembali ke ruangan Direktur, mengetuk pintunya lalu membuka kemudian masuk ke dalam sana. Candra yang tengah duduk di kursinya sontak berdiri tegak, melangkah menghampiri Erlin dengan senyum ringan.
"Apa kamu udah makan siang, Er? Gimana kalau kita makan di luar? Saya yang traktir," tanya Candra.
Erlin menghentikan langkah, menatap wajah Candra yang berhenti tepat di hadapannya. "Ada pesan dari Nyonya Rosalinda buat kamu, Candra. Beliau meminta kamu ikut kami ke kota untuk meninjau kantor pusat."
"Benarkah?"
Erlin mengangguk-anggukkan kepala.
"Tapi saya harus ketemu sama Ayahnya si Bram," jawab Candra.
"Kenapa gak kamu percepat aja pertemuan kamu sama Ayahnya Bram? Kamu masih punya waktu sampe besok."
Candra terdiam sejenak mencoba untuk berpikir, mana hal yang lebih penting. Kesempatan bagus jika dirinya ikut bersama Rosalinda ke kota. Ia bisa mencari tahu di mana ibu kandungnya berada, tapi pertemuannya dengan Apandi pun tidak kalah pentingnya. Dirinya ingin tahu seperti apa sosok Askara Wijaya, sang ayah. Candra Wijaya seketika dilanda rasa dilema.
"Aku mau ko nemenin kamu ketemu sama Ayahnya Bram," ucap Erlin seketika membuyarkan lamunan panjang seorang Candra.
"Serius kamu mau menemani saya?"
Erlin menganggukkan kepala.
Candra meraih lalu menggenggam telapak tangan Erlin seraya tersenyum lebar. "Makasih, Er. Makasih karena kamu mau nemenin saya. Eu ... gimana kalau kita ketemu Ayahnya Bram sekarang aja sambil makan siang?"
"Hmm ... boleh juga."
"Tunggu, saya telpon Bram dulu. Minta Ayahnya dateng ke Restoran yang deket-deket sini aja. Eu ... tunggu sebentar, ya."
Erlin kembali mengangguk dengan wajah datar, melangkah menuju sofa lalu duduk dengan bersilang kaki. Sementara Candra, segera menghubungi Bram melalui sambungan telepon.
***
Satu jam kemudian. Candra duduk di sebuah Restoran bersama Erlin. Dua cangkir teh hangat nampak sudah tersaji di atas meja seraya menunggu makanan utama yang sudah dipesan. Keduanya duduk saling berhadapan, canggung dan gugup, seperti itulah perasaan keduanya saat ini.
Erlin menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Ko lama banget sih? Udah setengah jam lho kita nunggu di sini," ucapnya, sedikit kesal.
"Tunggu sebentar lagi, Er. Mungkin mereka masih di jalan," jawab Candra, kedua sisi bibirnya seketika mengembang, tersenyum lebar saat melihat Bram bersama seorang pria paruh baya berjalan memasuki Restoran. "Itu mereka, Er. Akhirnya datang juga."
Erlin sontak menatap ke arah yang sama seperti Candra, memandang wajah Bram bersama ayahnya yang tengah berjalan menghampiri mereka kemudian menghentikan langkah tepat di depan meja. Candra berdiri tegak, hal yang sama pun dilakukan oleh Erlin.
"Maaf kami terlambat, Pak Candra," ucap Bram dengan senyum ringan.
Sementara pria paruh baya yang berdiri tepat di sampingnya nampak menatap lekat wajah Candra. Memandanginya dari ujung kaki hingga ujung rambut dengan perasaan tidak percaya.
"Saya ngerasa lagi ngeliat Askara Wijaya versi muda. Ya Tuhan, kamu mirip seperti Ayahmu, Candra," ujarnya dengan senyum lebar.
Bersambung ....
lh
sekarang ohhh ada yang sengaja niat
jahat menculik Candra jadi tukang sapu jadi viral bertemu orang tua nya yang
tajir melintir setelah hilang 29 th lalu
👍👍
jangan mendekati viona itu wanita
ga benar tapi kejam uang melayang
empat jt ga taunya menipumu Chan..😭